Upaya Pemprov Jabar Antisipasi Penyebaran Virus Monkeypox

Upaya Pemprov Jabar Antisipasi Penyebaran Virus Monkeypox

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 03 Sep 2024 21:30 WIB
Tubes of blood sample for testing. Medical equipment
Ilustrasi cacar monyet (Foto: Getty Images/Daniel Chetroni)
Bandung -

Monkeypox atau biasa disebut juga cacar monyet, adalah penyakit yang disebabkan virus monkeypox. Beberapa kasus virus mulanya ditularkan dari hewan ke manusia ini, kini mulai dilaporkan mulai masuk ke Indonesia.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Vini Adiani Dewi mengatakan terdapat 11 kasus monkeypox di Jawa Barat sepanjang 2023. Sementara jelang akhir tahun 2024 ini, baru ada dua kasus yang tercatat di Jabar.

"Jadi dari tahun 2023 itu 11 diketemukan yang terkonfirmasi positif ya. Di 2024 ada dua, terakhir itu bulan Mei. Sampai sekarang kami terus melakukan surveillance atau pemantauan di lapangan sekiranya ada dugaan," ucap Vini, Selasa (3/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua pasien terjangkit monkeypox tersebut sudah dinyatakan sembuh, sementara beberapa suspect yang sempat diperiksa di RSUD Bogor dipastikan negatif. Vini memastikan meski di Jabar angka kasus monkeypox cenderung landai, Dinkes Jabar tak longgar melakukan pengawasan.

Sekedar diketahui Kementerian Kesehatan telah merilis modul tentang penyakit monkeypox. Penyakit ini ditengarai dengan demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam atau lesi kulit.

ADVERTISEMENT

Ruam biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok.

Vini mengatakan, risiko penularan monkeypox adalah orang yang tinggal dengan atau memiliki riwayat kontak erat, termasuk kontak seksual, dengan seseorang yang terinfeksi monkeypox. Bisa juga penularan melalui hewan yang terinfeksi.

Vini mengaku mayoritas temuan kasus disebabkan karena aktivitas seksual yang tinggi dan tanpa pengaman. Namun selain itu, masyarakat juga diminta pencegahan dengan membersihkan dan disinfeksi lingkungan yang bisa saja terkontaminasi.

"Jadi kalau ada dugaan atau suspek-suspek, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jadi kita tetap terus melaksanakan pemantauan terhadap kasus tersebut sesuai dengan kewaspadaan yang disampaikan oleh WHO," ujarnya.

"Penularan monkeypox itu bisa dari berbagai arah, satu dari cairan tubuh. Nah salah satunya adalah dengan hubungan seksual ya. Jadi pada prinsipnya betul, bahwa yang dari 13 kasus itu, hampir 12-nya memang diketemukan tadi ya, adanya penyimpangan dalam hubungan seksual. Makanya kenapa kita sebutnya resiko tingginya lebih kepada kaum-kaum yang melakukan kegiatan seksualnya tidak aman. Kebanyakan laki-laki, betul," sambung Vini.

Penularan selain aktivitas seksual yakni dari air bond atau pernafasan. Sebab percikan ludah bisa saja menularkan jika ada kontak erat. Selain itu, tentunya penularan dari cairan pada luka penderita monkeypox. Inilah sebabnya pasien monkeypox harus diisolasi sampai lukanya betul-betul mengering sempurna dan sembuh.

"Jadi kalau ludah yang selewat saja tidak langsung gampang tertular. Lalu dari luka lukanya langsung. Jadi kalau sempat megang, kemungkinan tertular ketika kita nggak cuci tangan, makan langsung, itu bisa langsung jadi tertular monkeypox," ucap Vini.

Sementara itu untuk vaksin monkeypox ketersediaannya masih terbatas. Beberapa negara merekomendasikan vaksinasi untuk orang yang berisiko, seperti seseorang yang pernah kontak dekat dengan penderita monkeypox dan lainnya. Kata Vini, kasus Jabar masih sangat landai sehingga belum dapat vaksin.

"Ya pada prinsipnya kami pemantauan tidak berhenti. Karena fungsi kita itu semua penyakit juga memang pemantauan yang terus-menerus dilakukan. Kalau vaksin itu hanya untuk yang beresiko tinggi dan di wilayahnya banyak dilaporkan kasus terkonfirmasi. Kalau Jawa Barat dianggap tidak usah mendapatkan vaksin," kata Vini.

"Di Jakarta juga alhamdulillah kemarin ada suspek negatif hasilnya. Jadi karena mungkin kita memang gencar ya ke kota kabupaten mengingatkan, jadi begitu diketemukan langsung suruh periksa ke fasyankes, langsung kita isolasi gitu. Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada lagi kasus baru yang dilaporkan oleh kota kabupaten di Jabar," imbuh dia.

(aau/iqk)


Hide Ads