Kasus Mpox atau cacar monyet melonjak di Afrika. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menerbitkan status darurat kesehatan internasional. Status serupa saat pandemi COVID-19.
Mengutip dari detikHealth, kasus Mpox yang melonjak di Benua Afrika merupakan strain virus yang diberi nama Clade Ib. Karakter strain virus ini menyebar cepat melalui aktivitas seksual.
Pemerintah Kongo melaporkan sebanyak 18 ribu kasus Mpox, baik dari Clade I maupun Clade Ib. Sementara itu, totalnya sebanyak 615 orang meninggal di Kongo akibat Mpox.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan, ada juga sekitar 222 kasus terkonfirmasi Clade Ib di empat negara Afrika pada bulan lalu. Ditambah satu kasus masing-masing satu di Swedia dan Thailand dengan riwayat perjalanan ke Afrika.
Dokter di Nigeria mengungkapkan bagaimana situasi terkini penyebaran Mpox di negaranya. Ia mengaku begitu khawatir melihat mutasi virus terjadi lebih cepat bahkan dari yang mereka khawatirkan.
"Saya khawatir bahwa di Afrika kita bekerja dengan 'buta'," ucap ahli penyakit menular RS Universitas Niger Delta Dr Dimie Ogoina dikutip dari Mirror, Rabu (28/8/2024).
Ogoina mengatakan mutasi virus yang begitu cepat membuat tim medis tidak memahami penyakit tersebut dengan baik. Kondisi ini akhirnya membuat penanganan masalah penularan, tingkat keparahan, dan risiko penyakit menjadi lebih sulit.
"Saya khawatir dengan fakta bahwa virus tersebut tampaknya bermutasi dan menghasilkan galur baru," sambungnya lagi.
Baca juga: Kemenkes Ungkap Varian Mpox di Indonesia |
Mpox adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala seperti flu termasuk demam dan nyeri otot.
Namun, gejala yang paling jelas adalah ruam kulit atau lesi berisi nanah yang dapat berlangsung selama dua hingga empat minggu di sekujur tubuh.
Artikel ini telah tayang di detikHealth dengan judul Kesaksian Dokter di Afrika Tangani Pasien Mpox, Separah Ini Kondisinya.
(avk/sud)