Tiap Hari, Satu Warga Jabar Meninggal Akibat DBD Sejak Awal 2024

Tiap Hari, Satu Warga Jabar Meninggal Akibat DBD Sejak Awal 2024

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 24 Mar 2024 19:30 WIB
Macro of mosquito (Aedes aegypti) sucking blood close up on the human skin. Mosquito is carrier of Malaria; Encephalitis; Dengue and Zika virus
Nyamuk aedes aegypti (Foto: Getty Images/iStockphoto/PongMoji)
Bandung - Puluhan nyawa warga Jawa Barat melayang dalam rentang tiga bulan terakhir akibat terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti.

Dari data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Jawa Barat dari Bulan Januari hingga Maret 2024 kasus DBD mencapai 11.058. Dalam kasus ini 96 orang di antaranya meninggal dunia. Bila dikalkulasikan sejak tiga bulan terakhir, nyaris satu orang meninggal dunia setiap hari akibat DBD di Jabar.

Dalam sebaran kasus DBD di Jabar, Kota Bandung menjadi daerah penyumbang kasus terbanyak pertama dengan 1.741 kasus, Kabupaten Bandung Barat diurutan kedua dengan 1.043 kasus dan Kota Bogor di urutan ketiga dengan 939 kasus.

Sementara itu, untuk kasus kematian Kabupaten Bandung ada diurutan pertama dengan 14 kasus, kedua Kabupaten Subang dengan 13 kasus dan ketiga Bandung Barat serta Kota Bandung dengan 8 kasus.

Meski DBD menyerang semua kelompok umur, Kepala Dinas Kesehatan Jabar Vini Adiani Dewi menyebut sebagian besar pasien meninggal dunia merupakan anak usia 5 hingga 14 tahun.

"Yang meninggal terbanyak usia 5 sampai 14 tahun," kata Vini, Sabtu (23/3).

Dia mengungkapkan, walau angka kasus DBD terbilang tinggi di Jabar tapi trennya turun jika dibandingkan antara Bulan Januari dan Maret. Namun, menurutnya lonjakan terjadi di Bulan Februari.

"Januari 4.714, Februari 5.673 dan Maret hingga tanggal 20, 671 kasus," ungkapnya.

Menurut Vini, DBD adalah penyakit yang terjadi sepanjang tahun, angkanya akan melonjak pada momen tertentu seperti musim pancaroba saat ini.

"DBD ini penyakit sepanjang tahun dan pada kondisi tertentu akan mengalami peningkatan sesuai peningkatan perkembangbiakan nyamuk. Jadi perkembangbiakan nyamuk dipengaruhi lingkungan," jelas Vini.

Genangan air yang muncul di musim pancaroba membuat nyamuk Aedes aegypti mudah berkembangbiak sehingga kasus meningkat.

"DBD ini senang pada air bersih (menggenang), maka kapan paling banyak terjadinya genangan? Ketika terjadi perubahan, kalau musim panas kan langsung kering dan kalau musim hujan akan terbawa arus," tuturnya.

Vini mengimbau kepada masyarakat untuk berperilaku sehat dan peduli terhadap lingkungan sekitar dengan mengantisipasi perkembangbiakan nyamuk.

"Tapi kalau musim pancaroba, banyak air menggenang karena tidak langsung kering atau teralirkan. Jadi memang waspada nya Januari sampai April," pungkasnya. (wip/yum)



Hide Ads