Kota Bandung akan merayakan hari jadinya yang ke-214 di tahun 2024 ini. Jelang perayaan hari jadi itu, masih banyak permasalahan di Kota Bandung yang belum terselesaikan. Masalah-masalah itu dianggap telah akut karena tak kunjung rampung meski Kota Bandung terus berbenah.
Beberapa permasalahan utama yang sering muncul dan selalu menjadi sorotan di Kota Bandung diantaranya terkait kemacetan, buruknya drainase yang menyebabkan banjir, sampah, ketimpangan sosial, pencemaran udara hingga minimnya ruang terbuka hijau.
"Persoalan Bandung itu masih soal infrastruktur dasar yang berupa layanan kepada masyarakat yang makin lama makin tumbuh dan padat. Insfratruktur dasar berhubungan dengan persampahan, air bersih, kemacetan," ucap Guru Besar Perencanaan dan Perancangan Kota SAPPK ITB Ridwan Sutriadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemacetan di Kota Bandung telah menjadi masalah akut yang tak kunjung terselesaikan dari tahun ke tahun. Kemacetan disebabkan karena meningkatkan penggunaan kendaraan pribadi sementara ruas jalan yang tidak berubah sama sekali.
Selain kemacetan, banjir menjadi masalah yang terus menghantui warga Kota Bandung, terutama saat musim hujan tiba. Banjir disebabkan karena buruknya drainase hingga berkurangnya daerah resapan air akibat pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan.
"Banjir karena kondisi geografis dan makin padatnya hunian penduduk di wilayah utara. Itu harus ditangani karena itu kawasan lindung yang ketika banyak dihuni dan resapan air kurang akan menjadikan kiriman air lebih banyak dan harus ada inovasi," ucap Ridwan.
Masalah berikutnya terkait persampahan. Kota Bandung memproduksi sekitar 1.500-1.600 ton sampah per hari dan semakin sedikitnya ruang terbuka hijau seiring dengan pesatnya pembangunan. Akibatnya, kualitas udara menjadi berkurang.
"Bahwa Bandung belum bisa mencapai 30 persen ruang terbuka hijau. Namun demikian bisa saja ada inovasi dan kreativitas dari pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan suasa yang bisa menurunkan suhu udara," ucapnya.
"Jadi masyarakat turut terlibat seperti mengoptimalkan ruang terbuka menjadi produktif seperti urban farming," imbuhnya.
Karena itu, Ridwan menyebut Kota Bandung harus mampu terus berinovasi untuk menyelesaikan sederet persoalan akut tersebut. Menurutnya, Kota Bandung punya potensi menjadi kota berkelanjutan, inklusif dan tangguh di tahun 2045 mendatang.
"Jadi tantangan Kota Bandung di ulang tahun kali ini adalah menyelesaikan persoalan itu dan kemudian sudah ada agen perubahan yang bisa menjadi trend center menuju Bandung yang lebih inklusif tangguh dan berkelanjutan di tahun 2045," tutup Ridwan.
(bba/tey)