Sebanyak 5 ton ikan di Waduk Darma, Kuningan mati mendadak. Diprediksi penyebab fenomena tersebut dikarenakan munculnya siklus perputaran air atau umbalan.
Kabid Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, Deni Rianto menjelaskan fenomena tersebut dapat terjadi karena curah hujan cukup tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Sehingga menyebabkan perputaran air di dalam danau. Siklus ini membuat berat air di atas serta di bawah memiliki masa jenis yang berbeda.
"Umbalan ini adalah perputaran air lapisan atas ke bawah begitu juga sebaliknya. Biasanya karena adanya hujan terus menerus selama tiga hari kemudian airnya dingin. Cuaca dingin ini menyebabkan berat jenis air di atas lebih berat lalu menekan ke bawah. Akhirnya terjadi perputaran air," ujar Deni, Selasa (27/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan masa jenis air ini, lalu menimbulkan lapisan di bawah air yang mengandung zat berbahaya terbawa ke atas. Dampak buruknya, ikan yang berada di dalam KJA terkontaminasi kandungan tersebut.
"Sementara lapisan bawah air ini mengandung amoniak, nitrat dan bahan-bahan beracun lainnya. Sehingga naik ke atas menyebabkan ikan yang di keramba jadi terganggu. Menjadi terkontaminasi dan mati," tutur Deni.
Berimbas ke Petani
Kondisi ini turut berimbas ke petani keramba jaring apung (KJA). Mereka tengah dibuat pusing akibat banyaknya ikan yang dibudidayakan mati mendadak. Sebab hal tersebut bakal berimbas pada pendapat mereka.
Salah satu petani KJA Waduk Darma, Nurohman (49) menjelaskan, kematian massal ikan yang terjadi baru-baru ini sangat merugikan pembudidaya seperti dirinya. Apalagi fenomena tersebut selalu terulang kembali.
Nurohman menyadari bahwa siklus kematian massal ikan di Waduk Darma dapat terjadi karena faktor alami. Namun demikian, dia menduga terdapat pemicu lain yang mengakibatkan hal ini. Yakni penutupan pintu saluran air yang dilakukan secara tiba-tiba.
Penutupan pintu saluran air secara tiba-tiba, kata dia, bisa menimbulkan perputaran arus. Sebab, jika pintu tersebut ditutup maka air yang semula keluar lewat jalur ini bakal berbalik arah. Dampak buruknya kondisi air menjadi keruh serta membuat kadar oksigen di dalam air berkurang.
"Sebaiknya penutupan pintu air ini tidak dilakukan tiba-tiba. Karena bisa berpengaruh pada kondisi air," katanya.
Nurohman meminta agar pihak terkait bisa menindaklanjuti keluhan tersebut. Sehingga fenomena kematian massal ikan di perairan Waduk Darma bisa diminimalisir. "Ikan milik kami mati karena airnya keruh dan kekurangan oksigen," keluhnya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Kuningan, H Tenggono menilai polemik yang dihadapi para petani KJA di Waduk Darma harus segera dibenahi. Mengingat efek buruknya sangat berdampak pada sisi ekonomi mereka.
Oleh karenanya, dia menyarankan supaya para petani KJA mulai beralih dari pakan pelet ke pakan alternatif. Misalnya singkong atau ampas singkong dan ampas tahu yang sudah difermentasi. Ini bisa menjadi salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya kematian ikan di Waduk Darma.
"Kita memberikan solusi alternatif, agar para petani bisa beralih ke pakan fermentasi untuk menggantikan pakan buatan pabrik. Kita bekerjasama dengan akademisi memberikan formula khusus di pakan ikan itu," ungkap Tenggono.
Dia menilai pemberian pakan alternatif ini setidaknya dapat meningkatkan daya tahan fisik ikan. Dengan begitu, ikan-ikan yang dibudidayakan dalam KJA tak mudah mati. "Kejadian ikan mati massal ini karena arus dan daya tahan," ungkapnya.
(dir/dir)