Aksi demonstrasi menolak Revisi Undang-Undang Pilkada berlangsung di sejumlah daerah di Jawa Barat. Aksi di sejumlah daerah berakhir ricuh.
Setidaknya, ada beberapa daerah yang menggelar aksi unjuk rasa mulai dari Kota Bandung, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Majalengka hingga Kota Cirebon.
detikJabar merangkum fakta-fakta aksi demo yang terjadi di beberapa daerah. Berikut rangkumannya :
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Aksi Demo di Kota Bandung
Aksi demo di Bandung bertajuk 'Rakyat Gugat Negara' berlangsung di depan Gedung DPRD Jawa Barat. Aksi demo dilakukan kelompok massa dari mahasiswa hingga masyarakat.
Sejak siang hari, massa berkumpul di depan Gedung DPRD. Aksi itu pun mendapat pengawalan dari aparat kepolisian. Gerbang gedung DPRD yang dipasangi kawat bergerigi terlihat ditutup rapat, dengan penjagaan sejumlah polisi. Massa lalu menempelkan sejumlah poster dan spanduk yang membawa beragam isu.
Indra, sebagai salah satu Koordinator Aksi menyatakan bahwa masing-masing warga membawa isu protesnya yang berbeda. Tak ada tuntutan spesifik kata Indra, yang penting mereka berkumpul meluapkan kemuakan yang sama pada pemerintah Indonesia.
"Ya ini akumulasi kemuakan yang tidak bisa dibendung. Kami bersama masyarakat yang hadir, menunjukkan bentuk kemarahan kita, menentang ketidakadilan dan bersuara atas nama masyarakat. Di depan DPRD ini, kami menunjukkan bahwa sudah tidak percaya pemerintahan atau eksekutifnya karena kita masyarakat tertindas," tutur Indra.
![]() |
"Sehingga hari ini menunjukkan kemuakan dan kemarahan kepada DPR dan stakeholder lainnya. Kita akan tetap meluapkan emosi dan kemarahan, dan kita tegaskan tidak akan beraudiensi dengan siapapun. Isu yang kami bawa banyak, karena kami datang dari latar elemen yang berbeda. Warga semua yang tertindas turun ke jalan menyuarakan kemuakan kita. Tidak ada tuntutan spesifik," sambung dia.
Aksi demontrasi di depan Gedung DPRD Jabar berlangsung ricuh. Ribuan massa berhasil mendobrak gerbang hingga memaksa petugas kepolisian menyemprot water canon.
Pantauan detikJabar, pukul 18.15 WIB, ribuan massa yang menggelar aksi sejak siang hari masih bertahan hingga petang. Massa semakin bertindak anarkis dengan melemparkan batu, botol hingga petasan ke dalam gedung DPRD Jabar yang dijaga ketat polisi.
Massa juga sempat mendobrak pintu gerbang masuk DPRD Jabar. Sementara polisi mengambil tindakan dengan menyemprotkan water canon ke arah kerumunan massa.
Akibat kericuhan ini, sejumlah orang tampak mengalami luka. Hingga berita ini ditulis, massa masih bertahan di depan gedung DPRD Jabar dan mencoba masuk ke dalam.
2. Ruang Paripurna DPRD Kota Tasikmalaya Diduduki
Massa gabungan mahasiswa dan masyarakat menggelar aksi demonstrasi di gedung DPRD Kota Tasikmalaya, Kamis (22/8/2204) petang.
Massa yang diperkirakan mencapai 1000 orang ini berhasil menduduki gedung wskil rakyat di Jalan RE Martadinata tersebut.
Mereka merangsek masuk dan menduduki ruang rapat paripurna DPRD. Di ruangan itu massa menggelar orasi dan menyanyikan yel-yel perjuangan mahasiswa.
Selanjutnya di dalam ruang paripurna yang penuh sesak oleh demonstran itu digelar simulasi rapat paripurna.
"Mandat DPRD sudah diambil alih oleh rakyat," kata demonstran yang menduduki kursi pimpinan DPRD. Kemudian perwakilan massa bergiliran menyampaikan orasinya.
![]() |
Situasi di dalam ruangan paripurna itu sempat memanas. Beberapa peserta aksi berperilaku tak terkendali, mereka mencoret dinding dengan cat semprot, menggulingkan kursi dan meja.
Kerusakan lain juga terlihat di beberapa titik, seperti pintu, ruang operator dan lainnya. Sehingga kondisi tempat rapat itu porak poranda. Beberapa kursi juga dibawa keluar untuk dijadikan bahan bakar.
Sementara itu di halaman kantor DPRD, sebagian peserta aksi membakar ban. Mereka juga terlihat menurunkan bendera merah putih di halaman kantor, menjadi setengah tiang.
3. Mahasiswa Blokade Jalan di Majalengka
Alarm darurat bergambar Garuda dengan latar biru terus 'dinyalakan' warganet di berbagai media sosial. 'Siaran Darurat' itu dalam rangka menyikapi kondisi perpolitikan di Tanah Air.
Bahkan gerakan postingan peringatan darurat itu direspons dengan aksi turun ke jalan. Seperti di Kabupaten Majalengka, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memblokade Jalan KH Abdul Halim.
Mereka melakukan hal tersebut untuk menyuarakan ketidakpuasannya terhadap langkah-langkah yang dilakukan oleh DPR. Mereka menilai, DPR telah mencederai demokrasi di Indonesia.
"Dengan piciknya, para penguasa mengamputasi demokrasi yang telah diperjuangkan sejak dulu," ucap salah seorang orator saat unjuk rasa di depan gedung DPRD Majalengka, Kamis (22/8/2024).
![]() |
Melalui aksi ini mereka meminta DPR agar menghormati putusan MK. Pasalnya mereka mencium siasat DPR yang tengah menyusun sejumlah langkah untuk menganulir putusan MK tentang revisi Undang-Undang Pilkada 2024.
4. Mahasiswa Bakar Keranda di Cirebon
Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia (Permahi) menggelar aksi di depan Gedung DPRD Kota Cirebon, Kamis (22/8/2024) sore. Dalam aksinya mereka menuntut agar DPR RI segera menghentikan pembahasan revisi Undang-undang Pilkada pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Sebagai simbol matinya demokrasi, ratusan mahasiswa tersebut membakar keranda di berfotokan wajah Kaesang Pangarep dan Bobby Nasution.
Koordinator aksi, Gimnastiar meminta kepada DPR RI dan pemerintah untuk tunduk terhadap konstitusi dalam menentukan kebijakan.
"Dengan lantang kami menolak pembengkangan konstitusi yang dilakukan oleh DPR RI," teriaknya dalam orasi.
![]() |
Mereka juga mendesak badan legislatif atau DPR RI untuk segera menghentikan pembahasan RUU Pilkada yang dinilai sudah menciderai kaidah negara demokrasi.
"Kami akan mengawal ketat putusan MK mengenai putusan aturan threshold Pilkada," ucapnya lantang.
(wip/dir)