Kekayaan hasil bumi Ujunggenteng, Sukabumi ternyata pernah dijamah oleh para penjajah, wilayah yang pada masa kolonial Belanda bernama Gentengbaai itu memiliki hasil perkebunan yang luar biasa.
Karena saking banyaknya, Belanda pernah bermimpi untuk mewujudkan proyek besar pembangunan kereta lori atau kereta penarik hasil perkebunan yang menghubungkan wilayah di bagian selatan Kabupaten Sukabumi itu dengan sejumlah wilayah lain di Jawa Barat.
"Kawasan ini dinilai memiliki posisi strategis (oleh Belanda) sebagai pelabuhan bongkar muat hasil perkebunan diantaranya kopra dan karet. Satu hal yang jarang diketahui oleh generasi kekinian bahwa di kawasan Ujunggenteng pernah dibangun jaringan lori," kata Dida Hudaya, Ketua Yayasan Jelajah Sejarah Soekaboemi, kepada detikJabar, Selasa (18/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang juga berstatus sebagai anggota Dewan Kebudayaan Kabupaten Sukabumi itu mengatakan pembangunan jaringan lori impian Belanda itu untuk membangun konektivitas angkutan perkebunan.
"Berdasarkan catatan sejarah, untuk pengangkutan hasil perkebunan dari area penanaman ke lokasi pergudangan juga kawasan dermaga, bahkan sekitar tahun 1920 an itu pemerintah kolonial sudah merancang proyek besar transportasi KA lintas selatan yang Otomatis akan melalui kawasan ini, mulai dari daerah Saketi- Bayah (Banten) yang baru terealisasi kemudian di era militer Jepang 1942- 1945," jelas Dida.
![]() |
Impian itu bahkan berlanjut, tidak hanya sebatas jalur Lori tapi juga Kereta Api (KA) yang bahkan direncanakan berlanjut hingga ke Palabuhanratu dan melintasi jalur pesisir pantai selatan Sukabumi - Cianjur Selatan, Garut Pesisir Selatan.
"Konektivitas relnya direncanakan memanjang hingga Palabuhanratu dan melintasi jalur pesisir pantai selatan Sukabumi - Cianjur Selatan, Garut Pesisir Selatan, Tasikmalaya, pesisir Banjar dan berakhir di pelabuhan bongkar muat Cilacap," ungkap Dida.
Namun mimpi Belanda itu terkubur dalam-dalam, rencana itu akhirnya tidak bisa terwujud karena terdampak krisis akibat adanya Perang Dunia I.
"Rencana tersebut tidak bisa terwujud karena pemerintah kolonial Hindia Belanda membatalkannya karena faktor krisis moneter akibat Perang dunia 1 serta ancaman invasi Jepang," pungkas Dida.
(sya/yum)