Sampah jadi masalah di Bandung Raya. Kebakaran di TPA Sarimukti yang tidak kunjung padam membuat pembuangan sampah dari empat daerah terhambat dan menumpuk hampir di setiap TPS. Kondisi ini ternyata turut memperparah polusi udara.
Hal itu disampaikan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. dr. Cissy B. Kartasasmita. Cissy menerangkan, masalah tumpukan sampah di Bandung Raya berpotensi mengganggu saluran pernafasan manusia.
Dia menjelaskan, bau yang dihasilkan sampah yang tertimbun lama akan membuat dekomposisi dan menghasilkan gas metan (CH4). Bukan cuma itu, sampah yang membusuk juga menghasilkan gas ammonia (NH3) dan hydrogen sulfida (H2S) yang akan berpotensi mencemari udara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pencemaran udara oleh gas tersebut akan mengakibatkan kualitas udara menurun dan menurut beberapa laporan dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang berbahaya, seperti sesak napas, nyeri dada, bronkitis, pneumonia, dan kambuhnya asma," kata Cissy dalam keterangan yang dirilis Unpad, Jumat (15/9/2023).
Untuk mengatasi hal itu, Cissy memberi anjuran agar masyarakat khususnya di Bandung Raya untuk kembali menerapkan protokol kesehatan seperti saat pandemi Covid-19.
"Untuk mengatasinya kita bisa tetap melaksanakan protokol kesehatan seperti yang kita lakukan selama pandemi Covid-19, seperti memakai masker, cuci tangan, menghindari kerumunan, mengurangi keluar rumah, namun tidak perlu sampai lockdown," ungkapnya.
Lebih lanjut, menurutnya polusi udara terlepas telah dicemari oleh gas dari pembusukan sampah, sangat mengancam kesehatan. Pekatnya polusi udara juga menyebabkan banyak orang rentan terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Dia mengungkapkan, pada saat seseorang menarik napas, maka Ia akan memasukkan udara yang mengandung oksigen sekaligus semua bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, termasuk diantaranya kuman penyebab penyakit.
"Bila daya tahan tubuh sedang berkurang atau lemah, badan akan tidak maksimal dalam menolak infeksi dari bakteri atau virus saat hidung menghirup napas. Otomatis, badan akan mudah terinfeksi oleh kuman yang bisa menyebabkan ISPA, baik ISPA atas maupun bawah," jelas Cissy.
Pada saluran pernapasan, diketahui ada beberapa mekanisme seperti rongga hidung yang bersekat-sekat, bulu getar, lapisan dalam (epitel), hingga bulu-bulu halus di permukaan saluran napas (silia). Mekanisme ini yang berfungsi menangkap dan 'menyapu' berbagai partikel yang merugikan untuk keluar lagi.
"Bulu getar ini akan rusak oleh adanya polusi udara yang terhisap sehingga bulu getar tak bisa menyapu dengan sempurna dan terjadi gangguan termasuk masuknya kuman penyebab ISPA," ucapnya.
(bba/dir)