Penyelenggaraan pemungutan suara Pemilu Serentak di Kota Cimahi pada 14 Februari lalu menelan korban jiwa usai seorang petugas linmas meninggal dunia. Petugas linmas tersebut atas nama Ridwan, warga Kampung Nyenyerean, RT 02/18, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.
Ridwan meninggal dunia di rumah sakit pada Kamis (22/2/2024) sekitar pukul 21.00 WIB. Pria 61 tahun itu bertugas sebagai linmas di TPS 118 di daerah tempat tinggalnya.
"Hari ini saya melayat Pak Ridwan, yang bertugas sebagai Linmas saat Pemilu Serentak kemarin. Beliau meninggal tadi malam," kata Sekretaris Daerah Kota Cimahi, Dikdik Suratno Nugrahawan saat ditemui di rumah duka, Jumat (23/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikdik mengatakan sebelum meninggal, berdasarkan informasi keluarga mendiang Ridwan sempat mengeluhkan sakit pada jantungnya. Ia kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Dustira.
"Mungkin karena kelelahan, kondisi tubuhnya tidak dirasa selama bertugas. Akhirnya sakit, dibawa ke RS Dustira dan meninggal di sana," kata Dikdik.
Dikdik mengatakan pihaknya bakal berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan terkait santunan yang bakal diterima keluarga mendiang Ridwan sebagai penyelenggara pemilu. "Soal santunan, kami akan koordinasi dulu dengan dinas teknis. Termasuk dengan KPU," ucap Dikdik.
Sementara itu, Ketua KPU Kota Cimahi, Anzhar Ishal Afryand, mengatakan petugas Linmas yang meninggal dunia tersebut bakal mendapatkan santunan sebesar Rp46 juta.
"Pastinya dapat, kalau nggak salah sekitar Rp46 juta. Kemarin Sekretaris KPU sudah datang ke keluarga, dan menyampaikan juga soal pemberian santunan itu," kata Anzhar.
Saat ini pihak keluarga masih melengkapi persyaratan administrasi untuk mencairkan santunan tersebut. Setelah itu, KPU bakal melakukan verifikasi dan validasi persyaratan tersebut.
"Jadi sekarang masih proses melengkapi persyaratan administrasi. Kalau sudah kemudian diverifikasi dan validasi. Setelah itu baru pencairan, sekitar 2-3 hari setelah verifikasi. Pencairan langsung masuk ke rekening ahli waris," ujar Anzhar.
Meninggalnya penyelenggara pemilu di Kota Cimahi dan daerah lainnya, mesti menjadi pelajaran bagi petugas KPPS, PPK, linmas, dan pihak lainnya agar tak memaksakan diri saat bertugas.
"Kita minta supaya petugas tidak memaksakan diri. Kalau dirasa kondisi kesehatan menurun, lebih baik istirahat dan memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas," kata Anzhar.
Pihaknya sendiri sejak sebelum pencoblosan sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Cimahi untuk memfasilitasi perawatan dan pemeriksaan penyelenggara pemilu di setiap puskesmas dan rumah sakit.
"Sampai saat ini kami terus koordinasi dengan Dinkes, soal perawatan dan pemeriksaan di puskesmas dan rumah sakit. Jadi biaya ditanggung KPU, silakan datang langsung kalau dirasa kesehatan menurun," ucap Anzhar.
Antisipasi lainnya, penyelenggara pemilu hingga linmas sudah dibekali dengan vitamin sebagai pencegahan kondisi kesehatan tidak menurun selama proses rekapitulasi tingkat PPK.
"Ya karena penghitungan masih berjalan, kita sudah berikan vitamin buat petugas. salah sayu upaya menjaga mereka tetap fit," ujar Anzhar.
Mengeluhkan Sakit Dada
Ridwan yang berusia 61 tahun meninggal beberapa hari selepas bertugas mengawal jalannya pemungutan suara di lingkungan tempatnya tinggal. Ia diduga kelelahan hingga mengembuskan nafas terakhir.
Di pusara Ridwan, nampak anggota keluarga masih meratapi kepergian pensiunan TNI dengan pangkat terakhir Sersan Dua (Serda) tersebut. "Bapak itu tanggung jawab kalau menjalankan tugas, apalagi Pemilu. Jadi dia memang ingin memastikan tidak ada kecurangan di TPS-nya," kata Deri Setiana Ridwan (31), anak kedua mendiang Ridwan saat berbincang dengan detikJabar.
Meninggalnya Ridwan, berawal saat ia mengeluh sakit pada bagian dadanya. Nyeri itu dirasakan Ridwan sehari setelah pemungutan suara, namun tak dianggap sebagai sesuatu yang serius.
"Jadi sejak sebelum pencoblosan itu nggak tidur semalaman, kemudian ngeluh nggak enak badan dan sakit di dada. Habis itu minum obat, karena dianggapnya hanya masuk angin biasa," ucap Deri.
Namun lantaran tak kunjung membaik, keluarga akhirnya merujuk Ridwan ke RS Dustira. Dokter yang memeriksa kondisi Ridwan, menyebut bahwa linmas itu mengalami serangan jantung.
"Ternyata pas dibawa ke Rumah Sakit Dustira, kata dokter sudah terkena serangan jantung," kata Deri.
Selama pemeriksaan, kondisi mendiang Ridwan ternyata naik turun. Deri menyebut kalau denyut nadi ayahnya itu bahkan sempat tidak terasa sama sekali hingga membuat dokter menggunakan alat pacu jantung.
"Sempat ada lagi nadinya, cuma nggak lama kondisinya langsung kritis. Sekitar jam 20.13, saya dipanggil sama dokter kemudian dokter itu melakukan upaya terakhir. Nggak lama, dinyatakan meninggal dunia," ucap Deri.
Deri memastikan ayahnya tak memiliki riwayat jantung. Apalagi, tugas sebagai linmas pada Pemilu 2024 ini menjadi pengalaman kedua mendiang Ridwan bertugas mengawal pemilu.
"Nggak ada riwayat, jadi memang sehat sehari-harinya juga. Kelelahan sih yang pasti dan sudah takdirnya," kata Deri.
(sud/sud)