Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengungkapkan bahwa peristiwa gempa di Kabupaten Sumedang sudah pernah terjadi dari sejak 1955.
"Gempa di Sumedang bukan hanya terjadi pada tahun 2023 saja," ungkap Suharyanto dalam sambutannya pada kegiatan penyerahan bantuan stimulan kepada korban rumah rusak akibat gempa di Gedung Negara, Kabupaten Sumedang, Jumat (5/1/2024).
Ia kemudian menyebut beberapa peristiwa gempa yang terjadi di Kabupaten Sumedang sebelum tahun 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada 2022 terjadi walau pun skalanya lebih kecil, kemudian tahun 2010 ada lagi, tahun 1972 kemudian tahun 1955," terang Suharyanto.
Lantas bagaimanakah catatan sejarah tentang peristiwa gempa pada tahun 1955 di Kabupaten Sumedang ?
Catatan sejarah gempa itu tertulis apik oleh beberapa koran Belanda kala itu. Salah satunya seperti yang ditulis oleh Algemen Dagblad yang terbit pada Selasa, 16 Agustus 1955.
"Serangkaian gempa bumi telah menyebabkan kerusakan luas di kota Sumedang di Jawa Barat. Gempa pertama dari sepuluh gempa dirasakan pada Minggu pagi pukul setengah sepuluh dan gempa terakhir dirasakan pada Senin pagi pukul sembilan. Sebagian besar Sumedang, kota berpenduduk 12.400 jiwa, 32 km sebelah timur Bandung, telah hancur. Hampir 200 bangunan hancur atau rusak. Tidak ada kecelakaan pribadi" tulis koran tersebut.
Di sana disebutkan bahwa serangkaian gempa bumi terjadi sebanyak 10 kali di Sumedang. Dari rentetan gempa yang terjadi guncangan pertama dirasakan pada Minggu sekitar pukul 10.30 pagi. Sementara guncangan terakhir pada keesokan harinya atau Senin pagi sekitar pukul 09.00 WIB.
Akibat gempa itu, sedikitnya 200 bangunan hancur atau rusak. Di sana juga disebutkan bahwa penduduk Sumedang kala itu berjumlah 12.400 jiwa.
Berita dengan judul Ernstige Aardbeving op West (Gempa Parah Terjadi di Barat) tersebut tidak menyebutkan terkait korban jiwa atau korban luka.
Hal serupa diberitakan oleh surat kabar Het Vrije Volk yang juga sama terbit pada Selasa 16 Agustus 1955. Dalam beritanya diberi judul Aardbeving op JAVA atau Gempa Bumi di Jawa.
Data terkait kerusakan bangunan disebutkan sedikit detail dalam pemberitaan surat kabar ini. Sedikitnya ada sebanyak 38 bangunan mengalami kerusakan total.
Sementara 133 bangunan termasuk kantor bupati, masjid dan kantor komandan militer ada yang mengalami retakan. Disana juga disebutkan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Saksi Hidup Saat Gempa Melanda Sumedang pada Tahun 1955
Salah satu saksi hidup peristiwa gempa Sumedang 1955 adalah Rokayah. Ia terlahir pada tahun 1927 atau kini berusia 97 tahun.
Rokayah saat ini masih hidup dan tinggal di Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan. detikJabar pun pernah berkesempatan mewawancarainya beberapa waktu lalu atau pada Sabtu, 03 Des 2022.
Ingatannya masih sangat kuat waktu itu saat harus mengingat bagaimana dahsyatnya gempa Sumedang tahun 1955.
"Akibat gempa saat itu, lantai rumah warga banyak yang sampai terangkat dan banyak rumah yang rusak akibat guncangan gempanya yang begitu besar," ungkap Rokayah.
![]() |
Ia bersama keluarganya yang kala itu tengah berada di dalam rumah, seketika langsung berhamburan keluar. Begitu pun dengan warga lainnya.
"Warga saat itu langsung pada diam di luar rumah karena trauma akibat gempa yang dirasakan besar sekali," terangnya yang kala itu bersama suaminya telah dikaruniai empat orang anak.
Menurutnya, gempa 1955 menjadi gempa paling besar yang pernah dirasakan sepanjang hidup dan tinggal di Sumedang (pernyataan ini ditulis detikJabar sebelum gempa 2023).
"Belum ada gempa sebesar itu selama emak tinggal di Sumedang,"ucapnya.
Rokayah mengatakan gempa yang terjadi tidak sampai memakan korban jiwa lantaran permukiman penduduk masih jarang-jarang kala itu. Ditambah, model rumahnya masih didominasi oleh bangunan dengan material bambu dan kayu.
"Rumah emak itu lantai bawahnya banyak yang hancur karena permukaan tanahnya jadi terangkat oleh gempa," ucapnya.
![]() |
Rokayah sendiri bersama keluarganya selamat dari kejadian gempa saat itu. Dia telah dikarunia 9 orang anak, 9 orang cucu dan 4 orang cicit. Sementara suami dan ketiga anak di antaranya telah meninggal dunia lebih dulu.
Rokayah merupakan lulusan Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Ia pun cukup fasih dan memahami berbahasa Belanda.
Saat ini, Rokayah dirawat dan tinggal bersama anak dan cucu-cucunya. Meski usia telah merenggut kondisi fisiknya namun daya ingat Rokayah masih terbilang cukup tajam di usianya saat ini.
Sementara itu, rentetan gempa melanda Sumedang pada Minggu, 31 Desember 2023. Tiga rentetan di antaranya terjadi pada Minggu (31/12/2023) yakni (1) gempa M 4,1 kedalaman 7 km pukul 14.35 WIB, (2) gempa M 3,4 kedalaman 6 km pukul 15.38 WIB, dan (3) gempa M 4,8 kedalaman 5 km pukul 20.34 WIB.
Kemudian pada Senin (1/1/2024), gempa kembali mengguncang dengan kekuatan magnitudo 4,5 (4,4 sebelum dimutakhirkan) pada pukul 20.46 WIB. Lokasinya 6.82 Lintang Selatan - 107.92 Bujur Timur atau 4 km Utara Kabupaten Sumedang dengan ke dalaman10 km. Lalu, rentetan gempa susulan lainnya di hari kemudian dengan rata-rata magnitudo 2 koma sekian. Hingga Jumat (5/1/2023) total rentetan gempa sudah terjadi sebanyak 10 kali dari sejak Minggu (31/12/2023).
Berdasarkan data BNPB per hari ini, Jumat (5/1/2024), jumlah total kerusakan rumah akibat gempa ada 1.462 unit. Dengan perincian 81 rumah rusak berat, 197 rumah rusak sedang dan 1.184 rumah rusak ringan.
"Tentu saja data ini akan dinamis bergerak terus karena ketika terjadi gempa maka BNPB akan membentuk tim dengan Dinas PUPR dan Dinas Perkimtan Kabupaten Sumedang," terang Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto.
(yum/yum)