Karya Tangan Pandi Mulyana Ubah Popok Bekas Jadi Bernilai Tinggi

Kabupaten Bandung

Karya Tangan Pandi Mulyana Ubah Popok Bekas Jadi Bernilai Tinggi

Hanifah Salsabila - detikJabar
Kamis, 28 Sep 2023 08:00 WIB
Karya seni dari limbah popok buatan warga Kabupaten Bandung, Pandi Mulyana.
Karya seni dari limbah popok buatan warga Kabupaten Bandung, Pandi Mulyana. (Foto: Dini Putri/detikJabar)
Kabupaten Bandung -

Bagi kebanyakan orang, sampah popok bayi dianggap tak berharga dan menjijikan. Namun berbeda bagi Pandi Mulyana (39), dia menilai limbah tersebut bagai tambang emas karena sangat bernilai.

Pandi sanggup mengubah sampah popok bayi tersebut jadi karya seni. Hal yang tak bisa semua orang lakukan.

Kekhawatiran pria asal Kampung Babakan Asta RT 02 RW 11, Desa Rancaekek Wetan, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terhadap sampah membuat Pandi tergugah untuk mencari solusi masalah tersebut. Hasilnya dia ingin mengubah limbah popok bayi menjadi barang bernilai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2018, Pandi memulai perjuangannya memerangi sampah popok di Rancaekek. Dia mengumpulkan limbah popok di Pasar Tradisional Dangdeur, Jalan Walini, Rancaekek, Kabupaten Bandung. Saat itu kawasan tersebut kerap dijadikan tempat dadakan membuang sampah warga.

Menurut Pandi, cara paling tepat mengelola sampah adalah dengan menyelesaikannya di sumber sampah. "Kalau diangkut menurut saya bukan solusi, tetapi hanya memindahkan masalah ke tempat lain. Tempat ini bersih, tapi tempat lain jadi kotor," katanya kepada detikJabar, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Bersama keponakannya, Pandi mulai memilah satu persatu sampah yang telah menggunung. Di sana, mereka menemukan sebungkus plastik besar berisi limbah popok bayi dalam jumlah banyak.

Sampah yang mereka acak-acak kemudian disebarkan di sepanjang jalan. Tujuannya agar popok bekas tersebut bisa kering dengan cara dilindas oleh kendaraan dan dibantu sinar matahari. Selain itu, Pandi juga ingin melihat reaksi masyarakat di pagi harinya.

Benar saja, masyarakat yang melewati Jalan Walini protes dan mengutuknya sebagai orang gila. Mengetahui aksi Pandi, seorang akademisi dari salah satu perguruan tinggi di Bandung mendorongnya untuk mengikuti perlombaan membuat pot bunga dari sampah popok.

Pandi pun memutar otak, berusaha keras untuk mencari jawaban atas permasalahan yang menimpa tempat tinggalnya. Hingga ia menemukan cara mengolah sampah popok. Lewat karya seni seperti pot, hiasan rumah, serta lukisan.

"Setelah berhasil, saya memberi tahu kepada warga, jika ada sampah diapers maka kumpulkan dan setorkan ke rumah saya. Dan hingga sekarang masih berjalan," jelas Pandi.

"Saya bisa menggambar karena tuntutan, bukan kesukaan atau hobi, karena kita fokus di diapers gimana caranya bisa dibuat menarik, yaitu dengan cara dilukis," jelas pria 39 tahun itu.

Sejak saat itu Pandi mulai rutin mengumpulkan limbah popok dari tempat sampah maupun dari rumah warga dan mengubahnya jadi karya seni. Puluhan produk telah dia hasilkan. Bagi seseorang yang menyukai karyanya, Pandi tak mematok harga bahkan bisa diberikan secara gratis.

"Untuk karya termahal yang saya terima, sampai angka Rp 800 ribu. Tidak ada karya yang di spesialkan, malah jika suatu karya dibagikan, maka saya harus membuat karya lebih bagus dari sebelumnya," ucap Pandi.

Sempat Hampir Menyerah

Karya seni dari limbah popok buatan warga Kabupaten Bandung, Pandi Mulyana.Karya seni dari limbah popok buatan warga Kabupaten Bandung, Pandi Mulyana. Foto: Dini Putri/detikJabar

Perjuangan Pandi mengatasi masalah sampah popok bayi tak berjalan mulus. Dia pun sempat hampir menyerah karena bisninya hancur pada 2022 pascapandemi COVID-19 sehingga fokusnya mengolah limbah popok mengalami kendala.

"Bisnis saya hancur, warung saya tutup, karena terlalu totalitas pada diapers ini, saya terlalu fokus untuk berkarya," sebut Pandi.

Pandi bangun dari keterpurukan itu dengan satu panggilan telepon. Seseorang berniat untuk menggunakan kolam pancing Pandi. Bagi Pandi, panggilan telepon kala itu adalah satu titik terang sekaligus tamparan keras. Selain membuka jalan untuknya, kejadian itu membuatnya sadar bahwa bagaimanapun kondisinya, ia harus selalu bersyukur.

"Saya harus bisa menyelamatkan kampung ini dari limbah diapers, karena diapers ini masalah utama, kalau saya tidak bisa, maka kampung ini akan terkurung oleh sampah diapers," jelas Pandi.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads