Warga di sejumlah daerah di Jawa Barat digegerkan dengan fenomena antariksa jatuhnya meteor pada Kamis (14/9/2023) malam. Tak hanya terlihat kasat mata, banyak orang yang turut mengabadikannya hingga menarik perhatian di media sosial.
Kemunculan meteor jatuh itu setidaknya terlihat oleh beberapa warga di wilayah Garut, Cimahi, Bandung maupun daerah lain di Jabar. Rupanya selain di Tanah Pasundan, fenomena antariksa itu juga turut terlihat di wilayah lain di Pulau Jawa.
Peneliti senior Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan terkait fenomena tersebut. Berdasarkan pengamatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), benda yang jatuh di langit dan bercahaya itu merupakan meteor. Profesor Riset Astronomi BRIN Thomas Djamaluddin mengaku telah mengkaji berbagai laporan tentang fenomena tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan, dikatakan Thomas, penampakan meteor jatuh itu terlihat di Bandung pada pukul 22.55 WIB, Kamis (14/9/2023). Kemudian, di Garut dengan video obyek terang, dan beberapa daerah sekitar Garut terlihat sekitar pukul 23.00 WIB.
Selain di Jabar, Thomas mengatakan laporan lainnya juga muncul di Yogyakarta pada pukul 23.15 WIB. Di Yogyakarta, dikatakan Thomas, meteor jatuh itu lebih terang.
"Bisa disimpulkan itu meteor terang. Mungkin juga ada saksi di wilayah lain antara Bandung sampai Yogyakarta," kata Thomas kepada detikJabar, Jumat (15/9/2023).
Thomas mengaku belum mendapatkan laporan mengenai titik jatuh lokasi meteor itu. Ia menduga meteor tersebut jatuh di Samudra Hindia.
"Kalau tidak ada laporan jatuh di darat, kemungkinan besar jatuh di Samudera Hindia. Sekarang belum ada laporan titik jatuhnya," ucap Thomas.
Ada Bahaya Mengintai
Rupanya, selain menarik perhatian warga, kemunculan meteor yang jatuh itu punya bahaya yang bisa saja mengintai. Sebab jika benda yang jatuh itu asalnya dari sampah antariksa, ada unsur radioaktif yang begitu berbahaya jika terpapar ke manusia.
Ahli Astronomi sekaligus Dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB Hakim L Malasan punya penjelasan mengenai fenomena tersebut. Hakim mengatakan, kemungkinan meteor yang jatuh itu jenis bolide atau fireball karena ukurannya yang cukup besar dan terlihat secara kasat mata.
"Yang paling alamiah itu biasanya disebut sebagai bolide atau meteor yang jatuh ukurannya kecil tapi kalau lihat kadarnya besar seperti itu. Bisa juga dia masuk ke dalam kategori fireball, fireball itu kalau dia meledak di angkasa gitu ya," katanya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Jumat (15/9/2023).
Menurut Hakim, meteor jenis bolide ataupun fireball tak akan berbahaya. Apalagi, fenomena hujan meteor selama Agustus hingga Desember merupakan hal yang lumrah. Fenomena hujan meteor dapat disaksikan masyarakat karena sedang musim kemarau.
"Pertengahan Agustus kita punya hujan meteor yang cukup ramai, dan itu mungkin ada yang tersisa sampai September, bahkan sampai September ini masih ada hujan meteor, jadi hujan meteor itu kan 12 kali dalam setahun," terangnya.
Dugaan lain, kata Hakim, benda langit yang disaksikan warga Bandung itu bisa jadi adalah sampah antariksa dari satelit atau roket. Biasanya, sampah antariksa akan menyisakan partikel yang jatuh di permukaan Bumi karena jaraknya yang tidak terlalu jauh .
Bila memang benar sampah antariksa, Hakim meminta masyarakat agar waspada dan tidak menyimpannya sembarangan. Sebab menurutnya, ada unsur radioaktif yang akan berbahaya bagi kesehatan.
"Itu kan sampah antariksa kemungkinan ada unsur radioaktif di dalamnya, yang mungkin bisa berbahaya bagi kesehatan kalau dipegang begitu aja atau disimpan di rumahnya, misalnya bekas roket atau satelit yang jatuh, itu kan sangat berbahaya," tuturnya.
Hakim juga mengimbau kepada masyarakat agar tak menyimpan sembarangan benda yang jatuh dari langit berupa meteorit ataupun sampah antariksa. Ia menyarankan benda langit itu diserahkan ke lembaga terkait seperti BRIN.
"Imbauan saya satu, kalau meteor itu menyisakan meteorit dan kemudian jatuh ke permukaan, saya harap masyarakat tidak mengambil kemudian menyimpan sendiri gitu ya, tapi laporkan karena itu kan bukti ilmiah yang penting," tuturnya.
"Karena, banyak sekali buktinya orang kejatuhan meteor terus dijual begitu ya, bagi astronom itu miris sebetulnya seperti itu karena itu kan batuan yang punya nilai ilmiah dan penting untuk penelitian, tapi banyak yang dijual karena memang ada kolektornya yang mau membayar mahal," pungkasnya.
Simak Video 'Reaksi Warga Garut saat Lihat Meteor Melintas: 'Hoyong Pajero'':