Imbas Viral Pelayanan Buruk, RSUD Otista Istirahatkan Satu Perawat

Kabupaten Bandung

Imbas Viral Pelayanan Buruk, RSUD Otista Istirahatkan Satu Perawat

Yuga Hassani - detikJabar
Jumat, 26 Jan 2024 14:30 WIB
Dirut RSUD Otista Yani Sumpena Muchtar.
Dirut RSUD Otista Yani Sumpena Muchtar. (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Bandung -

Salah seorang perawat RSUD Otista Soreang, Kabupaten Bandung, diistirahatkan sementara. Hal itu buntut viralnya curhat warga di sosial media terkait pelayanan yang kurang baik.

Dirut RSUD Otista Soreng Yani Sumpena Muchtar mengatakan, pasca adanya keluhan dari masyarakat tersebut, pihaknya langsung melakukan evaluasi internal. Setelah itu. pembinaan kepada perawat tersebut diambil.

"Iya kita coba off-kan sementara. Untuk berikutnya kita akan coba diarahkan ditempatkan di mana," ujar Yani kepada awak media, di RSUD Otista Soreang, Jumat (26/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya perawat itu merupakan telah bertugas sejak lama. Bahkan, perawat itu sebelumnya telah memberikan kontribusi lebih kepada RSUD Otista Soreang.

"Kami juga harus tetap berlaku adil, jasa-jasa beliau juga banyak terhadap rumah sakit. Banyak juga yang men-support dari luar kepada beliau," katanya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya perawat tersebut nantinya akan dipindahtugaskan, tidak di bagian pelayanan lagi. Namun hal tersebut masih dalam pembahasan internal.

"Sehingga dia akan kami arahkan ke tempat mana. Mungkin tidak langsung di pelayanan, mungkin bisa di office, atau di mana lah," jelasnya.

Yani mengungkapkan, sejauh ini baru satu perawat tersebut yang dibina. "Sementara ini satu orang. Kalau ditegur mah semua, termasuk saya juga harus ditegur bahwa belum bekerja maksimal," ucapnya.

Dia menambahkan, pasca viralnya keluhan warga tersebut, pihaknya langsung mengevaluasi seluruh bagian yang ada di rumah sakit. Kemudian memberikan pembinaan kepada salah satu perawat tersebut.

"Salah satu petugas kami coba tarik dulu. Karena memang ada kejadian itu kami akui juga. Sehingga mudah-mudahan memberikan efek jera ke semua pihak, terutama ke semua temen-temen layanan. Bahwa harus tetap melayani meskipun kondisi psikologis kurang enak. Ya tetap harus melayani dengan rambu-rambu," tuturnya.

Minta Maaf

Secara khusus, Yani menyampaikan permohonan maaf kepada warga. Sebab ada hal yang dirasa tidak nyaman bagi masyarakat. "Terkait adanya kejadian viral kemarin, intinya kami seluruh civitas RSUD Otista mohon maaf apabila ada ketidaknyamanan," ujar Yani.

Pihaknya menyebutkan akan melakukan evaluasi terkait pelayanan. Salah satunya adalah terkait prosedur dan sistem BPJS. "Intinya kami siap mendapatkan koreksi dari semua pihak. Supaya kita bisa lebih baik lagi apabila ada koreksi dari pihak pasien," katanya.

Yani mengaku telah menemui pasien yang mengeluhkan dis osmed tersebut. Kemudian secara langsung menyampaikan permohonan maafnya. "Kita dari rumah sakit sudah datang langsung ke yang bersangkutan," jelasnya.

Menurutnya, setelah ditemui, pasien tersebut telah kembali beraktivitas normal. Kemudian kedua belah pihak telah menyampaikan permohonan maafnya.

"Jadi saya tidak saling menyalahkan lah di balik itu ada sesuatu. Tapi sudah lah ini adalah bisa diambil hikmah. Tidak perlu saling menyalahkan, karena pasti ada sesuatu yang mendasarinya," ucapnya.

Dia pun turut buka suara terkait penilaian RSUD Otista Soreang di Google Review masih banyak yang negatif. Yang jelas, saat ini RSUD Otista Soreang akan fokus dalam membenahi pelayanan.

"Iya kan ini soal pelayanan. Kalau kami tetap berkhusnudzon saja, kita terus memperbaiki. Jadi cara kami mah kita tidak perlu meng-counter lah. Justru kita beri tahu ke bagian layanan kita, perbaiki terus, perbaiki terus. Mangga (silakan) lah itu mah gimana masyarakat yang menerima hasil layanannya. Intinya sekarang semua layanan dievaluasi lah," bebernya.

Dalam kesempatan tersebut, RSUD Otista Soreang langsung membuat aplikasi pengaduan bagi masyarakat. Jadi jika masyarakat yang mengeluhkan terkait apapun bisa lewat aplikasi tersebut.

"Nah tadi kami luncurkan SIPEKA, sistem pengaduan komplain. Jadi kami peka terhadap komplain yang diberikan oleh pengguna jasa rumah sakit. Nah itu salah satu media atau aplikasi yang kita punya," kata Yani.

"Silahkan kalau merasa tidak puas dengan layanan kami, sampaikan di aplikasi itu. Insyaallah dalam dua hari kita akan lakukan tindak lanjutnya," pungkasnya.

Diketahui sebelumnya, seorang pasien mengeluhkan pelayanan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Oto Iskandardinata (Otista), Soreang, Kabupaten Bandung. Pasien itu mengunggah keluhannya di sosial media dan menjadi viral.

Dilihat detikJabar dari akun TikTok @chareesa30, Rabu (24/1/2024), mengunggah keluhannya dalam sebuah foto dilengkapi dengan tulisan yang berisi unek-uneknya dalam 15 slide foto.

Dalam unggahannya, dia mengaku baru pertama kali berobat di RSUD Otista Soreang karena lokasinya paling dekat dengan kediamannya.

"Karena udah 2 hari BAB air dan muntah-muntah, alhasil mutusin buat rawat inap disini. Kenapa pilih RS ini? Karena lebih dekat rumah. Daftar dulu di IGD dan di sini udah lemes banget woy," tulis akun tersebut yang tertera dalam foto.

Pasien itu mengaku awalnya mengajukan layanan menggunakan BPJS. Kemudian staf dari RSUD Otista Soreang meminta surat rujukan. Karena tak memiliki surat rujukan pengunggah akhirnya diarahkan berobat ke puskesmas. Mendengar arahan dari staf RS, dirinya langsung pergi dan memilih berobat ke poliklinik.

Alhasil pasien tersebut langsung bisa diperiksa oleh dokter dan langsung membayar obat. Namun saat akan mengambil obat, dia merasa tidak mendapatkan nomer antrean dan orang yang datang bersamaan dengannya telah duluan mengambil obat. Merasa menunggu lama, akhirnya dia memutuskan langsung pergi tanpa mengambil obat.

Dirut RSUD Otista Yani Sumpena Muchtar membenarkan adanya peristiwa itu. Bahkan kata dia, staf yang ada di RS telah berupaya untuk mengarahkan pasien tersebut.

"Untuk sementara ya itu tentunya dia bukan pasien gawat darurat, datang ke IGD kemudian kita arahkan ke poliklinik itu yang terjadi. Kalau memang tidak darurat itu diarahkan ke poliklinik. Jadi kalau IGD mah emang yang darurat yang memang perlu ditangani," ujar Yani, kepada detikJabar, Rabu (24/1/2024).

Halaman 2 dari 2
(orb/orb)


Hide Ads