Pernahkan terpikirkan bagaimana kondisi Kota Makkah di Arab Saudi sebelum adanya perintah haji? Sebelum kota itu diziarahi umat Islam dari seluruh dunia, Makkah tak lebih dari dataran rendah atau lembah yang tandus. Tak ada pepohonan tumbuh di sana, apalagi tanaman sayuran dan buah-buahan.
Di dalam Al-Quran, mula-mula Makkah disebut sebagai "Bakkah". Secara bahasa, Bakkah, sebagaimana dituturkan dalam Al-Itqaan fi Uluumil Quran, bermakna "menangis".
Menangis menandakan di sana memang sulit untuk hidup. Tak ada air apalagi makanan. Namun, kondisi itu berubah ketika Nabi Ibrahim AS meninggalkan Hajar dan putranya Ismail di tempat tersebut lalu kemudian berdoa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Doa itu dikabulkan Allah SWT, sehingga kini, Makkah dikunjungi banyak orang. Sayuran dan buah-buahan mudah ditemukan, air melimpah dengan ikon sumur yang tak pernah surut, Sumur Zamzam.
Ditinggalkan di Lembah Tandus
Nabi Ibrahim diutus oleh Allah SWT untuk menyeru penguasa Babilonia, yakni Raja Namrudz, serta menyeru para pengikutnya. Namun, siksaan dan ancaman didapatkan Ibrahim.
Dia lantas pindah ke Palestina, bersama Sarah istrinya, dan Hajar, pembantu istrinya. Ibrahim yang sudah berumur ingin sekali memiliki keturunan. Namun, Sarah adalah perempuan yang mandul sehingga atas izin istrinya itu, Ibrahim menikah dengan Hajar.
Menikah dengan Hajar, Ibrahim dikaruniai keturunan, bayi lelaki bernama Ismail. Kebahagiaan mekar di tengah-tengah mereka. Namun, melihat hal demikian, timbullah cemburu pada hati Sarah.
Tafsir Tahlili dalam mengurai Surat Ibrahim ayat 37 yang dimuat situs quran.nu.or.id menjelaskan, Sarah lalu meminta agar Ibrahim menjauhkan Hajar darinya, supaya dia tidak timbul cemburu lagi.
Ibrahim lalu membawa Hajar dan Ismail ke tempat yang dia tidak tahu sebelumnya. Dengan qadar Allah SWT, mereka sampai di lembah tandus Makkah yang hanya ada satu batang kayu yang mereka gunakan untuk berteduh.
Hajar dan Ismail ditinggali sedikit perbekalan sebelum akhirnya Ibrahim meninggalkan mereka di tempat itu. Ibrahim kembali ke Palestina untuk menemui Sarah, yang di kemudian hari, Sarah pun mengandung dan melahirkan anak bernama Ishak.
Hajar bertanya kepada Ibrahim apakah dia dan Ismail ditinggalkan di tempat itu atas perintah Allah SWT? Ibrahim menjawab, Ya.
"Jika demikian, Dia (Allah) tidak menyia-nyiakan kita," kata Hajar, ditulis tafsir tersebut.
Doa Ibrahim AS
Nabi Ibrahim AS telah di tengah perjalanan kembali ke Palestina. Pada fragmen lain, Hajar sedang kesusahan menghadapi Ismail yang menangis karena kehausan, sementara air susunya juga kering.
Hajar berlari-lari kecil mencari air, tak sadar dia telah mengulang tujuh kali lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah, hingga akhirnya dia menyerahkan segala keluh kesahnya kepada Allah SWT. Yang untuk mengenang peristiwa ini, di dalam ibadah haji ada yang disebut Sa'i.
Ibrahim AS terkenang akan anak dan istrinya yang dia tinggalkan di lembah tandus itu. Lalu dia mengucapkan doa memberi kabar kepada Allah SWT bahwa dia meninggalkan anak dan istrinya di lembah tandus.
Doa itu diabadikan di dalam Al-Quran surat Ibrahim ayat 37:
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ
Latin: Rabbanâ innî askantu min dzurriyyatî biwâdin ghairi dzî zar'in 'inda baitikal-muḫarrami rabbanâ liyuqîmush-shalâta faj'al af'idatam minan-nâsi tahwî ilaihim warzuq-hum minats-tsamarâti la'allahum yasykurûn
Artinya: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur."
Kepasrahan Hajar dan doa Ibrahim itu dikabulkan Allah SWT. Saat itu, di bekas pukulan kaki Ismail yang sedang menangis, terpancarlah air. Pancaran air itu sekaligus menumbuhkan kembali harapan Hajar bahwa akan ada kelangsungan kehidupan.
Air itu diminumkan kepada Ismail, dan ketika terbersit kekhawatiran air itu hilang terserap pasir, Hajar mencoba mengumpulkan air itu dengan tangannya sambil berkata Zam! Zam! (Berkumpullah! Berkumpullah!), maka air itu terkumpul.
Zamzam itu menjadi genangan semacam telaga kecil, yang dengan genangan air itu, banyak kafilah yang singgah dan sebagiannya meminta izin kepada Hajar untuk menetap.
Yang tinggal menetap yaitu Bani Jurhum. Di kemudian hari, dengan perempuan dari kabilah itulah Ismail menikah dan melahirkan keturunan dan peradaban di Makkah. Dari garis Ismail pula terlahir nabi akhir zaman, Muhammad SAW.
Hati Manusia Condong
Di antara frasa di dalam doa yang diucapkan Ibrahim AS adalah semoga Allah SWT menjadikan hati manusia cenderung atau condong kepada keturunannya. Di tempat yang tandus itu, Ibrahim AS tidak berdoa agar Allah SWT menumbuhkan tanaman yang dari tanaman itu buahnya bisa dimakan. Namun, Ibrahim berdoa agar ada atau banyak orang yang datang ke tempat itu. Barangkali bersama dengan kedatangan manusia lain, sampai pula makanan dan buah-buahan ke Makkah. Dan doa itu terbukti dikabulkan.
Nabi Muhammad SAW yang membawa penyempurnaan syariat haji, yang jenis ibadah tersebut telah ada sejak zaman Ibrahim semakin menguatkan kecondongan hati umat muslim sedunia untuk datang ke Makkah.
Mereka yang datang itu, bahkan sejak dahulu kala, membawa perbekalan berupa makanan dan buah-buahan, juga hewan yang akan disembelih dalam rangkaian ibadah haji yang disebut Hadyu. Maka, lambat laun, Makkah menjadi daerah yang tak kekurangan makanan termasuk buah-buahan, sebagaimana doa Ibrahim AS agar Allah SWT memberikan rezeki berupa buah-buahan kepada istri dan keturunannya ketika itu.