Pilu Damkar Kota Tasik, Buat Sendiri hingga Mulung APD dari Bandung

Kisah Sang Penakluk Api

Pilu Damkar Kota Tasik, Buat Sendiri hingga Mulung APD dari Bandung

Faizal Amiruddin - detikJabar
Selasa, 04 Jul 2023 11:30 WIB
Kondisi miris Damkar Kota Tasikmalaya
Kondisi miris Damkar Kota Tasikmalaya (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya - Selain terpaksa harus bermarkas di kolam ikan Depo Perikanan, tim pemadam kebakaran Kota Tasikmalaya juga dihadapkan pada keterbatasan sarana dan prasarana kerja. Dari 5 unit mobil Damkar yang dimiliki, hanya 2 unit yang dinyatakan masih layak pakai. Tiga mobil lainnya sudah usang.

"Yang tiga sering mogok, kalau nggak mesin mobilnya yang ngadat, ya bermasalah di pompanya. Makanya dari 5 mobil hanya 2 yang diandalkan," kata Budi Permana, Komandan Regu III Damkar Kota Tasikmalaya, Senin (3/7/2023).

Tiga mobil Damkar yang sudah usang itu merupakan bantuan dari Pemprov Jabar ketika dipimpin Gubernur Danny Setiawan sekitar tahun 2013 silam. Pengadaan mobil Damkar itu juga yang membuat Danny Setiawan akhirnya terjerat kasus di KPK.

Sementara 2 mobil Damkar lainnya lansiran tahun 2017 didapat dari Pemkot Tasikmalaya. "Perawatannya memang tidak mudah, onderdilnya kan khusus. Jadi mungkin berbeda dengan mobil biasa," kata Budi.

Masalah tak hanya soal mobil Damkar yang nilainya mahal, untuk sekedar alat pelindung diri (APD) saat bertugas pun, petugas Damkar Kota Tasikmalaya kelimpungan.

Ternyata tak semua petugas Damkar memiliki jaket khusus pemadam kebakaran atau dikenal dengan sebutan fire jacket. Begitu pula dengan sepatu, jumlah sepatu khusus tak lebih dari 5 pasang. Sisanya mereka harus memakai sepatu boot berbahan karet biasa, yang tentu saja tak sesuai standar keamanan.

Tim Damkar Kota Tasikmalaya sampai memulung di gudang Damkar Kota Bandung untuk mendapatkan fire jacket.

"Ya ada kenalan di Damkar Kota Bandung, di gudangnya ada fire jacket bekas, sudah tak terpakai. Kami minta, ternyata diperbolehkan, ya sudah kami bawa. Lumayan dapat 8," kata Kepala Bidang Pemadam Kebakaran BPBD Kota Tasikmalaya, Boedi Santoso.

Boedi menambahkan kerja Damkar saat ini tak melulu soal memadamkan kebakaran, namun harus pula membantu kesulitan-kesulitan lain yang dialami oleh masyarakat. Yang paling sering adalah evakuasi sarang tawon vespa, menangkap ular dan melepas cincin.

"Tugas-tugas itu kan butuh alat. Kalau beli mahal dan tidak ada anggarannya, akhirnya kita membuat sendiri. Caranya melihat dari tutorial di Youtube," kata Boedi.

Misalnya untuk peralatan evakuasi sarang tawon, Damkar Tasik merakit peralatannya sendiri. Alat penyemprot bensin untuk melumpuhkan tawon dibuat dari tabung bekas kompor semawar (kompor minyak tanah bertekanan).

Sementara APD dibuat dari jaring ikan, kebetulan Damkar ngantor di depo ikan, mereka akhirnya memunguti jaring bekas. Jaring bekas itu diikatkan ke helm, sehingga bisa melindungi petugas dari sengatan tawon.

Damkar Kota Tasikmalaya siaga di depo kolam ikan, karena tak punya kantor yang representatifDamkar Kota Tasikmalaya siaga di depo kolam ikan, karena tak punya kantor yang representatif Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Begitu pula dengan alat penjerat ular dan alat pemotong cincin, semuanya dirakit sendiri dengan peralatan seadanya.

"Tapi jangan salah, walau pun peralatan seadanya, tak ada tugas yang tidak bisa kami selesaikan," kata Boedi.

Kepala BPBD Kota Tasikmalaya Ucu Anwar mengakui anggaran yang diberikan Pemkot Tasikmalaya untuk Damkar Kota Tasikmalaya relatif minim. Menurut Ucu total anggaran yang diberikan sekitar Rp 750 juta per tahun. Anggaran itu mencakup semua, termasuk beban operasional, perawatan kendaraan hingga ke insentif relawan. "Memang kurang, jauh dari kata ideal. Sementara kebutuhan banyak, Rp 750 juta setahun pasti morat-marit, karena itu mencakup semua," kata Ucu. (yum/yum)



Hide Ads