Kesedihan Eti Rumahnya Rata dengan Tanah Akibat Kebakaran di Sukahaji

Kesedihan Eti Rumahnya Rata dengan Tanah Akibat Kebakaran di Sukahaji

Nur Khansa Ranawati - detikJabar
Kamis, 10 Apr 2025 15:58 WIB
Eti menunjukkan sisa rumahnya yang terbakar.
Eti menunjukkan sisa rumahnya yang terbakar. Foto: Nur Khansa Ranawati
Bandung -

Di antara puing-puing kayu dan seng sisa kebakaran Jalan Terusan Pasir Koja, Kelurahan Sukahaji, Kota Bandung, terdapat sepetak tanah yang sehari lalu masih menjadi tempat berteduh bagi Eti dan keluarganya. Area yang ia bangun menjadi rumah sejak 1991 tersebut kini tak lagi dapat dikenali sebagai tempat tinggal.

Seluruh bangunannya hangus dan rata dengan tanah, menyisakan sebuah bak kamar mandi yang dibangun dari bata. Eti menunjukkan sisa rumahnya yang bernasib sama dengan sekitar 45 jongko milik para pedagang material kayu di sekelilingnya, rusak tak bersisa.

Kebakaran tersebut terjadi pada Rabu (9/4/2025) malam sekitar pukul 23.50 WIB. Kala itu, Eti yang belum tidur mendengar suara berbunyi "tak tak tak" yang bersumber dari area sekitar jongko di depan rumahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya saya kira ada anak-anak iseng melempar batu ke genting. Saat saya keluar, ternyata api sudah menyala besar, rumah saya juga sudah terasa panas," ungkap Eti ketika ditemui detikJabar di area kebakaran, Kamis (10/4/2025).

Ia menuturkan bahwa kala itu tak ada hal lain di pikirannya selain segera melarikan diri. Dengan tergopoh, Eti dan keluarganya berhasil selamat keluar dari rumah yang sudah terlalap api. Tak ada barang yang berhasil diselamatkan kecuali sebuah sepeda motor miliknya.

ADVERTISEMENT

"Saya sudah hampir pingsan itu, gak sempat kemas-kemas barang. Untung motor berhasil dikeluarin, tapi ya barang-barang semua habis," tuturnya.

Saat berhasil keluar, api telah menyambar bangunan-bangunan lain di sekitar rumahnya dan menjadikan kobaran api semakin besar. Beruntung Eti tak menghabiskan waktu lebih lama di dalam rumah.

"Walapun panas, kami memaksakan diri untuk segera keluar dari rumah, daripada terjebak dan terbakar di dalam rumah. Alhamdulillah enggak lama ada pemadam kebakaran datang," jelasnya.

Bukan Kali Pertama

Sambil sesekali terisak, Eti menceritakan perjuangannya untuk kembali membangun rumah bertipe semi-permanen miliknya bersama sang suami, selepas kebakaran besar di tahun 2018 melanda. Mayoritas bangunannya terbuat dari triplek, dan hanya kamar tidur yang dibangun dengan tembok.

Kala itu, kebakaran serupa juga melanda puluhan jongko dan rumah miliknya di kawasan yang sama, bahkan dengan skala yang lebih besar. Eti mengaku membutuhkan waktu enam tahun untuk sedikit demi sedikit membangun kembali tempat tinggalnya dari uang hasil mengamen.

"Enam tahun baru bisa jadi rumah lagi setelah kebakaran tahun 2018. Baru juga beberapa bulan kemarin selesai bangun rumah, eh sekarang terbakar lagi. Padahal membangunnya juga hasil kumpul-kumpul uang dari ngamen," ungkpanya.

Sebelum tahun 2018, ia juga menyebut terjadi sejumlah kebakaran lainnya di sekitar kawasan rumah miliknya meski tak lagi ingat secara spesifik tahun kejadiannya. Ia yang kini tinggal sementara di rumah tetangga berharap dapat kembali membangun rumahnya.

"Saya kan bukan pengusaha, penghasilan cuma dari ngamen dan suami jadi tukang parkir. Kalau harus mengontrak rumah saya enggak sanggup. Mau minta tolong juga sama siapa," jelasnya.

Saat ini, Eti menyebut sangat membutuhkan barang kebutuhan sehari-hari seperti pakaian bersih, alas tidur, hingga makanan untuk dapat bertahan sementara. Ia berharap ada pihak-pihak yang dapat membantu meringankan bebannya.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads