Langit di Pesisir Loji masih samar-samar berwarna jingga saat Tami (54) sudah bersiap dengan peralatan mencari impun pagi itu. Mata pria paruh baya itu menatap penuh harap ke arah ombak, melihat ratusan pencari impun di Pesisir Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.
Tami mempersiapkan dirinya untuk hari panjang mencari impun. Ia membetulkan letak caping di atas kepalanya, tangan kanan menggenggam sirib, sementara tangan kiri memegang keranjang.
Sirib adalah semacam jaring halus yang biasa dipakai untuk mendulang impun, ikan-ikan kecil yang kerap muncul setiap tanggal 25 hingga tanggal 6 bulan berikutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya biasanya beraktivitas di sini dengan memulung mencari rongsokan, botol plastik, atau apapun yang bisa saya jual. Ketika musim impun tiba, ramai orang datang dan saya ikut. Hasilnya lumayan jauh lebih baik daripada harga satu kilo plastik dan besi," tutur Tami kepada detikJabar, Sabtu (3/8/2024).
Ai Rodiah (53), istri Tami, terlihat sibuk menata impun di atas jangkring, semacam kayu yang disusun untuk menjemur impun. Selain bisa langsung dimasak, impun juga lezat ketika dikeringkan atau dibuat terasi.
"Istri saya pintar membuat olahan impun, kadang dijual lagi. Mentahan saja satu kilogram dihargai Rp 80 ribu, sehari bisa dapat 40 kilogram dari pagi sampai petang," katanya sambil melangkah ke arah ombak.
Secepat kilat tangan Tami bergerak, segenggam impun terlihat menggelepar di atas jaring sirib miliknya. Tangannya langsung meraih impun dan memasukkan ke dalam keranjang miliknya.
"Awalnya, saya tidak tahu banyak tentang impun. Tapi setelah mendengar dari teman-teman, saya mencoba peruntungan baru ini," lirihnya.
"Musim impun hanya datang setiap tanggal 25 sampai tanggal 6 bulan berikutnya. Tapi, saat musim tiba, saya harus memanfaatkannya sebaik mungkin," tambahnya.
Ai Rodiah sang istri tak kalah sibuk. Tangannya cekatan membersihkan impun, memilah impun yang segar untuk dijemur. Berbeda dengan suaminya Tami, Ai lebih paham soal impun, begitu juga cara mengolahnya.
"Sebagian saya keringkan, kemudian dibuat terasi atau diasinkan. Kalau digoreng kering lebih nikmat. Terasi impun yang saya buat bisa dijual lagi, harganya lumayan tinggi dibandingkan terasi udang," ucapnya.
Ai mengakui penghasilan dari impun memang lebih baik ketimbang aktivitas suaminya memulung rongsokan. "Kalau impun, kami bisa membawa pulang Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu sehari. Kalau memulung, paling Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Tapi memang tidak setiap hari, makanya saya olah juga untuk stok nanti," tutupnya.
(sya/sud)