Kisah Asti Daur Ulang Sampah hingga Karyanya Sampai ke Pesohor

Kisah Asti Daur Ulang Sampah hingga Karyanya Sampai ke Pesohor

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Minggu, 01 Okt 2023 08:00 WIB
Asti dan sang suami menunjukkan hasil karyanya.
Asti dan sang suami menunjukkan hasil karyanya. (Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar)
Bandung -

Asti Gustiasih (63), perempuan dari Bandung ini punya semangat luar biasa. Fisiknya terlahir tak sempurna, kaki kirinya tak bisa berfungsi dengan baik karena polio. Tapi keterbatasannya bukan jadi penghalang untuk menjalani hidup.

Asti bertekad, tak ingin menengadahkan tangan untuk meminta belas kasihan. Sejak ia lulus sekolah, ia selalu menjajal aneka keterampilan yang dimampunya. Seperti membuat kue, menjahit, dan masih banyak lagi.

Berkat ketekunannya, kini namanya terkenal dan bahkan sampai ke mancanegara. Asti dikenal sebagai pegiat daur ulang sampah yang inspiratif. Ia mampu menyulap tumpukan kertas yang tak bernilai jadi aneka kerajinan bernilai rupiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sudah menggeluti daur ulang kertas sejak tahun 2018 sampai sekarang. Awalnya ada sembilan orang difabel yang dibina oleh Biofarma, melakukan pelatihan disabilitas. Kami buat produk dari daur ulang kertas seperti buku, payung kertas, kipas, kotak tisu, kap lampu, tempat handphone, dan masih banyak lagi," cerita Asti saat ditemui di Balai Kota Bandung belum lama ini.

Ingatannya menengok jauh ke belakang, tepat setahun setelah pelatihan itu, kesembilan pejuang disabilitas itu membuka usaha sendiri, yakni kerajinan daur ulang kertas. Tapi sayang, pandemi sempat melumpuhkan aktivitas mereka.

ADVERTISEMENT

"Kami punya rumah karya di jalan Cemara, jadi Cemara Paper untuk usaha daur ulang ini. Tapi pandemi kemudian hanya tersisa tiga orang dari sembilan, karena ada yang berkeluarga sehingga aktivitas terbatas, dan lain-lain. Jadi kami pindah dan berkarya di SLB Cicendo," kata Asti.

Sekolah ini jadi harapan baru untuk Asti. Bahkan ia tak pernah menyangka, selain bisa terus menghasilkan karya yang bermanfaat, ia juga bisa jadi seorang pengajar. Ia membantu tiga orang difabel untuk membuat kertas daur ulang sendiri.

Menjadi pengajar memang bukan hal gampang, apalagi murid-murid Asti adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Butuh cara spesial untuk memandunya. Tapi siapa sangka, nyatanya Asti bisa membantu para anak didiknya hanya dalam hitungan minggu.

"Kendalanya saya harus tau bahasa isyarat. Saya memang pernah belajar, tapi belum full, jadi mengajari sebisanya atau dengan gerakan tangan. Alhamdulillah ada tiga orang anak itu sudah bisa hanya dalam waktu mingguan. Terakhir mereka mencoba membuat paper bag sendiri," ucapnya sambil tersenyum.

Lalu dari mana kertas-kertas bekas yang dimiliki Asti? Ternyata dari pelatihan lima tahun yang lalu, membuka jalan untuk Asti bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar di Kota Bandung untuk menyalurkan sampah kertas yang tak terpakai. Dari barang-barang itu, bisa jadi cuan di tangan Asti.

Ada banyak kerajinan yang Asti hasilkan. Tak heran jika ia sering dipanggil keluar masuk pameran. Salah satunya yang paling terkenal adalah payung kertas hasil kolaborasi dengan pelukis asal Tasikmalaya.

"Dari pameran itu bisa bertemu turis-turis yang mampir kemudian membeli. Seperti kipas Jepang yang sudah dibeli dan dibawa sampai ke Amerika, payung yang dengan pelukis Tasikmalaya itu juga dibeli dan dibawa sampai ke Australia. Untuk berjualan, biasanya by custom orang mau dibuatkan apa. Paling banyak sih buku daur ulang, case Handphone dan Tablet dengan ornamen bunga hidup atau herbarium," ujar Asti.

Payung kertas dengan corak bunga Bougenvile orange yang memperlihatkan ciri khas kota Bandung itu dijual Asti dengan harga yang cukup terjangkau, yakni Rp750.000. Ia pun senang bukan main kerajinannya kerap kali diminati turis asing.

"Payung kertasnya itu ada corak ciri khas kota Bandung, ada bunga Bougenvile orange-nya. Waktu itu di pameran, kebetulan ada turis Australia lihat-lihat dan pesan untuk dikirim. Saya jual Rp750.000 alhamdulillah," katanya.

Bukan hanya itu, kehebatannya dalam menghasilkan barang-barang bermanfaat dari kertas bekas juga mengantarkan Asti bertemu dengan banyak orang penting. Seperti komedian yang kini maju jadi Caleg DPR RI Denny Cagur, mantan Presenter sekaligus anggota DPR RI Farhan, personel Bimbo, Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan Menteri BUMN Erick Thohir.

Selain itu, pada kesempatan Hari Ulang Tahun kota Bandung ke-213, Asti juga berkesempatan untuk ikut lomba daur ulang sampah. Ia berhasil menyabet Juara Dua dan mendapat hadiah Rp4 juta.

Semua ini tentu tak didapat Asti dengan instan. Lama waktu untuk menekuninya. Tapi ia tetap semangat, apalagi ia mendapat support penuh dari sang suami Toto Sumarna yang setia mendampingi kesana kemari.

Sekarang, ia berharap lebih banyak orang bisa menghargai suatu karya dan mau untuk belajar. Sebab Asti yang terlahir tak sempurna dan usianya semakin menua pun terus optimis untuk meraih mimpinya.

"Proses pembuatannya sebetulnya nggak sulit, hanya memang perlu cuaca yang kering untuk menjemur dengan cepat. Kadang yang bikin sedih kalau sudah jadi suatu karya tapi suka dibilang mahal. Padahal kan itu ada proses di baliknya dan ada ide untuk membuatnya," ucap Asti.

"Rencananya ini dalam waktu dekat kami akan dibantu projectnya dengan anak-anak dari ITB. Kemarin sudah foto-foto produk juga, semoga setelah ini anak muda bisa ikut berperan. Karena usia ibu aja sudah tua lho, ini anak mudanya kemana?" kata Toto, sang suami menimpali.

(aau/yum)


Hide Ads