Pro Kontra Keberadaan Jukir Minimarket di Kota Bandung

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Jumat, 10 Mei 2024 19:18 WIB
Ilustrasi parkir. Foto: M Bagus Ibrahim
Bandung -

Di tengah keluhan masyarakat soal marak tarif parkir harga selangit, kini keberadaan jukir di minimarket pun jadi perbincangan. Di Kota Bandung, tak sedikit warga berkeluh kesah soal adanya jukir di beberapa minimarket.

Kabar ini marak usai Pj Gubernur Jakarta, Heru Budi Hartono menyatakan akan menertibkan dan mempekerjakan para juru parkir liar di minimarket. Lalu, mungkinkah regulasi serupa akan diterapkan di ibu kota Provinsi Jawa Barat?

Suara keluh kesah diungkapkan oleh Jonathan Sopamena (22), pria yang cukup sering bolak-balik ke Bandung dari daerah asalnya, Bogor. Ia cukup sering mengunjungi minimarket di Kota Bandung, yang menurutnya tak punya patokan harga parkir pasti.

Saat ia mengenakan motor, ia biasa memberi pada jukir Rp 2 ribu sementara untuk mobil biasanya Rp 3-5 ribu. Saat menggunakan mobil, tak jarang ia mendapati jukir yang saat diberi Rp 3 ribu malah minta Rp 5 ribu.

Perihal keberadaan jukir di minimarket, Joey, begitu sapaannya, sebetulnya tak masalah dengan keberadaan jukir jika memang minimarket tersebut menerapkan sistem parkir berbayar.

"Kesal itu kalau tulisannya parkir gratis tapi ada jukir yang minta parkir, terus tukang parkirnya nggak bantu apa-apa tapi nagih, dan kalau awalnya nggak ada tukang parkir terus pas mundur tiba-tiba ada yang teriak 'teruss teruus!'. Tapi kalau tukang parkirnya helpful, ramah, dan memang nggak ada tulisan parkir gratis sih nggak masalah," ceritanya pada detikJabar, Jumat (10/5/2024).

Namun, Joey tak memungkiri kalau jadi enggan ke minimarket jika ada jukir yang nongkrong di parkiran. Biasanya, Joey merasa keberatan sebab niat ke minimarket hanya untuk tarik tunai di ATM.

"Orang niatnya butuh ambil tunai Rp50-100 ribu, kita malah jadi harus jajan demi dapat kembalian untuk bayar itu tukang parkir," keluh mahasiswa semester akhir itu.

Salah satu minimarket yang jadi tempat parkir liar berbayar di Kota Bandung beberapa terletak di dekat pusat perbelanjaan Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung.

Nadira Ramadhanti (25), mengaku pernah parkir di tempat parkir liar minimarket tersebut. Ia harus rela membayar Rp3 ribu untuk memarkirkan motornya, meski sebetulnya ia tahu kalau minimarket tak mematok harga parkir alias gratis. Perempuan asli Bandung itu sebetulnya kesal saat dimintai tarif parkir, tapi ia tak bisa berbuat banyak lantaran enggan berdebat.

"Iya kan emang harusnya nggak bayar parkir di minimarket itu kan. Jadi ya nyebelin sih, tapi aku tipe yang males dan takut ada perdebatan, jadi yaudah bayar aja," cerita Nadira.

Namun sama halnya dengan Joey, Nadira juga merasa ikhlas memberi parkir jika memang kondisi parkir menyusahkan dan butuh bantuan untuk mengeluarkan kendaraan. "Tapi kalo mamangnya emang markirin dari awal, nggak masalah sih. Apalagi kalo waktu pakai mobil kan jadi gampang markirin dan ngeluarinnya. Kalau gitu ya ikhlas aja bayarnya," ucap Nadira.

Haruskah Jukir Minimarket Ditertibkan

Baik Joey maupun Nadira sama-sama sepakat dengan regulasi yang tengah merebak di Jakarta, yakni menindak para jukir minimarket dan atau memperkerjakannya. Sebab, mereka merasa kehadiran jukir di kota metropolitan ini sudah terlalu banyak.

Meskipun hanya Rp 2-5 ribu sekali parkir, namun bagi Joey yang masih mahasiswa uang tersebut jika dikumpulkan akan jadi nominal yang berarti. Pendapat Nadira pun serupa meski ia sudah jadi pekerja di Jakarta.

"Dari Dishub dan minimarketnya perlu banget ada penindakan tegas. Menurutku nggak realistis kalau Dishub harus keliling Bandung demi jagain minimarket dari jukir, karena kalau ada jadwalnya gitu juga jukir akan kucing-kucingan. Menurutku akan lebih efektif kalau kedua pihak tegas. Kalau ada jukir tiba-tiba, minimarket bisa menyuruh jukir untuk tidak di situ," saran Joey.

"Kan suka tertulis kalau minimarket itu tidak bayar parkir. Tapi akhirnya tetep disuruh bayar parkir, jadi menurutku patut di tindak lanjuti oleh Dishub atau Pemkot Bandung," kata Nadira.

Di lain sisi, Plt Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, Asep Kuswara mengaku masih banyak titik parkir liar di Kota Bandung. Beberapa minimarket di Kota Bandung pun kerap jadi lahan parkir liar dadakan.

"Iya lah itu parkir oleh jukir liar (beberapa minimarket Jalan Gatsu Bandung). Itu jelas bukan kami pengelolanya," kata Asep.

Asep pun berpesan agar masyarakat berani untuk menolak memberi uang jika tarif parkir tidak sesuai. Kata Asep, pada minimarket dan toko kelontong sejatinya parkir menjadi fasilitas dari pelaku usaha yang tak memerlukan bayar.

"Intinya jangan parkir di tempat yang tidak sesuai, tarif yang tidak sesuai. Bahkan minimarket pun juga itu gratis karena fasilitas dari pelaku usaha. Kalau ada yang sampai jadi ramai parkirnya, dimintai uang, ya cuekin aja. Nggak perlu bayar," pesan Asep.

Namun ditanya soal penindakan, Asep mengatakan belum ada regulasi jelas. Sehingga soal penertiban harus dengan pihak kepolisian dan Dishub sebagai pemberi edukasi.

"Kalau itu harus sama pihak berwajib, kalau kami paling edukasi. Yang jelas, parkir di minimarket itu fasilitas untuk melayani masyarakat. Pengelola parkirnya itu siapa? Apakah minimarket sendiri atau orang luar yang memanfaatkan keadaan? Kalau betul dikelola minimarket kan ada tarif parkir dan karcis, kalau ini mah tidak," tutur Asep.




(aau/sud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork