Menjadi seorang polisi sering kali dianggap sebagai profesi bergengsi, impian banyak orang yang penuh tantangan dan tanggung jawab. Namun, kisah Bripka Ridwan jadi bukti dedikasi polisi tak hanya di balik seragam dinas.
Anggota Polri asal Kabupaten Cirebon tersebut diketahui punya tugas lain di samping menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Ridwan juga berjasa untuk menambak di ladang garam.
Sejak enam tahun lalu, Bripka Ridwan sehari-hari bertugas menjadi Bhabinkamtibmas di Desa Rawa Urip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. Diawal tugasnya, seperti kebanyakan polisi lainnya menjaga keamanan, menyelesaikan permasalahan warga, dan menjadi jembatan antara masyarakat dengan kepolisian. Namun, waktu yang ia habiskan di desa tersebut perlahan mengubah pandangannya tentang pengabdian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya, saya hanya bertugas menjaga keamanan desa. Tapi seiring waktu, saya mulai mengenal masyarakat lebih dekat. Saya melihat apa yang mereka perjuangkan setiap harinya, terutama di tambak garam, dan hati saya terpanggil untuk ikut terlibat," ujarnya, Minggu (12/1/2025).
Empat tahun terakhir, Bripka Ridwan mulai mengelola tambak garam atas permintaan masyarakat. Ia mengawali usaha ini dengan lahan seluas 7 hektare. Berkat kerja keras dan dukungan warga binaannya, kini lahan garapan tersebut berkembang menjadi 10 hektare.
"Awalnya saya hanya melihat bagaimana pertumbuhan produksi garam di desa ini. Lalu, masyarakat mulai mengarahkan saya untuk ikut bergabung. Dari situ, saya belajar banyak," tambahnya.
![]() |
Produksi garam di Desa Rawa Urip tidak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah banjir rob yang kerap terjadi tanpa diduga. Banjir ini merusak tambak, membuat produksi garam terhenti, dan petambak mengalami kerugian.
"Permasalahan yang selalu ada disini yaitu banjir rob yang nggak pasti datangnya kapan, jadi itu kendala bagi petambak garam lainnya disini. Kami juga membutuhkan plastik membran untuk meningkatkan kualitas garam agar bisa bersaing dengan garam dari daerah lain," jelasnya.
Panen Garam: Antara Harapan dan Perjuangan
Pada puncak panen, tambak garam yang dikelola Bripka Ridwan bersama 24 orang masyarakat binaannya mampu menghasilkan 60-70 ton garam per hari. Dengan harga garam saat ini yang berada di kisaran Rp700 per kilogram, hasil ini menjadi tumpuan ekonomi bagi warga Desa Rawa Urip.
Namun, Bripka Ridwan tidak semata-mata menjalani ini untuk keuntungan pribadi. Baginya, terjun ke dunia tambak garam adalah bentuk dedikasi kepada masyarakat yang telah mempercayainya.
"Saya ingin apa yang kami kerjakan di sini tidak hanya mengangkat perekonomian masyarakat, tetapi juga memperkuat solidaritas di desa ini," ucapnya penuh harap.
Inspirasi dari Desa Rawa Urip
Kisah Bripka Ridwan adalah cerminan bagaimana seorang polisi tidak hanya menjaga ketertiban, tetapi juga menjadi bagian dari solusi di tengah masyarakat. Dengan segala tantangan dan perjuangannya, ia membuktikan bahwa pengabdian tidak terbatas pada satu profesi.
"Bagi saya, menjadi polisi adalah panggilan jiwa. Tapi membantu masyarakat berkembang adalah kebahagiaan tersendiri. Saya berharap, apa yang saya lakukan di tambak garam ini bisa menjadi inspirasi bagi yang lain," tutupnya.
Secara terpisah, Kapolresta Cirebon, Kombes Sumarni sangat mengapresiasi atas apa yang dilakukan oleh Bripka Ridwan. Ia juga mendorong kepada seluruh Bhabimkamtibmas, untuk bisa berkolaborasi dengan masyarakat mengembangkan ketahanan pangan dan bisa memberdayakan masyarakat agar lebih sejahtera.
"Tentunya langkah yang sudah dilakukan oleh Bripka Ridwan adalah bentuk nyata yang harus diapresiasi. Saya mendorong kepada anggota lainnya khususnya Bhabinkamtibmas bisa selaras dengan masyarakat menciptakan ketahanan pangan dan ujungnya bisa menyejahterakan masyarakat," pungkasnya.
(dir/dir)