Jajang Ketua KPPS Bandung Kepikiran Tugas Sebelum Wafat

Jajang Ketua KPPS Bandung Kepikiran Tugas Sebelum Wafat

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Sabtu, 17 Feb 2024 13:30 WIB
Suasana rumah duka salah satu petugas KPPS yang meninggal di kota Bandung.
Suasana rumah duka salah satu petugas KPPS yang meninggal di kota Bandung. (Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar)
Bandung -

Tubuh Juju Juariah (46) lemas menatap jasad kakak tercintanya, Jajang Safaat yang berpulang ke hadapan Sang Pencipta. Jajang merupakan Ketua KPPS 18 Kelurahan Pasir Wangi, Ujung Berung, Kota Bandung. Ia dinyatakan meninggal saat bertugas ikut mengawal penyelenggaraan Pemilu 2024 di wilayahnya.

Sebelum menjadi petugas KPPS, Jajang disebut dalam kondisi sehat. Sayangnya, kesehatannya sempat menurun dan semakin parah karena begadang dan tidak tidur pada tanggal 14-15 Februari.

"Udah ini udah lemes, napasnya sesak, sama diare, badannya pada sakit. Baru dibawa ke Rumah Sakit. Enggak (sebelumnya tidak sakit), itu termasuk orang sehat," ucap Juju sambil tersedu ditemui wartawan di rumah duka, Sabtu (17/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juju mengatakan, pada dua hari sebelum Pemilu 2024 berlangsung, Jajang sempat mengeluh kondisinya kurang fit. Saat 14 Februari 2024 atau hari H Pemilu, kondisi Jajang mulai tak lagi kuat.

"Sampai pulang, itu muntah-muntah juga kan hari H subuh, setengah tiga subuh. Lagi penghitungan suara, setengah tiga subuh itu udah terlalu lemas, akhirnya pulang. Udah ngedrop aja dari situ teh. Paginya itu saya antar ke dokter praktek, tapi enggak ada reaksi obatnya itu seharian itu teh," ceritanya.

ADVERTISEMENT

Juju menjelaskan, saat sakit, Jajang tak bisa melepaskan pikiran dari kewajibannya sebagai Ketua KPPS. Sampai di Rumah Sakit, kondisi tubuh Jajang semakin memburuk.

"Terus sorenya minta berobat lagi biasa, tapi kan udah tutup. Sama saya diajak ke rumah sakit, enggak mau. Paginya masih enggak ada perubahan. Yaudah, bawa ke rumah sakit aja, ngerujuk ke Al-Islam. Tensinya rendah, detak jantungnya cepat," ucap Juju.

"Ternyata yang jadi beban pikirannya itu, kerjaan yang di TPS belum selesai. Nanya terus ini gimana? Terus saya bilang, yaudah pokoknya tenang aja. Udah ada yang nangani, insya Allah udah beres. Udah, baru tenang dianya," lanjutnya.

Ba'da Ashar atau sekitar pukul 15.00 WIB, kondisi Jajang semakin drop. Detak jantungnya semakin menurun. Juju pun hanya bisa pasrah, takdir kematian menjemput hidup Jajang.

"Udah dipacu, macem-macem. Ya, akhirnya tinggal ketolong pukul 19.30 WIB. Keluarga yang ditinggalkan ada anak dua dan istri. Almarhum termasuk orangnya aktif di masyarakat," kata Juju.

Keluarga Jajang mengaku ikhlas dan menerima garis takdir yang terjadi. Namun, Juju berharap kisah sang kakak dapat jadi evaluasi bagi Pemilu selanjutnya.

Sebagai saksi, Juju tahu persis tugas menjadi seorang KPPS sangat berat. Bukan hanya bertugas saat Pemilu berlangsung, namun juga mempersiapkan TPS di wilayahnya sendiri. Belum lagi dengan proses penghitungan suara yang membuat petugas harus begadang.

"Tapi harapannya ya pengen nantinya jangan sampai kayak gini. Jangan ada lagi, Almarhum aja yang jadi korban lah ya. Terlalu diforsir, terlalu capek. Mungkin nantinya kesananya seperti apa, biar para petugasnya itu enggak terlalu kelelahan. Ya, saya sendiri kan jadi saksi, ya dari pagi itu harus standby. Sampai penghitungan suara selesai, harus bikin laporan sampai keluar C1 harus selesai hari itu juga," pesan Juju.

"Jadi paling sibuk itu ya KPPS-nya. Terasa banget. Saya nyaksikan banget, capek memang. Makanya ketika Pak Jajang juga sebelumnya berkegiatan masang tenda sendiri. Rumput harus dia bersihin dulu, sudah terlalu diforsir," imbuhnya.

Sementara itu Pj Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono melakukan kunjungan langsung ke rumah duka. Ia pun mengucapkan belasungkawa pada keluarga mendiang Jajang.

"Almarhum Pak Jajang menjadi pahlawan demokrasi kalau menurut saya. Beliau sangat bertanggung jawab melaksanakan tugasnya. Tentunya kami merasa kehilangan salah satu warga Kota Bandung dan tentunya kita semua mendoakan semoga Almarhum khusnul khotimah dalam menjalankan tugas negara untuk melaksanakan demokrasi di republik kita," kata Bambang.

Ia pun menyebut Pemkot Bandung telah melakukan langkah prefentif dengan melakukan screening kesehatan dan menyiapkan suplemen kesehatan. Selain itu, petugas kesehatan pun disiapkan selama 24 jam pada 14-15 Februari 2024 lalu.

Meskipun begitu, menurunnya kesehatan petugas KPPS tak bisa dihindari. Bambang memastikan bahwa biaya petugas KPPS yang sakit dan meninggal akan ditangani oleh Pemkot Bandung. Sampai hari ketiga pasca Pemilu 2024, tercatat ada 345 petugas KPPS yang sakit.

"Pemerintah kota turut bertanggung jawab salah satu di antaranya mengupayakan yang bersangkutan biaya pengobatannya, semuanya ditanggung," ucap dia.

(aau/yum)


Hide Ads