Sejumlah peristiwa mewarnai pemberitaan di Jawa Barat (Jabar) hari ini, Selasa (31/10/2023). Mulai dari bertambahnya korban jiwa akibat miras oplosan di Subang, hingga siswa SD di Sukabumi terpaksa belajar di tenda akibat ruang kelas rusak.
Berikut rangkuman Jabar Hari Ini:
Korban Pesta Miras Oplosan di Subang Bertambah
Korban meninggal dunia akibat menenggak minuman keras (miras) oplosan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, kembali bertambah. Kini, total warga yang meninggal dunia akibat miras oplosan sebanyak 13 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi yang diperoleh detikJabar, korban terakhir meninggal dunia bernama Arif (24) warga dari Jalancagak, Subang. Korban baru masuk ke RSUD Ciereng, Subang, Senin (30/10) kemarin. Namun, korban dinyatakan meninggal dunia pada Selasa (31/10/2023) dini hari tadi.
"Untuk update hari ini dan dari kemarin jumlah korban di angka 13 orang. Mudah-mudahan tidak bertambah lagi," ujar Kasat Reskrim Polres Subang IPTU Herman saat dikonfirmasi detikJabar.
Herman mengatakan, pihaknya saat ini menerima informasi bahwa masih ada empat korban lain yang masih menjalani penanganan medis di RSUD Ciereng, Subang.
"Masih ada yang dirawat kurang lebih empat orang di rumah sakit Ciereng, Subang. Korban lainnya memang ada juga yang dirawat di puskesmas. Mudah-mudahan kondisinya terus membaik dan tidak ada lagi korban yang meninggal dunia," katanya.
Selain di RSUD Subang, korban akibat miras oplosan pun juga ada yang dirawat di puskesmas terdekat tempat tinggal dari para korban.
Momen menakutkan ini turut diceritakan FR (30), warga dari Jalancagak, Subang yang selamat dari pesta miras oplosan. Sebagai informasi, FR merupakan salah satu warga yang ikut menenggak miras saat menghadiri pesta pernikahan dari rekannya di Cipulus, Sagalaherang.
Dia mengatakan, kondisinya saat ini telah berangsur membaik usai menjalani perawatan medis di Puskesmas Jalancagak, sejak Senin (30/10) kemarin. Menurutnya, efek dari menenggak miras oplosan tersebut seperti mual hingga sakit kepala dirasakan olehnya.
"Allhamdulilah kalau sekarang udah mendingan sehat. (Yang dirasakan) mual-mual sama sakit kepala gitu kerasanya sehari setelah minum," ujar FR.
FR menceritakan, ia bersama dengan rekan-rekan lainnya menenggak miras oplosan pada Sabtu (29/10) malam. Namun, sehari setelahnya kondisi FR langsung menurun dan langsung dibawa ke Puskesmas Jalancagak.
"Hari Sabtu minumnya terus Minggunya langsung. Yang bareng sama saya waktu hajatan itu tujuh orang yang lainnya nggak tahu gimana (kondisinya)," katanya.
Saat di acara pesta pernikahan temannya itu, kata FR, rekan-rekannya telah membeli miras oplosan di kios yang berada di Desa Bunihayu, Jalancagak. Beruntung, FR saat itu tidak kembali ikut untuk melanjutkan pestamiras oplosan dan memilih pulang bersama dengan istri dan anaknya.
"Pertama kita bareng-bareng kesana ke hajatan terus udah ada yang bawa minuman, udah aja kalau saya mah langsung pulang soalnya bawa anak sama istri kalau yang lain lanjut (minum miras)," ungkapnya.
Warga Bandung Positif Cacar Monyet Diisolasi di RSHS
Seorang warga Kota Bandung berusia 36 tahun terkonfirmasi positif cacar monyet alias monkey pox (Mpox). Saat ini pasien tersebut tengah menjalani isolasi di ruangan khusus yang ada di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Vini Adiani Dewi menuturkan, pasien tersebut diketahui positif beberapa hari lalu. Awalnya pasien itu dirujuk dari Puskesmas ke RSHS sebelum spesimennya dikirim ke BBTKLP Jakarta.
"Dari puskesmas terus ke RS Hasan Sadikin. Nah dari Hasan Sadikin diperiksa dan dirawat lah disana, nah lalu dilakukan periksaan spesimennya itu ke BBTKLPP. Jadi pasiennya sudah dirawat dan diisolasi di Hasan Sadikin," kata Vini, Selasa (31/10/2023).
Vini menuturkan, saat terkonfirmasi positif cacar monyet, pasien tersebut mengalami gejala seperti muncul bintik-bintik pada bagian tubuhnya. Bintik-bintik itu kata Vini menyerupai cacar air.
"Gejalanya ya seperti itu, bintik-bintik yah. Cuman kan ini hampir mirip dengan cacar air, namanya juga cacar monyet jadi gejalanya hampir mirip dengan cacar air," ujarnya.
Lebih lanjut, Vini mengungkapkan penyakit cacar monyet tidak begitu berbahaya bagi manusia. Namun yang menjadi kekhawatiran dari cacar monyet ini adalah tingkat penularan yang terbilang cepat. "Sebetulnya dampak kematiannya kecil, cuma penularannya yang cepat," ujarnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr Ira Dewi Jani melaporkan pasien terkonfirmasi cacar monyet itu pertama kali ditangani pada 23 Oktober 2023 lalu.
"Tanggal 23 pertama kali kami mendapat laporan dari salah satu puskesmas yang ada di Kota Bandung, ada pasien dengan ciri-ciri yang mengarah ke monkey pox. Setelah difoto dan dikonsulkan ke tim ahli yang ada di RSHS, pasien tersebut dianjurkan untuk dirujuk ke RSHS di tanggal tersebut," kata Ira ditemui detikJabar, Senin (30/10/2023).
Pasien tersebut diketahui dirawat intensif di RS Hasan Sadikin (RSHS) pada keesokan hari untuk diambil spesimennya. Sampai akhirnya pasien tersebut dinyatakan positif cacar monyet dan dirawat di ruang isolasi RSHS.
"Pada tanggal 27 kemarin memang hasil dari laboratorium itu menyatakan yang bersangkutan terkonfirmasi Mpox. Sampai dengan hari Minggu (tanggal 29) kemarin kita zoom meeting sama RSHS, kondisi pasien secara klinis sih stabil. Tapi belum bisa dipulangkan karena masih ada pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan sampai sejauh mana tingkat derajat keparahannya," ucapnya.
Ira mengatakan, Dinkes Kota Bandung pun langsung mendatangi kediaman pasien untuk melakukan penyelidikan epidemiologi. Namun sejauh ini semua anggota keluarga tidak ada yang memiliki gejala serupa. "Jadi hanya kita kasih tahu, kita edukasi keluarganya kan soalnya kontak erat. Kami awasi dan pemantauan jika ada tanda dan gejala ke arah monkey pox," ujar Ira.
Ia pun mengatakan saat ini warga kota Bandung harus terus waspada dan segera datangi faskes terdekat jika mengalami gejala seperti demam, cacar bernanah, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu, lakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), jaga jarak dengan penderita cacar air, dan rajin cuci tangan.
"Tandanya demam, pembesaran kelenjar getah bening seperti benjolan di bawah leher, belakang kuping, ketiak, itu harus cepat ke faskes terdekat. Bisa ke Rumah Sakit kalau terasanya malam atau hari libur gitu. Sekarang mah pokoknya kalau ada tanda itu apalagi sudah sampai keluar lesi ya, enggak boleh ditunda harus cepat datangin fasilitas kesehatan. Supaya tahu ini harus gimana," ucap Ira
Teka-teki Keberadaan Enuh Nugraha
Keberadaan Enuh Nugraha hingga kini tak kunjung ditemukan. Setelah pertama kali muncul di Channel YouTube Sinau Hurip yang diunggah pada 12 Oktober 2023, jejak pria lulusan Teknik Kelautan ITB sekarang kembali menghilang.
Rekan seangkatan Enuh di Teknik Kelautan ITB 1997 yang berusaha mencarinya juga belum mendapatkan titik terang. Minimnya informasi membuat pencarian Enuh begitu menyulitkan, setelah terakhir kali ditemukan di Jalan Lingkar Demak, Jawa Tengah.
"Masih belum ada (update informasi tentang pencarian Enuh), mohon doanya," kata rekan seangkatan Enuh, Irfan Kusuma saat berbincang dengan detikJabar via pesan singkat WhatsApp, Selasa (31/10/2023).
Irfan mengungkapkan, Enuh terindikasi masih berada di Demak, Jawa Tengah. Ia dan rekan seangkatan Enuh juga sudah menerjunkan tim supaya bisa mencari sosok alumni ITB yang dulu terkenal jenius tersebut.
"Terindikasi masih di Demak. Tapi kami juga belum bisa memastikan, yang pasti kami tetap menyebar tim di lapangan yang terus melakukan pencarian," ucap Irjan.
Jumat (27/10) kemarin, Irfan mendapat informasi dari pemilik Channel YouTube Sinau Hurip bahwa Enuh terlihat di wilayah Grobogan. Namun lagi, informasi yang diterimanya tersebut begitu minim.
"Masih belum ada update juga. Jadi setiap kali menerima info keberadaan Enuh, kami coba memastikan dulu dengan meminta/mencari info terkait ciri-orang orang yang disinyalir sebagai Pak Enuh. Jika ciri-ciri yang digambarkan tidak sesuai, maka kami tidak melanjutkan pencarian ke lokasi yang diinfokan," pungkasnya.
Dengan informasi yang begitu terbatas, Irfan dan kawan-kawannya kini masih berusaha mencari keberadaan Enuh. Informasi tentang Enuh pun sudah disebar ke beberapa akun media sosial di Demak, termasuk meminta bantuan dari dinas terkait di wilayah tersebut.
Irfan turut meninggalkan nomor kontak kepada detikJabar. Kontak itu bisa dihubungi siapapun jika menemukan keberadaan Enuh. Di antaranya 0821-2274-8899, 0812-9884-1919, 0823-1738-4307 dan 0813-1234-8415.
Sementara, Sukaryo Adiputra (46), pemilik akun YouTube Sinau Hurip ini mengaku terus membantu pencarian keberadaan Enuh. Mengingat content creator asal Kudus, Jawa Tengah ini memang punya tempat tinggal yang dekat dengan daerah sekitar Enuh ditemukan.
Ia mengaku terhitung hampir satu bulan pencarian, belum kunjung ada titik terang. Adi, begitu sapaannya, khawatir jika Enuh berjalan terlalu jauh dan semakin sulit ditemukan. "Yang repot kalau jalannya random masuk kampung dan hutan. Tapi saat ini sedang kita cari lagi untuk kita pulangkan ke teman-teman yang bersedia merawatnya," katanya.
Pencarian pun ia lakukan secara offline dan online. Menggunakan kekuatan sosial medianya, ia memanfaatkan jaringan luas para penonton setia akun YouTube Sinau Hurip untuk membantu pencarian Enuh Nugraha.
Metode ini selalu jadi andalannya saat mencari orang hilang yang terlunta-lunta di jalan dan dicari oleh keluarganya. Dikatakan Adi, proses pencarian yang tidak mudah ini bukan kali pertama ia hadapi.
"Selama ini kita kalau cari itu secara offline dan online. Jadi kita membuat story di sosial media dan cari langsung ke lokasi. Kemarin sempat saya buat story WhatsApp mencari Enuh Nugraha. Terus ada yang komentar sempat terlihat jalan ke arah barat di Penawangan (Jateng). Kita datang ke sana itu ada tiga persimpangan, saya susuri jalannya nggak ketemu," ucap Adi.
"Jadi selama ini begitu, kalau offline ya cari sendiri. Pernah juga kok kita alami kasus serupa, jadi bersihkan ODGJ di satu titik tapi baru ketemunya sebulan kemudian di 60 kilometer dari titik sebelumnya. Ada juga yang ketemu enam bulan kemudian, baru ketemu setelah ada viewers yang kontak kita beri tahu lokasinya dimana," lanjutnya bercerita.
Ia mengaku berusaha membantu seorang diri. Sebab katanya, dari konten-konten yang pernah ia buat, tak cuma Enuh Nugraha yang masih dalam pencarian. Beberapa orang yang terlunta-lunta di jalanan ternyata juga masih dinanti kepulangannya oleh keluarga.
Jadi, cara terbaik adalah dengan mencari sendiri sambil meminta bantuan para penonton untuk mengambil foto jika bertemu dengan orang berkaus Sinau Hurip.
"Kalau libatkan pemerintah (dalam pencarian) tentu tidak ya, karena yang hilang itu kan banyak. Kami tidak fokus hanya pada pencarian satu orang saja. Jadi kita cari semampu kita, sebisa kita, kalau ada informasi kita datangi. Kita imbau aja ke viewers kalau ada ODGJ dengan ciri-ciri yang kami cari dengan fotonya, nanti mohon dikabari. Kita sering update di media sosial," ujar Adi.
Monyet Besar Berkeliaran di Pasar Ciamis
Monyet besar kembali muncul dan berkeliaran di perkotaan Ciamis. Kali ini monyet tersebut terlihat di Pasar Manis Ciamis. Selain membuat warga pasar takut, monyet tersebut juga kerap mencuri pisang di kios pedagang.
Tingkah laku monyet sedang mencuri pisang itu berhasil direkam oleh warga pasar melalui kamera ponsel. Nampak dalam video yang beredar, nampak monyet itu mencuri beberapa buah pisang di depan kios. Tidak ada warga yang berani mengusir atau mengganggunya, karena monyet itu terlihat seperti akan menyerang.
Warga curiga monyet tersebut yang kabur dan sempat muncul di beberapa tempat. Seperti beberapa waktu lalu monyet yang diduga sama sempat muncul di komplek RSUD Ciamis dan sekolah SDN 7 Ciamis.
Dani, pemilik di Pasar Ciamis blok Terminal membenarkan, kejadian tersebut. Monyet dalam video tersebut direkam seorang warga beberapa hari lalu. Kemudian video tersebut menyebar. "Iya benar ada monyet ukurannya besar, seperti babon. Kalau yang terekam video itu kejadiannya hari Minggu kemarin," ujar Dani saat ditemui di kiosnya, Selasa (31/10/2023).
Dani pun membenarkan monyet itu mencuri beberapa buah pisang di kiosnya. Ia pun tidak bisa berbuat banyak dan merelakannya. Dani mengaku, cukup takut dengan kemunculan monyet tersebut, tapi asalkan tidak diganggu maka tidak akan menyerang.
"Dilempar pisang kelihatannya liar mau menyerang jadi dibiarkan saja. Kalau didekati mungkin merasa terancam," ucapnya.
Kemunculan monyet besar ke kios pisang itu tidak hanya kali ini. Menurut Dani, monyet itu kerap datang beberapa hari sekali dan mengambil beberapa buah pisang. Setelah kenyang, monyet itu pun kabur ke pohon beringin besar yang berada tak jauh dari kios.
"Mungkin sudah ada dua bulan, beberapa hari sekali pada siang hari monyet itu sering datang lalu mengambil pisang yang di depan. Saya diamkan saja, paling ngambilnya tidak banyak, tidak membuat rugi juga. Mungkin monyet itu sedang lapar," tuturnya.
Menurut Dani, walaupun ada rasa takut namun warga pasar tidak melakukan penangkapan terhadap monyet besar itu. Sejauh ini monyet itu tidak pernah menyerang manusia asalkan tidak merasa terancam.
Siswa SD di Sukabumi Belajar di Tenda gegara Kelas Rusak
Enam bulan lamanya, pelajar kelas III dan VI SDN Bantargebang, Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi belajar di tenda. Ruang kelas yang lapuk membuat mereka terpaksa melakukan kegiatan belajar di luar.
Kepala SDN Bantargebang Edi Suhaedi mengungkapkan, sudah 6 bulan anak-anak didiknya belajar di tenda. Atap terpal yang bocor, spanduk sobek dan kegiatan belajar mengajar seadanya dilangsungkan di luar kelas, penuh keterbatasan.
"Pihak sekolah juga terpaksa karena kondisi ruangan kelas sudah darurat sekali, makanya kegiatan belajar mengajar dilakukan di luar ruangan," kata Edi Suhaedi, Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Bantargebang kepada detikJabar, Selasa (31/10/2023).
Kegiatan belajar di ruang kelas itu adalah inisiatif Edi. Hal itu terpaksa dilakukan karena pernah ada siswa yang tertimpa asbes saat belajar di kelas.
"Saya punya inisiatif daripada anak di ruangan kelasnya seperti itu keadaannya bahkan pernah ada kejadian anak tertimpa asbes atap dari bangunan tersebut, maka saya secepatnya membuat tenda darurat," ujar Edi.
Belajar di tenda membuat para siswa tak nyaman. Panas, debu hingga gangguan suara sangat mengganggu proses belajar mengajar. "Ya jauh dari rasa nyaman, bahkan kemarin saya sengaja mengajak orang tua murid rapat di sini. Bisa dirasakan langsung, panas dan tidak nyaman apalagi untuk anak-anak didik kami," tutur Edi.
"Jadi anak mungkin bisa belajar maksimal itu sampai jam 10.00 WIB, karena jam 12.00 WIB anak kepanasan dan kita sama-sama tadi merasakan kondisi itu," ujarnya menambahkan.
Pantauan detikJabar, ada 4 ruang kelas berjejer mengalami kerusakan. Kondisi bangunan memang terlihat kokoh, namun di ruangan bagian dalam terlihat retakan-retakan bangunan terutama di bagian lantai, lantai keramik terlihat pecah.
Selain itu, pada plafon terlihat berlubang beberapa diantaranya hanya tinggal menunggu waktu jatuh. Kaca pecah, cat mengelupas menimbulkan kesan lapuk di ruangan kelas itu. Ada dua ruangan perpustakaan yang juga dipakai untuk belajar mengajar darurat untuk siswa kelas lainnya.
"Kalau minta bantuan sudah sering, namun kami dijanjikan baru dapat itu di tahun 2024. Padahal kondisinya sudah sangat memprihatinkan," ucap Edi.
Di Tengah kondisi tersebut, Rafa Rizi, siswa kelas III SDN Bantargebang, Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi mengusap keringat yang mengucur di dahinya. Sesekali ia menggeser duduk seraya mengipas buku tulisnya.
6 bulan lamanya dia dan puluhan temannya terpaksa belajar di tenda dengan kondisi seadanya. Ruang kelas yang rusak, membuatnya tidak punya pilihan selain menjalani kualitas belajar mengajar yang ia rasa kurang nyaman.
"Sudah 6 bulan, panas banget, kegerahan jadi nggak fokus. Inginnya belajar lagi ke kelas yang nyaman," tuturnya kepada detikJabar, Selasa (31/10/2023).
Rafa memperlihatkan sudut ruang kelasnya yang rusak. Terlihat plafon berlubang hingga pijakan keramik yang pecah, cat mengelupas hingga kaca jendela yang pecah. "Kelasnya rusak, karena hujan dan lapuk jadi takut. Mau kembali ke kelas, maunya dibangun sekolahnya mau nyaman biar semangat belajar," ujarnya.
"Pak (presiden) Jokowi, kami ingin belajar dengan nyaman. Karena belajar di tenda panas," ucapnya spontan.
Beberapa siswa yang lain juga mengucap serupa, mereka ingin belajar dengan nyaman. Nama Presiden Jokowi terus disebut demi adanya perubahan di bangunan sekolah mereka. "Pak Jokowi, kami ingin sekolah yang bagus," celetuk siswa lainnya.
(ral/sud)