Ketegaran dan Kesedihan Irmawati Kala Rumahnya Sudah Rata dengan Tanah

Ketegaran dan Kesedihan Irmawati Kala Rumahnya Sudah Rata dengan Tanah

Siti Fatimah - detikJabar
Jumat, 01 Sep 2023 13:44 WIB
Rumah yang digusur dalam pembangunan dan penataan Stasiun Parungkuda-Sukabumi lintas Bogor-Sukabumi
Rumah yang digusur dalam pembangunan dan penataan Stasiun Parungkuda-Sukabumi lintas Bogor-Sukabumi (Foto: Istimewa).
Sukabumi -

Irmawati (40), seorang ibu dan anaknya yang masih berusia 17 tahun terlihat tengah membersihkan puing-puing rumahnya yang digusur. Mata sayunya melihat rumah yang ditinggali selama 40 tahun itu sudah rata dengan tanah.

Diketahui, rumahnya dibongkar karena ada pembangunan dan penataan Stasiun Parungkuda-Sukabumi lintas Bogor-Sukabumi. Dia merupakan satu dari 90 kepala keluarga yang terpaksa kehilangan rumah dan diganti dengan uang kerohiman.

Kepada detikJabar, Irma mengaku, tak bisa menolak saat rumahnya digusur. Dia harus pasrah karena rumahnya berdiri di atas lahan milik Direktoran Jenderal Perkeretaapian (DJKA).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah 40 tahun tinggal, ada surat aja ngedadak, surat kesatu, kedua di balai Desa Cisaat, ketiga ini pembongkaran. Ikut saja (keputusan pembongkaran) soalnya ini tanah pemerintah," kata Irmawati, Jumat (1/9/2023).

Dia mengatakan, ada dua rumahnya yang digusur. Rumah pertama ditempati oleh Irma, suami dan kedua anaknya, sedangkan satu rumah lainnya ditempati oleh ibu dan saudaranya. Selain kehilangan rumah, dia juga harus kehilangan satu-satunya mata pencaharian.

ADVERTISEMENT

"Dulu jualan kopi sama gorengan di depan rumah. Sekarang belum tahu mau usaha apa. Dari ibu kecil saja sudah tinggal di sini, sekarang anak dua masih sekolah yang satu SMK dan satu lagi yang kecil masih SMP," tuturnya.

Dari penggusuran rumah tersebut, Irman mendapatkan uang kerohiman sebesar Rp10,9 juta. Uang tersebut dikirim melalui rekening bank.

Uang tersebut, kata dia, untuk menyewa rumah kontrakan di wilayah Mangkalaya, Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi. Menurutnya, uang itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyewa tempat tinggal.

"Kalau buat modal usaha nggak cukup, harapannya ada tambahan bantuan untuk modal berdagang," tutupnya.

Sebelumnya diberitakan, Pardi selaku Pelaksana Lapangan mengatakan, penertiban rumah di kawasan DJKA sudah dilakukan sejak bulan Agustus lalu. Pihaknya melakukan pembongkaran sesuai dengan nomor-nomor pemukiman yang terdapat dalam denah lokasi pengerjaan.

"Yang dilakukan pembongkaran pemukiman itu sekitar 60 rumah. Kalau kita dari awal clearing berupa pembongkaran rumah dan pembersihan puing-puing. Hari ini progresnya baru 20 persenan," kata Pardi.

Selain melakukan pembongkaran pemukiman, pihaknya juga melakukan penggantian bantalan beton dan penggantial rel kereta. Ke depan, akan ada beberapa item stasiun yang dibangun termasuk mengubah kabel ke bawah tanah. Beberapa kendaraan berat (dozer) yang diturunkan di lapangan.

Dia mengungkapkan, tak ada kendala penolakan dari warga setempat. Hanya saja, kata dia, proses pengerjaan sempat molor karena proses kerohiman.

"Untuk kendala penolakan warga nggak ada, kemarin cuman yang namanya proses kerohiman itu kan lama, harus proses dulu baru kalau sudah selesai kita bongkar," ujarnya.

(mso/mso)


Hide Ads