Seperti diketahui dua buah batu itu dalam keadaan terpisah. Batu pertama berada di Sungai Citarik dengan posisi tergenang aliran sungai berair deras. Sedangkan satu batu lainnya berada di area perkebunan, terpisah jarak sejauh 4 meter dari batu pertama.
"Bentuknya batu besar (diameter) 5 meter panjangnya sekitar 2 meter sebagian menancap ke tebing. Untuk aksara kuno itu ada tiga atau empat spasi," kata Dida Hudaya, Ketua Yayasan Jelajah Sejarah Soekaboemi, yang juga anggota Dewan Kebudayaan Kabupaten Sukabumi, Kamis (20/7/2023).
Di atas batu berukuran besar itu terdapat cetakan telapak tangan dan aksara kuno.
"Ada aksara mirip Palawa dengan bahasa Sanskerta tapi yang saya dengar dari tim ahli Balai Arkeologi namun belum resmi menjadi keputusan ya, jenis aksara menyerupai huruf Sunda kuno kata tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat," ujar Dida.
![]() |
Dida berujar, jika memang huruf atau aksara yang tercetak di atas batu itu adalah aksara Sunda kuno, maka nantinya bisa dipastikan usia dari aksara tersebut.
"Kalau memang itu aksara Sunda kuno dan berasal dari masa lalu, artinya aksara Sunda sudah lebih tua misalkan KA GA NGA kemudian masuk Hindu aksara Jawa kuno. Bisa dibilang sebelum Jawa Kuno ada Sunda Kuno dulu. Jadi begitu, yang saya dengar itu aksara Sunda kuno," ungkap Dida.
Hingga kini, aksara yang terukir di atas batu itu masih dalam kajian. Selain memastikan jenis aksaranya, belum diketahui apa arti dari tulisan tersebut.
"Aksara itu berbentuk menyusun, namun memang belum bisa diterjemahkan masih dalam kajian. Yang pasti, lokasi temuan dinamai Batu Gajah karena lokasi kampungnya di kampung Batu Gajah," pungkas Dida. (sya/iqk)