Nasib Pasar Monyet Sukabumi, Dari Pusat Prostitusi Kini Rata dengan Tanah

Nasib Pasar Monyet Sukabumi, Dari Pusat Prostitusi Kini Rata dengan Tanah

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 04 Feb 2025 12:44 WIB
Pembongkaran Pasar Monyet Sukabumi
Pembongkaran Pasar Monyet Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Ekskavator bergerak perlahan, belalai raksasa di bagian depan kendaraan berat itu lantas menghantam sejumlah bangunan semi permanen yang mungkin sudah berdiri lebih dari 10 tahun di kawasan Sukawayana - Karang Naya, atau masa silam dikenal juga dengan sebutan Pasar Monyet.

Dulu, nama Pasar Monyet di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, menjadi bagian dari kisah urban yang melegenda. Dari sekadar tempat berkumpulnya monyet-monyet liar di masa lampau, kawasan ini kemudian bertransformasi menjadi pusat hiburan malam dan prostitusi.

Peristiwa besar pada 1997, ketika massa membakar kawasan ini sebagai bentuk penolakan terhadap aktivitas hiburan ilegal, mengubah wajahnya secara drastis. Kini, setelah bertahan puluhan tahun dengan berbagai perubahan, kawasan ini menghadapi penggusuran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai bagian dari rencana pengembangan Taman Wisata Alam (TWA) Agroforestry Citepus, kawasan Pasar Monyet bersama dengan wilayah sekitar Katapang Condong menjadi sasaran proyek tata ulang kawasan wisata.

"Rencananya ini kan sudah sosialisasi lama, memang ini adalah kawasan hutan konservasi di sini adalah Taman Wisata Alam (TWA) Sukawayana di sebrang adalah Cagar Alam Sukawayana dan itu adalah kawasan hutan konservasi yang peruntukannya bukan untuk apa namanya secara non prosedural semua harus ada aturannya," kata Diah Qurani Kristina, Kepala Bidang KSDA Wilayah I Bogor saat dikonfirmasi terkait pembongkaran di kawasan tersebut, Selasa (4/2/2025).

ADVERTISEMENT

Sejumlah warung dan tempat usaha yang berdiri di atas lahan ini harus dibongkar, termasuk bangunan-bangunan yang masih menyisakan jejak masa lalu Pasar Monyet. Meski bersalin rupa, kondisi kumuh di kawasan itu menuntut pemerintah berpikir keras untuk mempercantik kawasan pesisir itu.

Pemerintah dan pihak pengembang beralasan bahwa langkah ini bertujuan untuk menata kembali kawasan pantai agar lebih tertata dan memiliki daya tarik wisata yang lebih luas.

"Kebetulan ini akan dikembangkan untuk menjadi kawasan wisata yang tentunya lebih baik lebih estetikanya juga ada, dan juga mudah-mudahan bisa memberikan pendapatan lebih baik kepada masyarakat," ungkap Diah.

"Nah ini ada satu perusahaan yang memang memiliki ijin usaha di sini berdasarkan SK Menteri Kehutanan, Menteri LHK jadi artinya ini semua sudah direncanakan lama dan ke masyarakat pun sosialisasi sudah," sambung Diah.

Namun, bagi warga yang selama ini menggantungkan hidup dari usaha di lokasi tersebut, penggusuran ini menjadi pukulan berat.

"Kami sudah lama di sini, sejak tempat ini berubah dari tempat hiburan malam menjadi warung-warung biasa. Sekarang harus pergi, sebetulnya tidak masalah" kata salah satu pemilik warung yang enggan disebut namanya.

Proses pembongkaran ini tidak serta-merta berjalan mulus. Sejumlah warga mengeluhkan besaran uang kerahiman yang dianggap tidak sebanding dengan biaya yang telah mereka keluarkan untuk membangun tempat usaha mereka.

"Saya tidak menolak, bukan membangkang bukan. Kemarin dapat Rp 2 Juta, semuanya juga sama hanya dengan uang segitu saya perlu waktu (untuk membongkar mandiri), kalau misalkan kerahiman Rp 10 juta dibakar juga enggak masalah," tutur Jajang pemilik bangunan di kawasan tersebut.

Jajang terus berbicara sampai kemudian petugas Satpol PP berusaha membujuknya agar lebih tenang dan bersedia warungnya untuk dirobohkan.

"Siapa bilang enggak dibongkar, lihat warung saya itu sudah dibongkar. Barangnya sudah dikosongkan, saya tidak mengabaikan hanya artinya sudah ada aksi kan. Cuma saya minta kebijakan hanya kealotan pembongkaran, kalau pakai beko hancur semua. Saya mau dibongkar sendiri," kekeuh Jajang.

Namun meskipun sudah berusaha komunikasi kanan - kiri, Jajang terlihat pasrah saat ekskavator perlahan menghancurkan bangunan miliknya.

(sya/yum)


Hide Ads