Bekerja menjadi pemadam kebakaran harus siap bertarung dengan ganasnya api. Tak hanya mental dan fisik yang kuat, pasukan penakluk api juga membutuhkan peralatan lengkap yang memadai.
Namun mirisnya, Pemadam Kebakaran (Damkar) di Kota Sukabumi harus berjuang dengan kondisi yang tak ideal. Tak miliki baju tahan api, kurangnya pasukan hingga unit damkar sudah berusia 29 tahun!
Kasi Pencegahan Bidang Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Sukabumi, Hendar Iskandarsyah buka-bukaan terkait kondisi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau berbicara kondisi damkar Kota Sukabumi saat ini, memang jauh dari standar pemenuhan kelayakan sebuah operasional pemadaman kebakaran dan penyelamatan," kata Hendar mengawali perbincangan dengan detikJabar, Kamis (6/7/2023).
Secara umum, kendaraan damkar di Kota Sukabumi berjumlah enam unit. Namun dari enam kendaraan, hanya ada dua yang masuk dalam kategori mobil pemadam kebakaran, sedangkan empat lainnya merupakan modifikasi mereka.
"Mobil tertua kita tahun 1994, paling terbaru tahun 2012. Mobil damkar kalau dilihat ada enam, yang betul mobil damkar itu hanya dua. Sisanya modifikasi. Yang disebut mobil damkar itu dia tekanan minimal 15 bar, mesinnya harus power take off engine. Yang empat itu pakai portable pump, kalau dipakai 15 menit overheat, nunggu lagi 10 menit baru bisa nyala, sedangkan api semakin besar," ungkapnya.
![]() |
Unit pemadam kebakaran pun tak jarang mogok dan kehabisan bensin. Idealnya, kata dia, damkar harus memiliki mobil leader yang memiliki fasilitas tangga untuk menjangkau gedung dalam kegiatan penyelamatan. Namun, lagi-lagi damkar terbentur dengan anggaran.
"Mobil leader kita belum punya, hitungan saya Sukabumi minimal harus punya mobil tangga yang 22 meter. Saya sudah buatkan spek harganya Rp 26-Rp28 miliar. Mahal memang tapi kalau terjadi kebakaran gedung tinggi kerugiannya semakin besar. Di sini yang jadi pembicaraan, begitu bicara damkar pasti mahal. Tapi saat kejadian?," cetusnya.
Dia mencontohkan kejadian kebakaran di Pasar Pelita pada 24 September 2015 silam. Saat itu, kerugian akibat kebakaran mencapai Rp 10 miliar, sedangkan harga satu unit mobil damkar masih Rp 2,5 miliar.
Tak cukup sampai di situ, damkar juga terbentur dengan jumlah pasukan yang sedikit. Untuk melindungi 350 juta jiwa, mereka hanya memiliki 35 orang aparat. Setiap tahunnya, damkar sering mengajukan perbaikan namun tak pernah satu pun yang terealisasi sepenuhnya.
"Sedangkan dalam aturannya satu petugas pemadam kebakaran mewakili 5 ribu penduduk. Kalau Sukabumi 350 ribu berarti petugas damkar itu minimal 75 orang, sekarang hanya 35 standarnya 40 lah," ucap dia.
"Jadi harus kerja ekstra, kecepatan dalam penanganan di setiap laporan itu menentukan efektifitas kita. Kalau lambat kita akan menambah beban kerja di lapangan, api bisa tambah besar, beban berat dan risiko semakin besar, makanya kita harus cepat," tambahnya.
Proteksi kebakaran bagi pasukan Damkar pun tak luput dari perhatian. Pihaknya terakhir kali melakukan pengadaan anggaran untuk pakaian tahan panas pada tahun 2018.
Dia menjelaskan, standar baju pemadam kebakaran menurut Nation Fire Protection Association (NFPA) ada baju tahan api dan tahan panas. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda.
"Beda klasifikasinya. Tahan api itu apabila kita harus masuk ke kobaran api. Standarnya baju tahan panas, satu setel baju itu Rp 15-Rp18 juta, sedangkan satu set baju tahan api setara dengan harga mobil avanza Rp 215 juta. Kita nggak punya baju tahan api, yang ada hanya baju tahan panas," ucap Hendar.
Pihaknya berharap, damkar mendapatkan fasilitas yang terbaik bagi pelayanan warga Kota Sukabumi. "Kebakaran memang tidak bisa diprediksi tapi potensinya akan selalu ada," tutupnya.