2 Bocah Subang Terdiagnosa Difteri

2 Bocah Subang Terdiagnosa Difteri

Dwiky Maulana Vellayati - detikJabar
Rabu, 04 Okt 2023 17:53 WIB
Close up photo of the word diptheria in a dictionary book
Ilustrasi difteri (Foto: Getty Images/iStockphoto/Frank Brennan)
Subang -

Kasus penyakit difteri terdeteksi di Kabupaten Subang. Dua orang anak dengan dilaporkan diagnosa penyakit tersebut.

Kadinkes Subang dr. Maxi mengatakan terdeteksinya kasus penyakit dari difteri tersebut berawal adanya informasi dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung yang mendapatkan seorang pasien kiriman dari Kabupaten Subang yang diagnosa penyakit difteri.

"Kami tanggal 30 September mendapat laporan dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung bahwa ada kiriman pasien dari Kabupaten Subang, seorang anak laki-laki umur 9 tahun dari Desa Rancahilir, Kecamatan Pamanukan, dengan diagnosa difteri," ujar Maxi saat dikonfirmasi detikJabar, Rabu (4/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maxi mengatakan, penyakit dari difteri sebetulnya dapat dicegah dengan cara imunisasi. Selama pemeriksaan bocah itu, riwayatnya pun terbilang lengkap. Namun, diduga penyakit tersebut dinilai ganas sehingga anak langsung mengidap penyakit dari difteri.

"Nah difteri ini kan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang biasa kita dengar dengan imunisasi DT yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri dan tetanus. Tapi dari riwayat anak ini sebetulnya lengkap, cuman karena penyakitnya terlalu ganas sehingga mengidap ke anak ini," katanya.

ADVERTISEMENT

"Sayang sekali kami juga masih mendapatkan laporan dari RSHS bahwa kondisi dari bocah ini masih tidak sadar sampai sekarang," sambungnya.

Diketahui, penyakit difteri ini dapat menular kepada warga lainnya. Terbukti, kata Maxi, ada bocah lain yang merupakan teman satu sekolah dengan pasien awal pun juga diduga terjangkit dari difteri.

"Yang membuat kami miris, kemarin siang jam 1 siang kami mendapatkan berita bahwa ada 1 lagi anak yang diagnosa sama dengan anak yang pertama terdeteksi. Kalau yang itu masuk di RSUD Ciereng dan Allhamdulilah masih ringan kalau untuk satu anak yang lainnya ini," kata dia.

"Gejalanya awalnya sakit panas, sakit tenggorokan, susah menelan dan sesak nafas. Sangat membahayakan angka kematiannya tinggi. Makannya kita langsung melakukan tracing apakah tersebar atau mungkin sudah tersebar sampai satu kecamatan, atau bisa juga lokal penyebarannya hanya di lingkungan keluarga," ungkapnya.

Maxi juga menjelaskan, kondisi udara yang tak sehat akibat fenomena El Nino juga menjadi salah satu faktor penyebab dari munculnya penyakit difteri ini.

"Penyebabnya bisa dari kualitas udara, kita mungkin ada kaitannya dengan kondisi sekarang fenomena El Nino di mana polutan yang ada di udara ini kan macam-macam bisa virus, bisa difteri, bisa unsur kimia, dan unsur-unsur yang lain bisa menimbulkan penyakit," jelasnya.

Maxi menuturkan, dengan terdiagnosanya penyakit difteri dari seorang anak, merupakan kasus pertama kali ditemukan di Kabupaten Subang.

"Ini kasus pertama di Subang selama berpuluh-puluh tahun. Kita ingat kejadian di Garut kan cukup banyak yah angka kematian yang cukup tinggi," tuturnya.

Wacanakan KLB

Sementara itu, Maxi mengatakan pihaknya masih mengkaji wacana penerapan kejadian luar biasa (KLB) imbas dua bocah terkena difteri. Pihaknya juga sudah bergerak melakukan tracing dengan menyasar yang sudah kontak erat langsung dari kedua anak itu. Total, sebanyak 15 orang yang telah dilakukan tracing oleh petugas kesehatan.

"Karena ini menurut teori harusnya kejadian luar biasa. Kami sudah melakukan tracing setelah adanya laporan, kemarin didapatkan sebanyak 15 orang yang kontak erat," ujar Maxi.

"Jadi kita seperti diingatkan kembali memori COVID-19. Kami sudah tracing kepada teman-teman sekolah dari anak ini, nah tadi pagi kami sudah mengambil sample dari tenggorokan, untuk melihat mereka tertular atau tidak," sambungnya.

Maxi mengatakan, pihaknya juga telah berkoordinasi bersama dengan Dinkes Provinsi Jawa Barat, serta Kementerian Kesehatan, untuk membahas dengan kondisi saat ini perlu atau tidaknya menerapkan status KLB di kasus difteri ini.

"Kami di bawah panduan Dinkes Provinsi dan RS Hasan Sadikin sekarang masih menunggu hasil pemeriksaan dahak ini, dan berkonsultasi terus dengan Dinkes Provinsi dengan RS Hasan Sadikin dan Kementerian Kesehatan apakah akan ada pemberian ORI Outbreak Immunization Response namanya," katanya.

Sejauh ini, Maxi mengungkap masih perlu kajian lebih dengan penerapan status KLB di kondisi tersebut. Sebab, petugas kesehatan masih menunggu hasil dari tracing yang sudah dilakukan.

"Jadi imunisasi sebagai tindak lanjut pada satu kejadian luar biasa. Apa tahapnya hanya di Kecamatan Pamanukan atau seluruh Kabupaten Subang. Itu yang masih berjalan kami belum putuskan masih melihat hasilnya dulu," ungkapnya.




(dir/dir)


Hide Ads