Pangauban Kawargian Nonoman Galuh bersama Rumah Naskah menggelar tradisi membaca naskah Sunda kuno Wawacan Sulanjana bertajuk Nyawang Bulan di Mumunggang.
Tradisi yang digelar di Situs Bojong Susuru, Dusun Bunder, Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing, Ciamis, Rabu (2/8/2023), diikuti juga oleh ratusan masyarakat.
Tradisi membaca naskah kuno ini berawal dari kebiasaan masyarakat Sunda zaman dulu di Tatar Galuh Ciamis. Masyarakat selalu melaksanakan prosesi membaca naskah di sawah menjelang panen padi. Namun tradisi tersebut berangsur pudar seiring dengan perkembangan zaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prosesi tradisi membaca naskah kuno Wawacan Sulanjana ini diawali dengan menyediakan sesajian, kemudian sambutan panitia. Lalu pada acara inti membaca naskah yang diiringi dengan kesenian gembyung, yang merupakan kesenian tradisional buhun.
"Dulu tradisi membaca naskah ini selalu dilakukan masyarakat Ciamis pada malam menjelang panen. Masyarakat bersama-sama atau ngabring ke sawah sambil diiringi musik gembyung," ujar Tendi Nugraha, Ketua Pangauban Kawargian Nonoman Galuh, Kamis (3/8/2023).
Tradisi kemudian diangkat lagi untuk mengingatkan nilai-nilai filosofi yang bisa diterapkan dalam kehidupan sekarang. Dipilihnya pada malam purnama karena memiliki suasana yang syahdu dan mengingatkan kembali pada masa lalu.
"Tradisi ini kembali kami angkat pertama kali, setelah sempat hilang. Antusias masyarakat, tokoh budaya, pemerintah sangat tinggi. Ratusan tamu undangan hadir. Bahkan mereka meminta tradisi ini dilaksanakan di beberapa situs budaya lainnya secara giliran," ungkap Tendi.
Tradisi bertajuk Nyawang Bulan di Mumunggang menjadi upaya untuk menggali nilai-nilai yang terkandung dalam naskah yang secara turun temurun diwariskan oleh leluhur.
"Ini menjadi momen silaturahmi bagi para pelestari dan penggiat kebudayaan di Tatar Galuh Ciamis. Selain itu, sebagai salah satu bentuk kontribusi generasi muda terhadap Pemajuan Kebudayaan Daerah," jelasnya.
![]() |
Kegiatan Nyawang Bulan di Mumunggang direncanakan akan digelar 3 bulan sekali pada malam bulan purnama. Direncanakan akan diselenggarakan di setiap situs atau kabuyutan yang berbeda.
"Secara tidak langsung kegiatan ini juga memperkenalkan situs/kabuyutan yang ada di Tatar Galuh Ciamis. Harapannya dapat memberikan kebermanfaatan dan pengetahuan terhadap generasi muda untuk lebih mencintai nilai-nilai yang terkandung dalam naskah," katanya.
Tendi menjelaskan dalam naskah kuno Wawacan Sulanjana terdapat nilai-nilai kehidupan yang bisa diterapkan dalam kehidupan. Salah satunya adalah bersyukur nikmat yang telah diberikan.
Sementara itu, Gunari Putra Erisman Ketua Rumah Naskah sekaligus filolog menerangkan naskah Sunda kuno yang tersebar di Tatar Galuh Ciamis mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang tinggi. Sehingga perlu diperkenalkan kepada generasi muda.
Rumah Naskah pun mempunyai program penyelamatan naskah secara fisik dan isi dalam bentuk digitalisasi. Tujuannya sebagai upaya pelestarian naskah kuno di wilayah Kabupaten Ciamis.
"Keberadaan Rumah Naskah tergerak atas dasar kekhawatiran akan kondisi naskah-naskah di Kabupaten Ciamis yang mulai mengalami kerusakan dan hilang bahkan terancam punah," katanya.
Kabid Kebudayaan Disbudpora Ciamis Muharam Zajuli menyambut baik tradisi membaca naskah kuno tersebut. Hal ini sejalan dengan program pemerintah untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan daerah.
"Tentunya kami sangat apresiasi, sejalan dengan program pemerintah dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan daerah," pungkasnya.
(iqk/iqk)