Puluhan orang berjibaku membersihkan 'pulau sampah' yang mengambang di permukaan Sungai Citarum, Desa Selacau, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.
Sudah sepekan lamanya sejak dimulai pada Rabu (12/6/2024) lalu, setiap harinya orang-orang yang berasal dari berbagai instansi seperti BBWS Citarum, Satgas Citarum Harum, BPBD, relawan, hingga masyarakat berkutat dengan air sungai bercampur limbah dan sampah berbagai jenis.
Mereka diberi mandat oleh Pj Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin, supaya Sungai Citarum khususnya di lokasi tersebut bersih dari 'pulau sampah' yang mengapung sejak beberapa pekan belakangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kita ditugasi membersihkan sampah di Sungai Citarum ini, sejak viral di media sosial. Berarti sampai sekarang sudah seminggu kita bersih-bersih," kata Dian salah satu petugas BBWS Citarum saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (19/6/2024).
Pria 40 tahun asal Kota Bandung itu sebetulnya tak asing dengan sampah. Sebab, sejak 2013, ia menjadi bagian dari komunitas Cikapundung yang salah satu perannya yakni mengedukasi masyarakat soal sampah.
Selama membersihkan sampah-sampah yang mengapung di Sungai Citarum, ia menghadapi berbagai risiko. Mulai dari paparan bakteri dan penyakit kulit hingga terluka karena serangan hewan seperti ular.
"Ya risiko ada, tapi kan itu risiko pekerjaan. Sebisa mungkin kita minimalisir. Meskipun secara peralatan kita alakadarnya, tapi kita juga yang harus berhati-hati. Harus rajin bersih-bersih setelah tugas itu pasti," kata Dian.
Dua hari awal proses pembersihan, menurut Dian sampah sempat berkurang. Namun beberapa hari ke depan, sampah kembali datang lantaran terdorong angin dan arus air dari hulu sungai ke arah hilir.
"Kemarin kita sempat libur sehari, tapi sepertinya itu ada reload sih jadi sungainya terisi ulang lagi (sampah)," kata Dian.
Menurut Dian, upaya penanganan 'pulau sampah' di Sungai Citarum Batujajar, Bandung Barat, tak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Padahal semua elemen sudah bergerak namun hasilnya dirasa belum efektif.
"Kalau menurut saya pribadi yang terjun di lapangan, sebetulnya pembersihan ini kurang efektif. Butuh waktu lama, meskipun Pak Pj Gubernur Jabar minta waktu seminggu. Prosesnya panjang, karena saking banyaknya volume sampah di sini, terus ada dorongan sampah terus dari hulu," kata Dian.
Ia menyebut tak banyak kendala berarti di lapangan selama proses pengangkatan sampah dari badan sungai. Hanya saja volume sampah yang sangat banyak membuat upaya yang dilakukan seperti belum ada hasilnya.
"Kendala sih enggak ada, tapi memang ini saking banyaknya sampah di sungai. Semua sudah bergerak, dan menurut saya ini sebetulnya berupa konsep pengobatan. Kedepan kita harus mulai pencegahan dengan mengedukasi masyarakat," ujar Dian.
Perlu ada ketegasan dan keseriusan dari pemerintah untuk mengurangi volume sampah, mencegah pencemaran sungai seperti yang terjadi saat ini. Selain melengkapi fasilitas seperti tempat sampah di setiap sudut daerah, juga perlu edukasi pada masyarakat.
"Saya kira harus ada keseriusan, mau mengurangi sampah nah seperti apa fasilitas di lapangannya? Sudah tersedia banyak tempat sampah belum? Kemudian untuk warga yang rumahnya membelakangi sungai, apa sudah diedukasi tidak membuang sampah ke sungai? Ini kan tidak mungkin sampahnya bukan dari masyarakat yang masih sering buang sampah sembarangan," tutur Dian.
(sud/sud)