Menggapai Mimpi di Balik Penjara, Edi dan Dadang Kini Lulus SD

Kabupaten Cianjur

Menggapai Mimpi di Balik Penjara, Edi dan Dadang Kini Lulus SD

Ikbal Selamet - detikJabar
Sabtu, 29 Jun 2024 07:30 WIB
Abah Edi membaca buku di perpustakaan Lapas
Abah Edi membaca buku di perpustakaan Lapas Cianjur (Foto: Ikbal Selamet/detikJabar)
Cianjur -

Haru bercampur bahagia, begitulah yang dirasakan Abah Edi (52) dan Abah Dadang alias Odong (66), warga binaan Lapas kelas IIb Cianjur saat menjalani wisuda kelulusan pendidikan baca-tulis dan kesetaraan paket A. Keduanya kini bisa membaca serta mengenyam pendidikan secara resmi di usia senjanya.

Menjadi sosok ayah yang membanggakan memotivasi mereka untuk belajar membaca serta menjalani pendidikan, meski berada di balik jeruji besi lapas Cianjur untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di masa lalu.

Abah Edi, mengungkapkan dirinya masuk ke Lapas Cianjur pada 2022 lalu akibat aksinya melakukan pelecehan seksual. Rasa takut saat memasuki penjara pun muncul, meskipun pada akhirnya kekhawatiran itu tak terbukti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya baru pertama kali masuk penjara. Jadinya takut. Tapi ternyata di sini tak seperti yang dibayangkan. Bahkan di sini ternyata saya bisa mengenyam pendidikan. Hal yang saya belum bisa dapat sebelum masuk ke sini," kata dia, Jumat (28/6/2024).

Abah Edi yang sejak kecil hidup di jalanan tanpa mengenyam pendidikan formal, mengikuti program pendidikan kesetaraan paket A atau setara SD. Rasa malu lantaran baru bersekolah di usia tua sempat muncul, tetapi semangatnya untuk bisa meraih masa depan yang lebih baik menimbun secara perlahan rasa malunya tersebut.

ADVERTISEMENT

"Sempat malu, teman sekamar di Lapas juga banyak yang meledek baru sekolah lagi di usia 50 tahun. Apalagi kan saya ambilnya paket A setara SD. Tapi jadikan motivasi saja, tidak menyulitkan semangat saya buat punya legalitas sekolah," kata dia.

Tidak berhenti di Paket A, rencananya Abah Edi melanjutkan pendidikan Paket B dan Paket C. Sehingga pria yang divonis hukuman 10 tahun penjara ini bisa mencari pekerjaan lebih baik saat bebas. "Sampai tuntas saja ambil paket C, jadi selama di sini sekolah terus sampai jenjang setara SMA," kata dia.

Abah Edi mengaku dirinya belum memberitahukan pada anak-anaknya jika dia kembali bersekolah di PKBM Lapas Cianjur. "Saya ingin memberikan kejutan. Saya ingin buat anak-anak bangga, membuktikan jika saya berubah dan dapat menjadi sosok ayah yang lebih baik. Jadi kebanggaan anak-anak," kata dia.

Senada, Abah Dadang, juga mengaku bahagian sekaligus terharu, hukumannya atas kasus pelecehan menjadi titik balik agar dirinya bisa berubah. Menurutnya, sejak kecil dirinya mengabaikan dorongan orang tua untuk bersekolah atau pun mengaji. Sehingga sampai usia 60 tahun, Dadang tak bisa membaca ataupun mengaji.

"Saya sering disuruh orangtua untuk sekolah, termasuk untuk mengaji. Tapi saya kabur-kaburan. Memilih untuk cari uang. Jadinya sampai usia 60 tahun belum bisa baca ataupun mengaji," kata dia.

Dia mengatakan selama masuk ke Lapas Cianjur pada 2020 lalu, dia mulai belajar membaca dan mengaji. Hingga akhirnya setelah tiga tahun belajar, Dadang kini mulai lancar membaca serta mengaji.

"Di sini jadi titik balik saya untuk berubah. Membaca mulai lancar dari yang awalnya buta huruf. Mengaji juga sudah bisa. Dari awalnya saya baca iqra sampai sekarang sudah baca Al-Quran," kata dia.

Menurutnya pasca bebas dari penjara, dia bercita-cita untuk bisa mengaji bersama cucunya. Hal yang belum pernah Ia lakukan bersama anak-anaknya.

"Dulu jangankan ngajarkan mengaji ke anak, bacanya juga gak bisa. Makanya saya mau tebus kesalahan saya dulu dengan belajar di sini, jadi bisa ngaji bersama cucu saya," tuturnya seraya meneteskan air mata.

Kepala Lapas Kelas II B Cianjur Tomi Elyus, mengatakan Dadang dan Edi merupakan dua dari 59 warga binaan yang mengikuti wisuda kelulusan dan kenaikan kelas di PKBM Lapas Cianjur.

"Ada 59 orang yang lulus pendidikan, mulai dari keaksaraan fungsional hingga kesetaraan. Dengan segala kekurangan dan tantangan di dalam Lapas Warga Binaan masih menunjukkan semangat untuk bisa mengenyam pendidikan," kata dia.

Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Lapas Cianjur Muarif, mengatakan pendidikan keaksaraan fungsional ditujukan bagi warga binaan atau narapidana yang belum bisa membaca.

Sedangkan untuk pendidikan kesetaraan ditujukan bagi warga binaan yang ingin mengenyam pendidikan formal kesetaraan agar bisa dijadikan modal mencari pekerjaan setelah bebas.

"Jadi di sini juga sekaligus mengentaskan buta huruf. Dan banyak yang kini sudah dari awalnya buta huruf sudah bisa membaca. Khusus untuk pendidikan kesetaraan, kita ingin ketika mereka bebas mampu menjadi manusia yang utuh yang dicita-citakan," pungkasnya.

(iqk/iqk)


Hide Ads