Kondisi Parkir di Kota Bandung: Minim Lahan-Marak Pungli

Kondisi Parkir di Kota Bandung: Minim Lahan-Marak Pungli

Bima Bagaskara - detikJabar
Senin, 17 Mar 2025 08:30 WIB
Jalanan di Kota Bandung
Jalanan di Kota Bandung (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar).
Bandung -

Kota Bandung selalu menjadi magnet bagi wisatawan dari berbagai daerah, terutama saat akhir pekan dan musim liburan. Namun, di balik pesonanya sebagai surga kuliner dan belanja, ada satu persoalan yang terus menghantui warga dan wisatawan, yakni masalah parkir.

Kondisi itu diperparah kepadatan kendaraan di Kota Bandung meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Open Data Bandung, pada tahun 2023 sebanyak 1.562.688 kendaraan bermotor terdaftar di Badan Pendapatan Daerah Jawa Barat.

Angka itu mengalami kenaikan dari tahun 2022 yang sebanyak 1.551.774 kendaraan. Di sisi lain, ketersediaan lahan parkir tidak bertambah secara signifikan. Banyak pusat perbelanjaan, kawasan kuliner, dan area wisata yang tidak memiliki kapasitas parkir memadai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pernah ke Bandung jalan-jalan, pas mau mampir ke tempat makan gitu susah cari parkir, sempet muter-muter tapi tetap gak dapet. Jadinya parkir di badan jalan, diarahinnya ke situ sama juru parkir," ucap Tri (29) wisatawan asal Cirebon belum lama ini.

Sulitnya cari lokasi parkir juga dikeluhkan Taher, pengemudi bus pariwisata. Taher menuturkan, bagi sopir bus pariwisata, mencari lahan parkir di Kota Bandung membutuhkan perjuangan.

ADVERTISEMENT

"Untuk bus pariwisata memang di Kota Bandung kita memang sulit untuk mendapatkan lahan parkir. Apabila di salah satu tujuan tidak menyediakan lahan parkir, kita harus parkir jauh," terang Taher.

Dia menceritakan, pernah terlibat cekcok saat akan parkir di Pintu Selatan Stasiun Bandung. Di sana kata dia, terdapat lahan parkir khusus bus pariwisata yang 'dikuasai' kendaraan pribadi dan pedagang kaki lima.

"Di Stasiun Bandung di pintu selatan itu padahal ada untuk parkir bus pariwisata, tapi banyak dipakai kendaraan lain. Saya pernah mau parkir di sana tapi yang sudah parkir malah marah-marah," ucap Taher.

"Kalau untuk orang Bandung mending kita tahu jalan, tahu lokasi parkir. Tapi kalau untuk bukan orang Bandung parkirnya dimana aja yang penting bisa parkir," sambungnya.

Marak Parkir Liar dan Pungli

Kondisi ini dimanfaatkan oleh oknum tertentu yang membuka lahan parkir liar. Mereka biasanya beroperasi di pinggir jalan, trotoar, atau bahkan di depan pertokoan. Tanpa sistem yang jelas, tarif parkir liar ini sering kali tidak masuk akal.

Praktik pungutan liar ini juga tak jarang terjadi di area yang seharusnya dikelola resmi oleh pemerintah. Beberapa oknum juru parkir menaikkan tarif di luar ketentuan atau meminta uang tambahan tanpa tiket resmi.

"Waktu itu diminta Rp 20 ribu buat parkir. Ya karena susah cari parkirnya jadi bayar aja," ucap Tri.

Taher juga pernah menjadi korban pungli saat dirinya diminta membayar parkir Rp 150 ribu ketika mengantar rombongan wisatawan ke kawasan Bandung Zoo. Selain tarif yang tak masuk akal, bus yang dibawa Taher juga ditempatkan di sisi jalan yang terdapat rambu larangan parkir.

"Setelah tamu turun oknum itu bilang, tarifnya parkir Rp 150 ribu. Saya bingung selama saya di bus wisata baru pertama parkir Rp 150 ribu. Saya kemudian bilang ke tamu itu, karena sewanya tidak termasuk parkir," ungkapnya.

Rela Bayar Mahal

Taher juga mengungkapkan, kebanyakan sopir bus pariwisata rela membayar mahal demi mendapat lahan parkir. Dia mencontohkan, di kawasan Asia Afrika, parkir bus dipatok sebesar Rp 50 ribu. Namun Taher memakmuli karena disedikan lahan yang cukup luas untuk parkir.

"Kayak di Asia Afrika, kita bayar Rp 50 ribu, tapi kita difasilitasi tempat. Emang kalau dari aturannya gak sampai Rp 50 ribu (parkir) bus itu, tapi karena susah yaudah okelah dikasih tempat juga nyaman," tuturnya.

Namun saat diminta mengantar wisatawan ke kawasan Dago dan beberapa lokais lainnya, tak jarang Taher harus memarkir bus di tempat yang jauh. Menurutnya, Dishub Kota Bandung menyediakan lahan parkir bus pariwisata di kawasan Monumen Perjuangan (Monju).

"Kemudian di Dago itu, kita sering debat dengan tamu mau turun pas kita mau nurunin petugas langsung nyamperin. Padahal cuma nurunin doang, dikasih fasilitas parkir tapi di Monumen Perjuangan (Monju) di Gasibu, kan jauh banget," keluh Taher.

Upaya Pemerintah dan Tantangan yang Dihadapi

Pemerintah Kota Bandung sebenarnya telah melakukan berbagai upaya, dengan menyediakan kantong parkir resmi di berbagai titik. Namun sayangnya kesadaran masyarakat untuk parkir di tempat resmi masih minim.

"Sementara ini sudah banyak lahan parkir, ada zona pusat penyangga pinggiran. Tinggal kesadaran masyarakat soal parkir kalau lokasinya sudah penuh ya bergeser ke tempat yang disediakan lain," kata Plt Kadishub Kota Bandung Asep Kuswara.

Soal keberadaan jukir liar yang kerap melakukan pungli, Asep meminta masyarakat untuk berani 'melawan'. Jika lokasi yang parkir yang diarahkan tidak sesuai, makan sudah seharusnya masyarakat menolak.

"Kalau diarahkan tempatnya salah jangan mau, apalagi diminta duluan uangnya. Tarif layanan parkir itu zona pusat penyangga pinggiran berbeda," singkatnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Momen 25 Preman Berkedok Jukir di Bandung Digaruk Polisi"
[Gambas:Video 20detik]
(bba/mso)


Hide Ads