Cerita Damkar Bandung: Lempar APD-Kenakan Sepatu Sebelah

Sang Penakluk Api

Cerita Damkar Bandung: Lempar APD-Kenakan Sepatu Sebelah

Yuga Hassani - detikJabar
Selasa, 11 Jul 2023 21:30 WIB
Petugas Disdamkar Bandung
Petugas Disdamkar Kabupaten Bandung. (Foto: Istimewa)
Kabupaten Bandung -

Kriiiing, kriiiing, kriiiing, telepon call center Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bandung berbunyi. Petugas Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) langsung menerima telepon tersebut. Petugas mencatat lokasi kebakaran dan langsung nyalakan sirine.

Petugas yang bersiaga pun langsung merespons. Mereka langsung sigap berdiri dan mengambil Alat Pelindung Diri (APD). Dari mulai baju, sepatu, sarung tangan, helm, dan lain sebagainya, langsung mereka kenakan.

APD sudah dikenakan, kemudian mereka langsung meluncur ke mobil damkar yang sudah bersiaga selama 24 jam. Setiap tugas memang tak selalu mulus, termasuk saat dalam perjalanan. Petugas kerap terjebak macet. Bahkan, kerap juga terganggu karena ulah pengendara lain yang tak mengerti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cobaan dalam perjalanan tersebut bisa dihadapi dengan rasa sabar dan rasa ingin menolong yang begitu tinggi. Tak mengenal lelah, semua harus dilakukan secepat mungkin.

"Setelah ada laporan kebakaran, Pusdalops akan menyalakan sirine. Ketika mendengar sirine hati kita seakan-akan tergugah, kaget ongkoh," ujar Staff Bidang Pencegahan Disdamkar Kabupaten Bandung Asep Nana Taryana kepada detikJabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Saat ini Disdamkar Kabupaten Bandung memiliki armada yang terbilang cukup. Sehingga sudah tidak ada lagi petugas damkar yang naik di atas mobil armada.

"Kalau dulu itu beberapa sebelum menjadi dinas termasuk saya pribadi pernah naik ke atas. Jadi ketika kita mau naik, APD dulu kita lempar ke atas lebar, nah kita naik baru pakai," katanya.

Saat kondisi tersebut banyak hal unik ketika akan menuju lokasi. Ada yang APD ketinggalan, bahkan tidak sempat memakai salah satu dari perlengkapan APD.

"Saking semangatnya melempar APD pas mau dipakai, udah di jalan sepatunya satu ketinggalan. Sampai bablas ketinggalan. Jadi pas di lokasi ada yang pakai sepatu sebelah. Ada yang APD naik, sepatunya jatuh. Saking semangatnya. Tapi sekarang alhamdulillah nggak ada yang di atas," ucapnya.

Ketika sampai di lokasi, Asep menyebutkan harus ada satu komando, yakni ada di komandan regu (danru). Kata dia, ketika terjadi kebakaran dipimpin oleh danru, ataupun dengan jabatan tertinggi bisa jadi kasie atau kabid.

"Nah di damkar itu kami dipelajari tentang formasi regu pemadaman. Jadi bagaimana formasi regu ketika terjadi kebakaran. Apakah cukup hanya satu jalur saja, atau misalnya harus dua jalur," tuturnya.

Petugas pun harus memperhatikan sumber air terdekat. Sehingga bisa melakukan pengisian air lebih dekat. Kata dia, semuanya satu intruksi oleh danru.

"Keakaran besar tentunya membutuhkan air yang cukup banyak. Jadi tahapannya itu selain melakukan pemadaman, kita harus melakukan penyekatan terhadap beberapa bangunan yang belum terbakar. Tentunya perambatan api itu bisa terjadi karena radiasi dan juga konveksi itu bisa terjadi," ungkapnya.

Para petugas pun biasanya terbagi dalam dua tim. Di antaranya ada yang fokus memadamkan api, kemudian ada juga yang fokus meminimalisir kerugian.

"Caranya melakukan pendinginan dengan air. Jadi kalau misalnya melihat ketika ada kebakaran, ada pemadam yang fokus ke api kebakaran, ada juga yang ke sampingnya. itu adalah upaya melakukan penyekatan supaya menghambat perambatan api," bebernya.

Setelah pemadaman usai, biasanya petugas damkar melakukan pendinginan. Pasalnya bangunan yang telah terbakar bisa menimbulkan suhu panas. Sehingga harus dilakukan pendinginan.

"Setelah proses pendinginan selesai, baru dilakukan pemeriksaan kembali pengecekan kembali yang dilakukan oleh danru. Jadi danru harus memastikan bahwa kebakaran Ini sudah aman, lalu suhunya sudah dingin, sudah tidak ada api lagi, sudah tidak ada perambatan sih yang lainnya Setelah itu baru pemadaman dikatakan selesai," pungkasnya.

(sud/sud)


Hide Ads