Bumi berpotensi mengalami perubahan letak geografis untuk ratusan tahun mendatang. Sebab, benua-benua yang ada sekarang diperikirakan akan menyatu di masa depan dan membentuk satu benua super bernama Pangea Ultima.
Melansir detikInet, di balik perkiraan tersebut, ada ancaman kiamat yang bakal datang. Pasalnya, kemunculan benua super berpotensi memusnahkan mamalia, termasuk juga manusia, yang prediksinya terjadi pada 250 juta tahun mendatang.
Sebagaimana makalah yang dipublikasikan di Nature Geoscience, ada 3 faktor yang bakal mengakibatkan kepunahan massal itu bisa terjadi. Mulai dari karbon akibat aktivitas gunung berapi yang lebih besar, radiasi yang bertambah banyak seiring pertambahan usia Matahari, dan semakin luasnya gurun di daerah tropis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, benua super bakal berpengaruh terhadap persoalan iklim yang lebih ekstrem. Di era Pangea Ultima, suhu ekstrem diperkirakan akan lebih parah, dengan lebih banyak kelembaban di sepanjang pantai dan kekeringan ekstrem di gurun yang luas.
Di Bumi yang kita tinggali ini, suhu global bisa meningkat 15-30 Celcius di atas level pra-industri. Suhu ini dapat membawa kita pada panas ekstrem yang menimpa era Permian-Triassic, 260 juta tahun lalu, di mana lebih dari 90% spesies dibinasakan.
Mamalia telah menjadi cerita kesuksesan evolusi yang hebat di dunia, terutama sejak kematian dinosaurus selama peristiwa kepunahan terakhir. Namun begitu, kemampuan mamalia beradaptasi pada panas kemungkinan lambat. Mamalia ini termasuk manusia yang belum lama tinggal di atas bumi.
Hominid muncul 6 juta tahun lalu saat suhu di Bumi lebih dingin daripada masa dinosaurus. Walaupun spesies kita berkembang begitu cepat, manusia akan menghadapi berbagai macam tantangan di era Pangea Ultima.
Selain dampak langsung oleh panas, akan ada permasalahan persediaan makanan seiringan dengan rusaknya tanaman. Banyak dari tanaman akan rusak di suhu 40 Celcius dan rusak total bila suhu mencapai 60 Celcius.
Pemimpin penulis makalah, Alexander Farnsworth, dari universitas Bristol, mengatakan bahwa kemungkinan peristiwa kepunahan lain, termasuk manusia, merupakan sebuah pengingat serius akan kefanaan.
"Bumi memiliki lingkungan yang dapat berubah. Manusia sangatlah beruntung dengan apa yang kita punya sekarang dan kita tidak seharusnya mendorong pemanasan global hingga melewati batas. Kita adalah spesies dominan, tapi Bumi dan iklimnya lah yang memutuskan sampai kapan mereka akan bertahan," ujarnya.
Para penulis menekankan bahwa prediksi mereka bukanlah sesuatu yang pasti, mengingat ini berkaitan dengan jangka waktu yang sangat panjang. Namun, mereka berharap bahwa penelitian ini akan memberikan wawasan terkait peristiwa kepunahan di masa lalu dan kemungkinan layak huninya planet lain.
Sampai saat ini, saat astronom memindai galaksi yang jauh untuk menemukan planet yang bisa dijadikan tempat tinggal alternatif manusia, mereka telah mempertimbangkan bahwa kebutuhan Matahari dan air bisa terpenuhi di sana.
"Bila NASA bisa mengirim pesawat ruang angkasa ke sebuah planet, maka aku akan memilih satu yang tidak memiliki benua super," ujar Farnsworth seperti yang dikutip detikInet dari The Guardian.
Artikel ini sudah tayang di detikInet, baca selengkapnya di sini.
(mso/mso)