Melihat Miniatur 'Si Gombar' yang Legendaris

Melihat Miniatur 'Si Gombar' yang Legendaris

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 11 Nov 2023 05:00 WIB
Minimatur lokomotif Si Gombar di Stasiun Bandung.
Minimatur lokomotif 'Si Gombar' di Stasiun Bandung. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Jakarta -

Ada yang berbeda dari pemandangan di Stasiun Bandung. Di salah satu sudut stasiun, terdapat sebuah lokomotif jadul berwarna hitam. Keberadaan lokomotif ini menarik perhatian penumpang.

Tentunya lokomotif ini bukanlah sungguhan, melainkan hanya sebuah miniatur. Miniatur lokomotif itu adalah jenis lokomotif uap dengan seri DD5208 yang dipamerkan di area hall utara Stasiun Bandung.

Miniatur lokomotif ini dicetak dengan skala 1:4 dan memiliki panjang sekitar 6 meter dengan lebar 80 sentimeter. Ukuran itu membuat miniatur lokomotif ini mencatatkan rekor MURI sebagai ukuran miniatur terbesar di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahyu (33), salah seorang penumpang di Stasiun Bandung mengaku sangat terkesima melihat miniatur lokomotif uap tersebut. Wahyu menuturkan, baru kali ini dirinya melihat langsung lokomotif uap meski berupa miniatur.

"Ini baru pertama lihat lokomotif uap, ya walaupun miniatur. Keren sih bentuknya mirip banget sama aslinya yang saya lihat di gambar," ucap Wahyu di Stasiun Bandung, Jumat (10/11/2023).

ADVERTISEMENT

Keberadaan miniatur lokomotif uap itu sekaligus membuat Wahyu bisa mengedukasi putranya tentang sejarah perkeretaapian. Sebab saat ini, jenis lokomotif tersebut sudah tidak lagi beroperasi di Indonesia.

Minimatur lokomotif 'Si Gombar' di Stasiun Bandung.Minimatur lokomotif 'Si Gombar' di Stasiun Bandung. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)

"Anak saya jadi tahu dulunya kereta tuh begini, sekarang kan lebih modern, apalagi ada kereta cepat (Whoosh) kan," ujarnya.

Sementara itu, Vice President Public Relations PT KAI Joni Martinus mengatakan, miniatur lokomotif itu dihadirkan untuk memberi edukasi kepada masyarakat tentang sejarah perkeretaapian Indonesia.

"Ini merupakan bagian dari edukasi kepada masyarakat Indonesia bahwa kita dulunya pernah memiliki lokomotif yang gagah di wilayah Garut dan dengan pameran ini akan lebih menambah wawasan masyarakat seperti apa sih sejarah perkeretaapian di Jabar," ungkapnya.

Ketua Umum Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) Ricki Dwi Agusti menambahkan miniatur lokomotif uap DD5208 dibuat dengan teknologi cetak 3D. Pembuatan diawali dengan menggambar model 3D tanpa cetak biru dengan referensi foto dan video.

"Miniatur ini kita buat dengan teknik 3D printing yang dicetak dengan bahan filamen plastik. Kita buat secara maraton 24 jam nonstop selama 14 hari itu running terus sampai 2000 potong lalu dirakit 1 minggu dan hasilnya seperti ini. Untuk biayanya sekitar Rp300 juta," singkatnya.

Lokomotif uap DD5208 sendiri punya sejarah panjang khususnya di Jawa Barat. Dalam buku Kereta Di Indonesia : Sejarah Lokomotif Uap karangan Prayogo Yoga Bagus, lokomotif ini didatangkan dari pabrik Hartmann dan Hanomag di Jerman serta Werkspoor di Belanda pada tahun 1923.

Minimatur lokomotif 'Si Gombar' di Stasiun Bandung.Minimatur lokomotif 'Si Gombar' di Stasiun Bandung. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)

Lokomotif ini mulai berdinas sejak 1924 setelah lokomotif DD50 dan lokomotif DD51. Keunggulan lokomotif ini dibandingkan dengan dua pendahulunya yakni soal kecepatan maksimalnya yang bisa mencapai 50 km/jam, di mana kedua lokomotif sebelumnya hanya mampu mencapai 40 kilometer/jam.

Lokomotif DD 52 memiliki julukan "Si Gombar" dari masyarakat lokal Jawa Barat yang selalu dilewati oleh lokomotif ini. Dengan ukurannya yang besar dan tenaganya yang kuat, tugas utama DD52 adalah menarik kereta barang yang melintasi pegunungan Priangan. Walaupun begitu, lokomotif ini juga difungsikan sebagai penarik kereta penumpang.

Di akhir masanya, lokomotif ini melayani KA lokal Bandung-Cibatu. Alokasi lokomotif ini sendiri menyebar di beberapa Depo Lokomotif seperti Tasikmalaya, Purwakarta, dan Cibatu. Karier lokomotif ini berakhir pada tahun 1974 ketika angkutan barang di jalur Tasikmalaya-Cicalengka menurun.

Setelah dipensiunkan, seluruh unit lokomotif DD52 ini secara perlahan mulai dirucat atau dijadikan besi tua, sehingga tidak ada satupun wujud peninggalannya yang dipreservasi di museum kereta api.

(bba/orb)


Hide Ads