Teror Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menghantui warga di kota-kota besar, tidak terkecuali di Kota Bandung. Upaya untuk mencegah penyebaran kasus DBD gencar dilakukan dengan berbagai metode.
Namun cara yang digunakan oleh Pemkot Bandung terbilang unik. Sebab pemerintah akan mencegah penyebaran DBD dengan berternak nyamuk. Nyamuk yang diternak adalah nyamuk modifikasi yang lebih dulu diberi bakteri wolbachia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung Ira Dewi Jani mengatakan, Kota Bandung tengah mencoba mengimplementasikan bakteri wolbachia ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah disuntikkan, nyamuk-nyamuk ini diharapkan akan menggantikan nyamuk Aedes aegypti yang memiliki virus dengue setelah berkembang biak. Sebab nyamuk otomatis sudah memiliki bakteri wolbachia dan tidak bisa jadi perantara virus dengue.
"Telur-telur yang sudah disuntikkan wolbachia ini diproduksinya di lab entomologi atau lab serangga. Kota Bandung itu dapatnya dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Salatiga," kata Ira dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (16/9/2023).
Ira menjelaskan, Bandung jadi satu dari lima kota di Indonesia yang dijadikan pilot project untuk mengimplementasikan metode tersebut. Hal itu didasari kasus DBD di Kota Bandung yang terbilang tinggi khususnya di Kecamatan Ujungberung.
Dijelaskan, jika nyamuk tersebut menggigit pengidap virus dengue, maka virus yang dihisap nyamuk akan mati dengan bakteri wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak bisa menyebarkan virus dengue lagi ke tubuh manusia.
Ira mengungkapkan, wolbachia sering ditemui dalam keseharian. Bakteri tersebut ada di dalam tubuh lalat buah hingga hewan-hewan kecil yang biasanya suka terbang di pisang atau buah-buahan.
"Di skema ini, nyamuk Aedes aegypti akan tetap ada untuk keseimbangan ekologis. Tapi dia sekarang sudah mengandung bakteri wolbachia supaya bisa menghentikan penyebaran virus dengue," ungkapnya.
Kota pertama yang mengimplementasikan inovasi ini sebelumnya adalah Yogyakarta. Dari penelitian dan implementasi wolbachia di sana, kasus DBD bisa turun sampai 70%.
Meski begitu, Ira mengatakan, implementasi wolbachia ini bukan berarti menggantikan seluruh upaya pencegahan DBD yang ada. Langkah-langkah sebelumnya akan tetap dijalankan>
"Ke depannya, akan ada 33.000 ember yang disebar se-Kota Bandung. Namun, untuk penyebarannya harus melihat dari peta udara dan satelit mengenai luas wilayah serta jumlah hunian. Sehingga tidak bisa disamaratakan jumlahnya tiap kecamatan," ujar Ira.
Ira menuturkan, inovasi ini juga untuk mengurangi paparan kimia yang tidak sesuai agar lebih aman bagi lingkungan dan lebih ekonomis jika dibandingkan dengan fogging.
"Kalau memang ini bisa diterapkan secara merata, harapannya angka kasus bisa turun karena virus dengue sudah tidak ada. Lalu, fogging juga bisa berkurang, sehingga dananya bisa dialihkan ke hal lain yang lebih penting," tutup Ira.
(bba/dir)