Asa Aden Achmad Jadikan Bandung Kota Inklusi

Asa Aden Achmad Jadikan Bandung Kota Inklusi

Sudirman Wamad - detikJabar
Senin, 21 Agu 2023 01:00 WIB
Aden Achmad
Aden Achmad (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar).
Bandung -

Aden Achmad, pria disabilitas asal Kota Bandung yang lantang menyuarakan tentang inklusi. Aden akhir-akhir ini aktif mengikuti kampanye bersama Pemkot Bandung soal inklusi di jalur pedestrian atau trotoar.

Aden memang aktif di Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Jabar. Di organisasi itu, Aden menjabat sebagai Biro Hukum Advokasi dan Aksesibilitas. Pria berkursi roda itu menjadi garda terdepan dalam mengaudit gedung-gedung dan jalur pedestrian di Kota Bandung agar ramah disabilitas.

Aden saat ini rutin mengaudit dan mengampanyekan inklusi di trotoar. Namun, pria berusia 53 tahun itu juga kerap mengaudit gedung. Aden pernah mengaudit kantor salah satu instansi di Kota Cimahi yang membahayakan disabilitas. Saat itu, tanjakan ramp sangat tajam dan membahayakan disabilitas seperti Aden yang menggunakan kursi roda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu pernah di Cimahi, elevasi ramp sampai 30 derajat kemiringannya. Jadi, kayak sosorodotan anak," kata Aden sembari tertawa saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Anak ketiga dari delapan saudara itu juga mengaku telah mengaudit beberapa gedung di Kota Bandung. Menurut Aden, gedung di Kota Bandung sudah mulai ramah disabilitas. Namun, harus perlu penyempurnaan. Sebab, beberapa fasilitas, seperti ramp, toilet dan lainnya kerap tak memenuhi standar teknis yang tercantum dalam Permen PUPR Nomor 14/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung.

ADVERTISEMENT

"Ya gedung-gedung selama ini hanya baru pengguguran sebuah kewajiban UU. Sedangkan juklak dan juknis (petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis) sudah ada di UU," kata Aden.

"Di Bandung gedung-gedung sudah lumayan, tapi perlu disempurnakan. Ya masih ditemukan kekurangan (tak sesuai standar)," ucap pria lulusan SMAN 7 Bandung itu.

Aden yang juga aktif di organisasi Disabilitas dan Lansia (Dilans) itu menjelaskan soal makna ramah disabilitas atau inklusi. Harusnya, lanjut Aden, ramah harus mencakup infrastrukturnya dan perilaku manusia. Ia mengatakan percuma jika infrastruktur ramah, namun perilaku manusianya tidak. Begitupun sebaliknya.

Aden saat ini masih berjuang menjadikan Bandung sebagai kota inklusi. Ia masih rutin mengaudit gedung-gedung di Bandung. Kadang, membuat video saat berjalan di trotoar, gedung dan lainnya.

"Ya saya sering audit, tapi khusus di bidang infrastruktur saja," ucap Aden.

Lantas Aden menjelaskan soal aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Sebab, ia kerap menemukan akses gedung atau ruang publik yang tak ramah disabilitas.

"Namanya aksesibilitas itu sarana publik bagi mereka yang memiliki handicap atau alat bantu, agar bisa mandiri. Jadi tidak memerlukan orang yang membantu. Kecuali disabilitas yang benar-benar ada pendampingnya. Arti ramah disabilitas itu mandiri, aman, nyaman dan punya kegunaan," kata Aden.

Aden berharap Kota Bandung bisa ramah disabilitas ke depannya. Sebab, saat ini hanya beberapa lokasi yang sudah ramah disabilitas.

"Dago sudah mulai ramah, kemudian Asia Afrika ke Bancuey sudah, Jalan Riau sudah, tapi ada perilaku yang juga tidak ramah. Semoga ke depan Bandung jadi kota inklusi," tutur disabilitas yang pernah terjun di Abilympic Nasional I 1995 itu.

(sud/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads