Krisis air bersih mulai melanda beberapa kampung di wilayah Tasikmalaya. Hujan yang tak kunjung turun membuat sumber air warga mulai mengering. Warga mulai kelimpungan mencari sumber air alternatif.
Salah satunya menimpa warga di Kampung Leles Girang Desa Kurniabakti, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Puluhan kepala keluarga (KK) mulai mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengangkut air dari mata air yang ada di dekat bukit kecil di kampung tersebut. Setiap pagi dan sore hari, warga mengantre untuk mengambil air dari mata air yang ditampung.
"Sumur di ru mah sudah mulai kering, sehingga harus mengambil dari pancuran (mata air)," kata Fitri (35) warga Kampung Leles Girang, Kamis (22/8/2024). Meski jarak sumber air relatif tak terlampau jauh, tak lebih dari 200 meter dari perkampungan, Fitri mengaku dia dan tetangganya yang lain terbebani dengan kondisi ini. Warga harus bolak-balik mengangkut air dengan ember.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap pagi dan sore harus mengambil air, lalu ditampung di rumah. Ini untuk kebutuhan minum dan memasak. Kita jadi harus menghemat air," kata Fitri.
Fitri mengatakan sudah sekitar 2 bulan hujan tak turun di kampungnya, sehingga sumur-sumur yang ada di lingkungannya mulai mengering. "Sudah 2 bulan nggak ada hujan, sumur di rumah sudah mulai mengering," kata Fitri.
Kurnia (50) salah seorang warga mengatakan perkampungan itu termasuk dataran tinggi, sehingga beberapa minggu tak hujan pun sumur warga langsung susut. "Di sini memang daerah rawan air bersih, kemarau sebentar juga air sumur langsung susut," kata Kurnia. Menurut dia ada setidaknya 40 kepala keluarga yang mulai mengalami krisis air bersih.
Dia berharap ada bantuan dari pemerintah terkait masalah kerawanan air bersih ini. Misalnya dengan membuat sumur bor yang bisa dimanfaatkan oleh semua masyarakat. "Harapannya warga dapat program bantuan air bersih seperti di daerah lain, program Pamsimas," kata Kurnia.
Selain krisis air bersih, sejumlah petani padi di wilayah Tasikmalaya utara juga mulai was-was. Mereka dihantui ancaman gagal panen akibat sawah mereka kekeringan. Hal ini dialami oleh petani yang sawahnya tak terjangkau pasokan air irigasi alias petani sawah tadah hujan.
"Petani juga sudah mulai khawatir, sawah-sawah di Ciawi, Rajapolah dan sekitarnya banyak yang mulai kekurangan pasokan air. Mereka mulai takut gagal panen," kata Kurnia.*
(sud/sud)