Upaya Mengatasi Polusi Udara Jakarta Lewat Modifikasi Cuaca

Upaya Mengatasi Polusi Udara Jakarta Lewat Modifikasi Cuaca

Wisma Putra - detikJabar
Senin, 21 Agu 2023 17:28 WIB
Petugas menaikkan garam yang digunakan untuk operasi TMC ke atas Pesawat Casa 212 di Lanud Husein Sastranegara
Petugas menaikkan garam yang digunakan untuk operasi TMC ke atas Pesawat Casa 212 di Lanud Husein Sastranegara (Foto: wisma Putra/detikJabar).
Bandung -

Atasi polusi udara yang terjadi di Jabodetabek Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) lakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC). TMC ini dilakukan selama tiga hari dari 19 hingga 21 Agustus 2023, bekerjasama dengan BNPB, BMKG dan TNI AU.

Koordinator Laboratorium TMC BRIN Budi Harsoyo mengatakan, operasi TMC dilakukan dengan menebar garam dan kapur tohor di atas awan potensial.

Menurut Budi, operasi TMC ini diminta langsung oleh pemerintah pusat melalui BNPB, karena isu polusi udara khsunya di Jakarta semakin memburuk. Kemudian BNPB meminta masukan ke BMKG melihat seberapa besar potensi hujan di wilayah Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"BMKG mengeluarkan prediksi dan dari situ disampaikan ada potensi hujan di wilayah Jabodetabek dari tangga 19-21 Agustus, dari situ BNPB meminta operasi TMC kepada TNI AU untuk pesawat, kepada BRIN untuk pelaksanaannya dan dibantu BMKG dengan menggunakan anggaran dana siap pakai BNPB," kata Budi kepada detikJabar di Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Senin (21/8/2023).

Budi mengungkapkan, untuk potensi hujan, karena saat ini musim kemarau, sekecil apapun peluang itu dimanfaatkan. Biasanya menurut Budi di wilayah Bogor selalu ada awan orografis atau awan yang tumbuh karena efek pengangkatan masa udara bertemu dengan topografi.

ADVERTISEMENT

"Itu yang kita manfaatkan untuk menjadi hujan, harapannya hujan yang terjadi di Bogor meluas masuk ke wilayah Jakarta, itu yang kita harapkan," tuturnya.

Dua hari melakukan operasi TMC, apakah hujan turun? Budi menyebut, hujan turun, namun belum sampai ke wilayah Jakarta.

"Tanggal 19 kita lakukan sorti penyemaian, terjadi hujan hanya dengan durasi singkat di Bogor, itensitasnya ringan. Kemarin kita lakukan upaya lebih masif lagi karena bisa dilakukan sejak lagi kami lakukan dua sorti dan targetnya tetap, wilayah Jabodetabek hujannya agak lumayan besar, intensitas sedang bahkan beberapa titik lebat mulai pukul 17.00-20.00 WIB, tapi memang hujan yang terjadi hanya di wilayah Bogor, Depok dan Tangerang Selatan tidak masuk wilayah Jakarta," ungkapnya.

"Hari ini kita upayakan hal serupa walaupun dari data analisaBMKG potensi menurun drastis beda dengan prediksi semula," tambahnya.

Polusi Akan Hilang Jika Ada Hujan

Budi menuturkan, polusi akan hilang jika turun hujan di wilayah yang alami polusi udara. Dengan diguyur hujan polutan pun akan hilang.

"Polusi ini, opsi pertama akan hilang seandainya turun hujan, dengan bawahnya atmosphere maka polutan-polutan ini diharapkan menurun, penyemaian dengan garam NACL itu prioritas pertama, dengan syarat ada potensi awan kalau gak ada kita gak hisa lakukan apa-apa," tuturnya.

Menurutnya, modifikasi cuaca ini bertujuan untuk mengaggu stabilitas atmosphere.

"Caranya bagaimana? Kita bawa bahan semai yang kira-kira bisa merusak lapisan inversi, polutan ini kenapa konsentrasinya tinggi karena dia tidak bisa terangkat naik sampai ke troposfer, karena ada layer dan layer terbentuk ini karena adanya suhu yang sama dalam beberapa lapisan," tuturnya.

Budi menerangkan, upaya TMC konvensional menaburkan garam injeksi kedalam awan, tujuannya menjatuhkan awan jadi hujan dengan syarat ada awan potensial.

Upaya kedua, membuka lapisan inversi itu karena bagaimana pun polutan itu sebetulnya mungkin secara teori bisa terurai kalau tidak ada lapisan inversi di atmosfer.

"Pagi tadi baru saja menerbangkan dengan bawa kapur tohor. Kapur ini panas dan inversi lapisan itu terjadi eksoterm, di beberapa ketinggian suhunya sama," paparnya.

Satu kali pesawat naik bisa bawa bahan semai apakah itu garam atau kapur tohor sekitar 800 kilogram, dengan durasi kurang lebih 1,5-2 jam, tergantung berapa banyak sel awan dan berapa luas yang dijelajahi.

"Dua hari lalu kita fokus di wilayah Bogor, di sekitar lereng kaki Gunung Gede Pangrango dan daerah sekitarnya seperti Lebak Rumpin, Depok, Tangerang Selatan dan Bekasi. Kesulitan yang ditemui potensi cuaca kecil sekali buat hujan, awan-awan yang bisa kita optimalkan untuk hujan jenis awan uomulus dan itu sulit ditemui dalam kondisi kemarau apalagi secara musim terjadi Elnino yang tingkat kemaraunya lebih kuat," pungkasnya.

Posko TMC Ada di Lanud Husein Sastranegara

Lanud Husain Sastranegara dijadikan posko operasi TMC, didalamnya terdiri dari BNPB BRIN, BMKG dan TNI AU.

Kadisops Lanud Husein Sastranegara Lekol Lek Anggoro Budy Mulya mengatakan, operasi TMC ini dilakukan dengan menggunakan Pesawat Casa 212 dari Skadron Udara 4 Lanud Abdulrahman Saleh Malang.

"Pesawatnya gunakan Pesawat Casa 212 dan Nomor Registrasi A2108, kapten penerbangan Letu Penerbang Erwin dari Abdurahman Saleh Malang. Tugasnya berikan informasi cuaca dan kita berikan traffic," katanya.

Anggota menambahkan, dalam satu kali penerbangan, 11 personil Anggota TNI AU ikut ditambah tim dari BRIN dan BMKG. "Tugas untuk menabur garam dan saat di atas disobek hingga ditaburkan ke awan," tambahnya.

Durasi penyemaian garam ini bisa mencapai 1-2 jam, tergantung cuaca, kalau awan semakin pekat semakin cepat dan sebaliknya. "Dua hari kemarin sekali naik bisa 1-2 jam," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(wip/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads