Belasan ribu keluarga di Kota Tasikmalaya masih buang air besar sembarangan (BABS). Fasilitas kakus yang digunakan sehari-hari oleh sekitar 19 ribu kepala keluarga (KK) di Kota Tasikmalaya tersebut masih belum memenuhi kelayakan sanitasi yang sehat.
Mereka selama ini masih buang air di selokan atau kolam ikan. Selain itu ada pula yang sudah memiliki fasilitas WC di rumahnya, namun pembuangan limbah masih dialirkan ke kolam, selokan atau sungai. Sehingga masih dinyatakan belum sehat atau memiliki dampak buruk bagi sanitasi lingkungan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat membenarkan hal itu. Menurut dia sebanyak 32 persen keluarga di Kota Tasikmalaya masih belum memiliki akses sanitasi yang layak. Dari total 185.287 KK, sebanyak 32 persennya belum memiliki akses sanitasi. Atau, sekitar 59.291 KK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari total 185.287 KK, sebanyak 32 persennya belum memiliki akses sanitasi layak," kata Uus, Rabu (21/8/2024).
Sebaran KK yang fasilitas buang airnya belum memenuhi standar kesehatan tertinggi berada di wilayah perkotaan, seperti wilayah Kecamatan Cihideung, Tawang dan Cipedes. "Persentase terbanyak itu di Kecamatan Cihideung dengan angka sebesar 63,09 persen," kata Uus.
Uus menjelaskan selama ini pihaknya terus berusaha untuk mewujudkan open defecation free (ODF) di seluruh wilayah Kota Tasikmalaya. Selain memberikan edukasi kepada masyarakat, Pemkot Tasikmalaya juga memberikan bantuan berupa pembangunan septic tank. "Proses pembangunan septic tank sedang berjalan di beberapa kecamatan. Ada di beberapa kelurahan, sedang dijalankan pembangunannya," kata Uus.
Koordinator Satgas ODF Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang, Harniwan Obech mengatakan upaya mewujudkan lingkungan bebas BAB sembarangan atau ODF menemui banyak kendala. Yang paling utama adalah tingginya biaya untuk membangun septic tank sehat.
"Kelurahan Kahuripan merupakan kawasan urban, mayoritas lingkungan merupakan permukiman padat yang selama ini membuang limbah ke selokan Cihideung," kata Harniwan.
Butuh biaya yang tak sedikit bagi masyarakat jika ingin memperbaiki septic tank menjadi lebih sehat. "Kalau upaya edukasi sudah kami lakukan, masyarakat sudah paham. Namun ketika pelaksanaan, masyarakat umumnya terkendala biaya. Butuh biaya lebih dari Rp 7 juta, karena harus membongkar bangunan atau lantai yang sudah jadi," kata Harniwan.
Meski demikian untuk wilayah Kelurahan Kahuripan, dalam kurun waktu dua tahun terakhir terjadi kenaikan signifikan masyarakat yang sudah ODF. Saat ini sudah 83,3 persen keluarga yang memiliki fasilitas BAB yang sehat. "Tinggal 16,7 persen yang masih BABS, semoga saja bisa segera 100 persen ODF," kata Harniwan. Dia menambahkan mayoritas masyarakat melakukan "upgrade" septic tank saat melakukan renovasi rumah. "Ya minimal edukasi dulu, sehingga ketika masyarakat berkesempatan merenovasi rumah bisa sekalian memperbaiki septic tank," kata Harniwan.
(sud/sud)