2 Tamu Tak Diundang Hantui Warga di Bantaran Sungai Cimandiri Sukabumi

2 Tamu Tak Diundang Hantui Warga di Bantaran Sungai Cimandiri Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 23 Jan 2024 15:00 WIB
Cerita dari pinggir Sungai Cimandiri di Kp Mariuk, Sukabumi
Cerita dari pinggir Sungai Cimandiri di Kp Mariuk, Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Suara derasnya hujan membuat Opan Sopandi (59) terjaga, ia bergegas melihat ke luar rumah. Matanya tajam tertuju pada aliran Sungai Cimandiri. Sekejap ia bernapas lega meskipun wajahnya masih menunjukan rasa khawatir.

Bertahun-tahun lamanya warga di Kampung Baru Mariuk, terutama di RT 1 RW 1, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi hidup dengan banjir luapan Sungai Cimandiri. Bahkan saking terbiasanya, warga menamai banjir sesuai dengan intensitas debit air yang datang.

"Si Dengdeng dan Si Dongkol, itu banjir yang sering datang mengetuk pintu rumah warga ketika hujan. Si Dengdeng itu sudah sering terjadi di musim hujan begini, sementara si Dongkol itu antara 3 tahun sampai 5 tahunan," cerita Opan kepada detikJabar, pelan ia mulai menyeruput kopi hitam yang tersaji, Senin (22/1/2024) pagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Opan melanjutkan ceritanya, Kampung Baru Mariuk dahulunya adalah aliran sungai. Namun berubah menjadi nusa, dari gundukan tanah warga lantas membangun permukiman. Saling klaim hak antara sungai dan para pemilik rumah sering terjadi saat musim hujan.

"Dulu sekali area ini adalah daratan, namun diambil alih oleh sungai. Perkampungan ini bukan berada di bantaran ya, ketika sungai beralih kembali ke jalurnya warga mulai kembali menempati tanah mereka, dibangun rumah akhirnya jadi Kampung Baru Mariuk, mengikuti nama kampung asal yakni Kampung Mariuk, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi," kata Opan.

ADVERTISEMENT
Cerita dari pinggir Sungai Cimandiri di Kp Mariuk, SukabumiCerita dari pinggir Sungai Cimandiri di Kp Mariuk, Sukabumi Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Makanya tak heran, saat musim hujan ketika air sungai meluap, banjir kerap datang. Si Dengdeng diambil dari istilah Caah Dengdeng yang artinya banjir bandang sementara si Dongkol diambil dari rasa kesal atau jengkel warga ketika banjir datang.

"Hari Jumat (19/1) kemarin si Dengdeng datang, tingginya sampai se paha orang dewasa. 1 meteran - 1,5 meter dalamnya. Hanya nempel sampai rumah, dari sini ke sungai jaraknya sebenarnya cukup jauh antara 20 sampai 25 meter," tutur Opan.

"Kalau si Dengdeng kedalamannya bisa 3 meter sampai 5 meter, yang dahsyat itu pada tahun 2019 rumah sampai laput (tenggelam). Titik paling dangkalnya itu 1,5 meter, peralatan elektronik warga banyak yang rusak tenggelam karena banjir, belum kasur dan sebagainya palid (hanyut) dibawa banjir," keluhnya menambahkan.

Opan mengaku kembali menempati Kampung Baru Mariuk sekitar 12 tahun. Karena kerap didatangi banjir akhirnya lama-lama warga terbiasa, ketika hujan datang warga sudah bersiap mengevakusi diri. Barang-barang berharga hingga barang elektronik dungsikan ke tempat yang lebih tinggi.

"Saya tinggal di Kampung Baru sekitar 12 tahun. Warga di sini akhirnya terbiasa hidup dengan banjir. Setiap hujan warga siap siaga, barang dialihkan ke tempat yang aman. Rumah dikosongkan, terutama barang ektronik. Setiap tahun, semuanya sementara diungsikan. Kalau perahu hilang dan hancur," ujar Opan.

Serbuan si Dongkol Menjelang Magrib

Terakhir kali, Banjir Si Dongkol muncul pada tahun 2019, kala itu gemuruh air datang sore hari menjelang magrib saat warga beraktivitas. Serbuan air langsung menggenangi beberapa rumah warga, saat itu warga belum bersiap karena awalnya hanya hujan gerimis.

"Hujan kecil, jadi tidak diprediksi. Tahunya ketika warga tidur pulas hujan di hulu membesar (Sungai) Cimandiri meluap hebat, langsung masuk ke permukiman. Saya sendiri ditelepon sekitar pukul 17.00 WIB oleh saudara saya," kata Nanan (43) warga Kampung Mariuk yang memiliki kerabat di Kampung Baru Mariuk.

Nanan bergegas, tiba di lokasi ia sudah melihat hilir mudik perahu masuk perkampungan mengevakusi barang milik warga. Ia kemudian menerjang banjir dengan ketinggian 2 meter. Nanan menunjukan foto saat itu, dalam foto terlihat ketinggian air mencapai dadanya.

"Itu di titik paling dangkal, sekitar 1,5 meter itu sudah dekat ke jalan raya. Saya cari saudara saya alhamdulilah selamat semua, kalau barang hingga ternak miliknya habis semua," tutur Nanan.

Cerita dari pinggir Sungai Cimandiri di Kp Mariuk, SukabumiCerita dari pinggir Sungai Cimandiri di Kp Mariuk, Sukabumi Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Nanan mengatakan, Si Dongkol sukar diprediksi kedatangannya. Meski tidak hujan, kadang di hulu sungai hujan besar dan mengakibatkan tinggi permukaan air naik tiba-tiba. Imbasnya meluap dan menggenangi permukiman warga.

"Air setinggi atap rumah warga bahkan lebih, bahkan meluap ke jalan raya sampai motorpun tidak bisa melintas," tutupnya.

(sya/yum)


Hide Ads