Kota Bandung masih kekurangan jumlah perawat. Selain kurang, masih ada perawat yang mendapat gaji di bawah upah minimal. Hal itu diungkapkan DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Bandung.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dimuat dalam publikasi Jawa Barat Dalam Angka 2024, jumlah tenaga keperawatan di Kota Bandung mencapai 8.969 orang. Namun menurut PPNI, jumlah perawat di Kota Bandung lebih dari data BPS.
"Ada 15 ribuan yang tercatat di PPNI Kota Bandung. Itu terhimpun dari 47 DPK (Dewan Pengurus Komisariat) yang terdiri dari rumah sakit ditambah di institusi pendidikan," kata Ketua DPD PPNI Kota Bandung Ganjar Wisnu Budiman belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ganjar menerangkan, dari 15 ribuan perawat di Kota Bandung, hanya 30 persen saja yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Sisanya kata dia, adalah pegawai kontrak yang bekerja di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan seperti puskesmas.
"Perawat itu ada PNS dan kontrak. Kalau PNS dari 100 persen itu, kalau melihat DPK yang punya pemerintah, ada sekitar 30 persen yang PNS," ujarnya.
Terkait jumlah perawat itu, Ganjar menyebut Kota Bandung sebenernya masih kekurangan perawat. Kekurangan itu terlihat dari perbandingan satu orang perawat yang bisa menangani lebih dari 5 hingga 8 pasien.
"Kalau dibilang mencukupi, saya bicara kebutuhan di rumah sakit yang perbandingannya masih kurang di semua rumah sakit. Kan setiap rumah sakit itu ada perbandingan perawat dan pasien yang harus dipenuhi, dan itu rata-rata masih kurang," katanya.
Dia mencontohkan, di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, menurut data PPNI memiliki kurang lebih 1.300 orang perawat. Jumlah itu menurut Ganjar masih kurang sekitar 200 perawat.
"Saya kalau bercermin dari yang ada di RSHS ya, yang sekarang perawat sekitar 1300 orang ya. RSHS masih memerlukan 200 orang perawat dari yang sudah ada sekarang. Itu salah satu contoh, belum rumah sakit lain," jelasnya.
Kesejahteraan di Bawah UMK
Ganjar juga mengungkap, tingkat kesejahteraan perawat di Kota Bandung rata-rata sudah di atas Upah Minimum Kota (UMK). Meski begitu, kesejahteraan perawat masih belum merata di ibu kota Jawa Barat ini.
"Terkait dengan kesejahteraan masih terbilang tidak seperti di pelosok yang memang kesejahteraan kurang. Tapi di Kota Bandung pun tidak seluruhnya merata kesejahteraan bagus, cuma kalau dipukul rata sudah UMK," ucap Ganjar.
Dia menuturkan, masih ada perawat yang digaji di bawah UMK. Padahal kata Ganjar, menjadi seorang perawat memerlukan perjuangan yang tidak mudah dan biaya yang tidak sedikit. Karena itu, PPNI hingga sekarang terus memperjuangkan agar kesejahteraan perawat di Kota Bandung bisa merata seluruhnya.
"Di Kota Bandung masih ada perawat yang kesejahteraannya masih di bawah UMK Bandung, itu kan Rp 4 juta lebih, masih ada yang Rp 2-3 juta, itu kan prihatin. Kita selalu memperjuangkan itu," jelasnya.
"Kita itu sekolah minimal D3 tapi dengan penghasilan seperti itu ya kita sedih lah, kami DPD PPNI Kota Bandung berupaya mendorong pemerintah untuk menegur rumah sakit yang masih memberikan upah dengan di bawah UMK," tegasnya.
Minat Perawat Tinggi
Lebih lanjut, Ganjar juga mengatakan minat masyarakat untuk menjadi perawat selalu tinggi dari tahun ke tahun. Hal itu terlihat dari penuhnya kuota lembaga pendidikan yang membuka jurusan keperawatan.
"Kalau melihat minat masyarakat masuk keperawatan itu saya lihat sangat tinggi, dibuktikan dengan lembaga pendidikan keperawatan yang selalu membludak peminatnya. Ya bercermin itu berarti minat jadi perawat itu tinggi," katanya.
Dia mengungkap faktor yang membuat banyak orang berminat menjadi perawat. Faktor pertama ialah peluang kerja seorang perawat terbilang tinggi. Dia menyebut rentang seseorang lulus dari kuliah keperawatan hingga bekerja hanya 3 bulan.
"Yang saya amati adalah bagaimana mereka setelah lulus itu peluang kerjanya tinggi. Menurut survei mahasiswa keperawatan itu rentang dari kelulusan ke mendapat kerja tidak lebih dari 3 bulan, ditambah sekarang banyak rumah sakit baru yang perlu tenaga perawat," ucapnya.
Faktor kedua, yakni dorongan orang tua yang menginginkan anaknya bekerja di dunia kesehatan. Sebab, ilmu keperawatan akan bermanfaat juga untuk keluarga besar si perawat.
"Kedua adalah karena orang tuanya biasanya dari dunia kesehatan. Ada yang beralasan ini tugas yang mulia selain merawat orang lain, ilmunya bisa dipakai merawat keluarganya," ujarnya.
Baca juga: Harapan yang Ikut Singgah di Gang RS Mata |
Ganjar berharap, ke depan perawat di Indonesia khususnya di Kota Bandung bisa lebih meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dia pun menginginkan agar kesejahteraan perawat dapat diperhatikan oleh pemerintah.
"Kamis berharap dari PPNI Kota Bandung bisa terus mendorong perawat kesejahteraan meningkat, bisa diperhatikan oleh pemerintah dan memang ini progresnya sudah mulai ada," tutup Ganjar.
(bba/orb)