Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) meluncurkan alat pembasmi telur nyamuk Aides aegepty alias nyamuk demam berdarah dengue seukuran celengan.
Produk ini merupakan hasil penelitian yang didanai LPDP dan ada di bawah koordinasi antara LPIK ITB yang bekerjasama dengan tim peneliti ITB dari Teknik Fisika, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, dokter dari Universitas Maranatha, Dinkes Kota Bandung dan pihak lainnya.
Peneliti ITB sekaligus Executive Founder Oviotrap Prof. Ir. Endrw Joelianto mengatakan, saat alat bekerja dan nyamuk meneteskan telur ke dalam alat itu maka telur itu akan langsung dimusnahkan. Selainnya, data seperti jumlah telur yang diteteskan pun akan terinformasikan ke server utama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alat ini diharapkan bisa mendukung program pemerintah dalam penanggulangan demam berdarah, jika kita bisa mendeteksi tinggi kita bisa mengendalikan, telur yang masuk ke alat tersebut dimusnahkan sehingga nyamuk tidak berkembang," katanya kepada detikJabar, Sabtu (25/5/2024).
Sebelum diluncurkan, pihaknya telah melakukan penelitian di wilayah Kelurahan Sadangserang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Ada 75 unit alat yang dipasang dam menurut Endra hasilnya kasus DBD di wilayah tersebut tidak ada. "Sebelum ada alat ini ada kasus, tapi setelah ada alat ini tidak ada kasusnya," ujarnya.
Selain dapat terhubung ke device laptop sendiri, data yang dikirimkan dari alat itu juga bisa terhubung ke Dinas Kesehatan Kota Bandung atau puskesmas setempat. Hal tersebut dilakukan, agar penanganan kasus DBD bisa tepat sasaran.
"Cover area nyamuk terbang sekitar 200 meter, efektif satu rumah satu, tapi kalau rumahnya besar bisa sampai tiga alat ini dan menurut saya efektivitasnya 90 persen," tambahnya.
Cara Kerja Alat Pembasmi Telur DBD
![]() |
Public Relation Assocciate Oviotrap Aldo Nofrianto mengatakan, aplikasi ini bekerja dengan data yang dikirim ke server yang ada di laptop.
"Kerja alat ini dia memonitor nyamuk berdasarkan telur, setiap satu jam sekali akan lakukan capture atau kirim data ke server. Jadi setiap jam bisa dilihat di Aplikasi Mosintel," kata Aldo kepada detikJabar di Bandung, Sabtu (25/5/2024).
Data yang dikirim ke server, berisikan informasi bagaimana kondisi daerah yang ditempatkan alat tersebut apakah tinggi, sedang atau rendah. Itu diukur berdasarkan perkembangan nyamuk di sana bisa ditinjau perkembangan telurnya.
"Kita sudah lakukan penelitian kebisaan nyamuk aides bertelur di atas air, setiap jam akan memotret dan hasil potret akan menghitung jikalau telur yang terbaca. Air di dalam alat ini dicampur dengan aware agar nyamuk tidak bisa berkembang baik, selain memonitor juga untuk memutus perkembangan biakan," ungkapnya.
Selain itu, ada dua bentuk alat untuk membasmi telur nyamuk DBD ini, ada yang berbentuk tabung dan ada yang berbentuk balok.
Untuk tabung menggunakan wireless, lebih murah pengadaannya, bahan bakunya lebih ramah dan maintance lebih mudah. Untuk alat berbentuk balok, harganya bisa lebih tinggi, tapi tidak perlu gunakan wireless.
"Alat ini khusus untuk nyamuk aides yang berpotensi DBD. Jika ada tindakan fogging, mana yang perlu diprioritaskan berdasarkan data yang diterima, data akan tepat sasaran," ujarnya.
"Misal rumah A dan B misal rumah tetangga kita ada yang kena DBD dan di alat yang kita pasang nyamuknya banyak, ketika ada kegiatan fogging jadi mana yang diprioritaskan untuk di-fogging, begitupun ada yang terkena tapi alatnya tak menunjukkan banyak telur berarti kenanya di wilayah itu," pungkasnya.
(wip/yum)