Taruhkan nyawa, tolong sesama, kuatkan raga, selamatkan jiwa. Woo.. sang penakluk api, tak pernah takut mati...
Penggalan lirik lagu rock n roll itu terdengar samar-samar diputar dari sebuah ponsel. Tembang grup band The Changcuters itu menemani aktivitas beberapa pria berseragam biru di salah satu sudut bangunan depo ikan Jalan Letnan Harun Kota Tasikmalaya, Senin (3/7/2023) pagi menjelang siang.
Ya, kumpulan pria berseragam biru itu adalah regu pemadam kebakaran Pemkot Tasikmalaya. Para penakluk api itu setiap hari siaga di salah satu blok depo perikanan. Bangunan mirip saung dengan deretan kolam-kolam ikan itu dijadikan markas oleh mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di salah satu kolam dijadikan tempat duduk-duduk, terdapat beberapa kursi usang dan alat komunikasi. Di kolam lainnya disulap menjadi dapur, seorang petugas asyik memasak daging kurban sisa Lebaran Idul Adha kemarin.
Bangunan kolam ikan lainnya dijadikan tempat menyimpan peralatan. Tak ada dinding penghalang, padahal para petugas piket ini berjaga 24 jam.
"Kadang tiduran di sofa dekil ini, kedinginan sudah biasa. Memang itu ada bangunan kantornya, tapi nggak cukup. Satu regu piket itu 12 orang, itu bangunan rumahnya kecil," kata Budi Permana, Komandan Regu III Damkar Kota Tasikmalaya.
Manusia Ikan
Budi juga berseloroh mereka adalah manusia ikan, karena tinggal di kolam ikan. "Selain pemadam kebakaran, kita juga manusia ikan, kan markasnya di kolam ikan," kata Budi diiringi derai tawa.
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran BPBD Kota Tasikmalaya, Boedi Santoso mengatakan sampai saat ini pemadam kebakaran tidak memiliki kantor. Sehingga menumpang di depo ikan milik Dinas Peternakan dan Perikanan. "Memang belum punya kantor, bahkan sekedar rencana pembangunan kantor pun kami belum mendengar," kata Boedi.
![]() |
Pemadam kebakaran diberi 2 lokal bangunan mungil serta lapak penjualan ikan di bagian belakang depo ikan. Di lokasi minim fasilitas bahkan jauh dari kata layak itu, orang-orang yang "gemar" menaruhkan nyawanya untuk kemanusiaan ini berkantor setiap hari.
"Segini adanya, kami syukuri dan nikmati, ya walau pun kami sendiri merasa heran," kata Boedi.
Bagaimana tim Damkar tidak heran, usia berdirinya Pemkot Tasikmalaya sudah 20 tahun. Namun untuk membangun kantor pemadam kebakaran saja belum terwujud, padahal perangkat ini termasuk salah satu pengemban pelayanan dasar kepada masyarakat.
Kepala BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar juga mengaku tak habis pikir dengan kondisi yang dialami oleh pasukannya itu. "Tidak tahu ini bagaimana, memang rencana saja belum ada. Sekedar DED (detailed engineering design) juga belum ada," kata Ucu, ditemui di tempat terpisah.
Meski berada dalam satu lembaga, keberadaan kantor BPBD dan Damkar Kota Tasikmalaya berjauhan. Kantor BPBD berada di Jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Kawalu, sementara Damkar menempati Depo Ikan di Jalan Letnan Harun Kecamatan Indihiang.
![]() |
Kantor BPBD pun relatif kurang representatif, bangunannya sudah tua dengan halaman yang tidak terlalu luas. Itulah sebabnya Damkar ditempatkan di Depo Ikan.
"Di sini (kantor BPBD) memang tidak memungkinkan, tak cukup untuk memarkirkan truk-truk pemadam kebakaran. Kemudian dari segi lokasi pun kurang strategis, ini berkaitan dengan jangkauan. Kalau di sana posisinya di tengah," kata Ucu. Dia mengaku kerap kali emosional jika melihat kondisi yang dialami oleh anak buahnya itu.
"Emosional saya kalau berbicara sarana dan prasarana. Sebagai pimpinan saya sedih melihat mereka bermarkas di kolam ikan kering. Sebenarnya malu saya," kata Ucu.
![]() |
Baik Ucu maupun Boedi menegaskan bahwa setiap tahun mereka selalu mengajukan usulan agar perbaikan sarana prasarana BPBD dan Damkar diakomodasi Pemkot Tasikmalaya. Namun selama itu pula, usulan itu tak pernah diterima.
"Kalau usul setiap tahun, tak bosan-bosan kami usulkan ke TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah). Baik itu untuk kantor mau pun sarana kerja, entah itu mobil Damkar, APD dan lainnya. Tapi ya begini, tak pernah dapat perhatian yang layak," kata Ucu
(yum/yum)