Wabah DBD Melanda Sukabumi, 1.304 Kasus dalam 8 Bulan Terakhir

Wabah DBD Melanda Sukabumi, 1.304 Kasus dalam 8 Bulan Terakhir

Siti Fatimah - detikJabar
Rabu, 11 Sep 2024 06:30 WIB
Sejumlah pasein yang terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) mendapat perawatan di bangsal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (02/02/2016). Berdasarkan data RSUD Kota Depok, hingga akhir periode Januari 2016 pasien DBD meningkat sebanyak 152 pasien dibandingkan akhir tahun 2015 yang hanya sebanyak 51 pasien. Grandyos Zafna/detikcom
Ilustrasi pasien DBD (Foto: Grandyos Zafna)
Sukabumi -

Wabah demam berdarah dengue (DBD) melanda Kota Sukabumi dan sekitarnya. Dalam delapan bulan terakhir, sebanyak 1.304 warga terjangkit penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Secara rinci, kasus DBD per bulan yang ditangani Dinkes Kota Sukabumi sepanjang 2024 di antaranya 129 kasus Januari, 167 kasus di bulan Februari, 139 kasus di bulan Maret, 204 kasus pada April, 220 kasus pada bulan Mei, 173 kasus di bulan Juni, 162 kasus pada Juli dan 110 kasus pada bulan Agustus.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, Drg Wita Darmawanti mengatakan, dari ratusan warga yang terjangkit DBD, enam orang di antaranya meninggal dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari semua kasus yang ada, enam di antaranya meninggal dunia. Alhamdulillah pada Agustus angka kasus DBD mengalami penurunan jika dibanding bulan sebelumnya," kata Wita kepada awak media, Selasa (10/9/2024).

Wabah ini diduga dipicu oleh curah hujan tinggi yang melanda wilayah Sukabumi dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi tersebut menyebabkan banyaknya genangan air, yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk berkembang biak. Selain itu, rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan turut memperburuk penyebaran wabah.

ADVERTISEMENT

Pihaknya tidak hentinya berupaya mengendalikan kasus DBD dengan mengajak masyarakat peduli terhadap kesehatan lingkungan di sekitar rumah untuk meningkatkan angka bebas jentik nyamuk (ABJ). Masyarakat juga diminta untuk membiasakan melakukan 3M; Menguras, Menutup, dan Mengubur barang-barang yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk.

"Saat ini warga lebih banyak meminta dilakukan fogging atau pengasapan. Padahal, fogging merupakan upaya terakhir setelah melakukan 3M yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat semua tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa masuk," ujarnya.

Tak hanya itu, Dinkes juga mendorong masyarakat agar menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan bisa menimbun atau mendaur ulang limbah barang bekas yang sudah tidak terpakai supaya tidak dijadikan tempat berkembangbiak nyamuk.

"Untuk mencegah dari gigitan nyamuk aedes aegypti warga bisa mengoleskan cairan anti nyamuk di beberapa bagian tubuh saat beraktivitas di dalam dan luar rumah maupun hendak tidur. Mulai menanam tanaman pengusir nyamuk dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J)," jelasnya.

Warga dihimbau untuk segera memeriksakan diri jika mengalami gejala seperti demam tinggi, nyeri sendi, mual, sakit di belakang mata, kelenjar bengkak dan muncul ruam atau bintik-bintik merah. Dinas Kesehatan juga mengingatkan agar tidak panik namun tetap waspada, serta mematuhi arahan petugas kesehatan dalam menangani situasi ini.

"Karena terjadinya kematian pada pasien DBD akibat telat mendapatkan pengobatan dari medis," tutupnya.

(iqk/iqk)


Hide Ads