Heboh Pengakuan Pasien Dapat Pelayanan Buruk di RS Bandung

Heboh Pengakuan Pasien Dapat Pelayanan Buruk di RS Bandung

Yuga Hassani - detikJabar
Rabu, 24 Jan 2024 17:05 WIB
ilustrasi kanker rumah sakit
Ilustrasi (Foto: iStock)
Kabupaten Bandung -

Seorang pasien mengeluhkan pelayanan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Oto Iskandardinata (Otista), Soreang, Kabupaten Bandung. Pasien itu mengunggah keluhannya di sosial media dan menjadi viral.

Dilihat detikJabar dari akun TikTok @chareesa30, Rabu (24/1/2024), mengunggah keluhannya dalam sebuah foto dilengkapi dengan tulisan yang berisi unek-uneknya dalam 15 slide foto.

Dalam unggahannya, dia mengaku baru pertama kali berobat di RSUD Otista Soreang karena lokasinya paling dekat dengan kediamannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena udah 2 hari BAB air dan muntah-muntah, alhasil mutusin buat rawat inap disini. Kenapa pilih RS ini? Karena lebih dekat rumah. Daftar dulu di IGD dan di sini udah lemes banget woy," tulis akun tersebut yang tertera dalam foto.

Pasien itu mengaku awalnya mengajukan layanan menggunakan BPJS. Kemudian staf dari RSUD Otista Soreang meminta surat rujukan. Karena tak memiliki surat rujukan pengunggah akhirnya diarahkan berobat ke puskesmas. Mendengar arahan dari staf RS, dirinya langsung pergi dan memilih berobat ke poliklinik.

ADVERTISEMENT

Alhasil pasien tersebut langsung bisa diperiksa oleh dokter dan langsung membayar obat. Namun saat akan mengambil obat, dia merasa tidak mendapatkan nomer antrean dan orang yang datang bersamaan dengannya telah duluan mengambil obat. Merasa menunggu lama, akhirnya dia memutuskan langsung pergi tanpa mengambil obat.

Dirut RS Otista Yani Sumpena Muchtar membenarkan adanya peristiwa itu. Bahkan kata dia, staf yang ada di RS telah berupaya untuk mengarahkan pasien tersebut.

"Untuk sementara ya itu tentunya dia bukan pasien gawat darurat, datang ke IGD kemudian kita arahkan ke poliklinik itu yang terjadi. Kalau memang tidak darurat itu diarahkan ke poliklinik. Jadi kalau IGD mah emang yang darurat yang memang perlu ditangani," ujar Yani, kepada detikJabar, Rabu (24/1/2024).

Yani mengaku telah mencoba menghubungi pasien untuk menyelesaikan kasus ini. "Kita juga pengen tau apa yang terjadi. Supaya kita ada tindak lanjut ke dia seperti apa sih kelemahan dari kita. Namanya pelayanan dia puas kita juga puas. Nah ini juga sekalian untuk perbaikan ke dalam juga kalau ada hal-hal yang kurang berkenan," katanya.

Yani mengungkapkan saat ini RSUD Otista Soreang langsung melakukan rapat internal membahas terkait keluhan itu. "Kita lagi rapat ngumpul ini, justru kita lagi menelusuri kurang kita apa. Kan jujur aja saya baru 3 bulan juga di sini bahwa untuk mengajak temen-temen hayu kita perbaiki. Malah insyaallah kalau dari sisi jumlah kunjungan kita justru naik, berarti masih banyak yang kesini. Ya kita liat lah," jelasnya.

Yani mengakui jika pasien BPJS harus membawa surat rujukan. Kata dia, hal tersebut berbeda jika pasien gawat darurat. "Kalau gawat darurat itu tidak perlu, tapi kan gawat darurat menurut medis dan pasien berbeda, nah ini masalah," ucapnya.

"Contoh lah sakit gigi, kan kata pasien itu gawat darurat, tapi kalau untuk medis mah ini tidak perlu harus dirawat gitu. Nah kaya gitu lah," tambahnya.

Dia menuturkan saat ini RSUD Otista masih melakukan pendalaman terkait informasi keluhan dari masyarakat. "Kita juga sambil introspeksi ke dalem gitu, kalau memang ada kita perbaiki, kalau ada tindakan lebih lanjut kita di bagian-bagian yang melayaninya di kasih pelatihan servis excellent bagaimana menghadapi customer kaya gitu-gitu lah kita lagi merencanakan itu," kata Yani.

"Iya kan kita dalami dulu informasinya. Kalau memang betul (ada kesalahan) kita lakukan pembinaan. Saksi mah terlalu berat," sambung Yani.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads