Sejumlah peristiwa mewarnai pemberitaan di Jawa Barat hari ini, Selasa (27/6/2023). Mulai dari teror geng motor di kawasan Bangbayang, Dago, Kota Bandung hingga keracunan massal warga Cigadog, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya.
Berikut rangkuman Jabar Hari Ini:
Teror Geng Motor di Dago Bandung
Momen mencekam dialami seorang pengendara mobil di Kota Bandung, Jawa Barat. Ia dicegat dua pemuda yang mengendarai motor hingga membuat kaca kendaraannya pecah berserakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi yang dihimpun detikJabar, momen mencekam itu turut dibagikan salah satu akun pengguna TikTok @otot__234. Belakangan diketahui, insiden itu terjadi di Jalan Ir H Juanda atau Jalan Dago, tepatnya di kawasan Bangbayang, Kota Bandung.
Baca juga: Segelas Boba yang Menghadirkan Petaka |
Dalam video yang dibagikan, mulanya terlihat pengendara mobil bersama seorang temannya sedang melintas dari arah Dago Atas menuju perempatan Pasar Dago Simpang. Setibanya di lokasi, dua pemuda yang mengendarai motor tiba-tiba muncul dan memukuli mobil mereka menggunakan sebuah alat.
Cekcok pun kemudian tak terhindarkan. Dalam video tersebut, kemudian terlihat sebuah mobil minibus sudah dalam kondisi rusak dengan posisi kaca berserakan.
Saat dikonfirmasi, Kapolsek Coblong Kompol Sumi membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan, insiden itu terjadi pada Minggu (25/6/2023) dini hari.
"Iya betul. Yang di dalam mobil itu jumlahnya ada 6 orang, lalu mereka dikejar pengendara motor yang jumlahnya mencapai 7 orang," kata Sumi kepada detikJabar saat ditemui di Polsek Coblong, Selasa (27/6/2023).
Sumi mengungkap, 5 dari 7 pelakunya kini sudah diamankan di Polsek Coblong. Dari hasil pemeriksaan, insiden ini terjadi karena adanya ketersinggungan dua kelompok geng motor di Kota Bandung.
"Jadi mereka yang pakai mobil ini awalnya dari Tahura. Ketika melintas, kelompok geng motor melihat salah satu penumpang di dalam mobil memakai atribut geng motor lainnya. Akhirnya dikejar hingga terjadi perusakan tersebut," ucap Sumi.
Sumi memastikan, kondisi 6 orang yang berada dalam mobil selamat dan tidak mengalami penganiayaan. Namun mirisnya, 5 orang yang diamankan ternyata masih berstatus remaja di bawah umur.
Korban pun sudah membuat laporan ke polisi. Hingga saat ini, Sumi menyatakan kasus tersebut sedang didalami Polsek Coblong.
"Lima orang sudah kami amankan, duanya lagi sedang dalam pengejaran. Sampai sekarang kasusnya masih kami dalami lebih lanjut. Untuk identitas pelakunya mereka ini masih di bawah umur," pungkasnya.
Massa Demo di Gedung Sate Minta Panji Gumilang Ditangkap
Massa dari ormas Islam menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung Sate, Bandung, Selasa (27/6/2023). Dalam aksinya massa menuntut agar pimpinan Ponpes Al-Zaytun Panji Gumilang ditangkap.
Massa yang tergabung dalam Paguyuban Pengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (PPNKRI) ini datang dengan membawa sejumlah tuntutan. Salah satu di antaranya adalah meminta agar Panji Gumilang ditangkap karena dianggap telah membuat gaduh dan menistakan agama.
"Aksi ini dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi dari Pemprov, Kemenko Polhukam soal hukum administrasi dan stabilitas masyarakat. Jadi kita mendukung agar segera proses hukum dilakukan terutama menangkap dulu (Panji Gumilang)," kata M Rizal Fadillah selaku koordinator aksi.
"Karena sudah jelas pelanggarannya terutama penistaan agama, UU ITE, membuat keonaran. Jadi sudah banyak unsur untuk bisa ditindak hukum," imbuh dia.
Selain itu, kata Rizal, pihaknya ingin agar MUI segera menyatakan sikap soal ajaran di Ponpes Al-Zaytun dan pemerintah turun tangan menyelamatkan nasib para siswa yang kini sedang menempuh pendidikan di Al-Zaytun.
"Tuntutan kita yang pertama tentu saja dalam rangka memproses hukum, kedua membubarkan dan menutup Al-Zaytun. Yang ketiga mencari solusi atas anak didik kita karena mereka korban. Jadi intinya ada 3 tapi rumusannya bisa banyak," tegasnya.
Rizal juga mengungkapkan jika Panji Gumilang merupakan seorang penjahat yang berkedok agama. Hal itu karena pihaknya menganggap Panji Gumilang sudah mengacak-acak syariat agama dan banyak melakukan pelanggaran hukum.
"Panji Gumilang ini penjahat berkedok agama. Jadi kedoknya soal lembaga pendidikan Islam, peradaban Islam, kerukunan beragama. Tapi dia penjahat, mengacak-acak syariat, agama, dan dia itu melanggar hukum. Jadi sebenarnya banyak pelanggaran hukumnya," ujar Rizal.
"Dan yang ketiga dia melakukan pelanggaran-pelanggaran politik. Masa dia NII kw 9 afiliasi kebersamaannya sudah terbukti oleh MUI sejak tahun 2002 irisan antara NII dengan Zaytun. Jadi aspek ideologi politik ini dia juga sudah dilakukan," tandasnya.
Kakak-Adik di Majalengka Jadi Korban Kekerasan Ayah Tiri
Aksi bejat dilakukan seorang pria di Kabupaten Majalengka. Pria durjana itu tega melakukan sejumlah kekerasan terhadap kedua anak tirinya.
Kasus tersebut kini menjadi perhatian serius di Majalengka. Salah satu lembaga yang ikut mengawal kasus ini adalah LBH Persada dan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Mawar Persada Majalengka.
Ketua LKS Mawar Persada Majalengka, Eva ST Arofah mengatakan, dua remaja yang masih berumur 14 dan 15 tahun ini mengalami kekerasan seksual hingga fisik. Kedua remaja tersebut kini mengalami trauma akibat perlakuan bejat ayah tirinya itu.
"Dari hasil pemeriksaan dan keterangan yang didapat dari korban, korban mengalami tindak kekerasan fisik, psikis dan kekerasan seksual yang dilakukan ayah tirinya berinisial A," kata Eva kepada detikJabar, Selasa (27/6/2023).
Dijelaskan Eva, kasus ini terbongkar berawal dari laporan salah seorang korban yang mengadu kepada anggota TNI dari Kodim 0617/Majalengka Serka Dedi Ismail Azhar pada 21 Juni lalu.
Anggota TNI itu langsung berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Majalengka untuk menindaklanjuti kasus tersebut.
Dari koordinasi itu, kemudian dilanjutkan dengan meminta perlindungan dan pendampingan hukum kepada LBH Persada dan LKS Mawar Persada Majalengka untuk melaporkan kepada Polres Majalengka pada Jumat (23/6) lalu.
"Pelaku sudah ditangkap beberapa jam setelah kita laporkan peristiwa yang dialami bocah itu ke Unit PPA Polres Majalengka," ujar Eva.
Eva menyampaikan, kasus ini telah menjadi perhatian serius. Pemerintah, Polisi, TNI, hingga LBH ikut mengawal kasus keji yang dilakukan ayah tiri durjana itu.
"Alhamdulillah kejadian ini langsung menjadi perhatian serius pemerintah daerah dalam hal ini Pak Sekda. Hari Sabtu kemarin, beliau langsung melihat kondisi kedua korban untuk nantinya memfasilitasi segala kebutuhan korban, dan akan dititipkan di panti atau rumah aman, sehingga bisa bersekolah kembali dan beraktifitas layaknya anak," ucap Eva.
"Selain itu, tim dari Kemensos dan Biro Hukum Pemprov Jabar sudah datang ke sini dan melakukan assessment juga kepada anak tersebut," sambungnya.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Majalengka AKP Muhammad Firmansyah membenarkan adanya kasus kekerasan terhadap anak di bawah umur. Pihaknya telah mengamankan pelaku usai mendapat laporan.
"Iya (ada kasus kekerasan anak di bawah umur). Yang bersangkutan sudah dilakukan penahanan," ujar Firmansyah.
Subang Utara Disetujui Jadi CDPOB di Jabar
Pemerintah Provinsi dan DPRD Jawa Barat menyetujui satu lagi calon daerah persiapan otonom baru (CDPOB). Satu CDPOB tersebut ialah Kabupaten Subang Utara yang kemudian bakal diusulkan ke pemerintah pusat.
Kabupaten Subang Utara disetujui menjadi CDPOB dalam rapat paripurna DPRD Jabar yang digelar pada Selasa (27/6/2023).
"Alhamdulillah satu daerah CDPOB baru yaitu Kabupaten Subang Utara sudah kami setujui, tadi dihadiri tokoh dari forum koordinasi pemekaran Pantura Subang, ini adalah aspirasi yang diwujudkan kerja semua pihak," kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Saat ini diketahui, Jawa Barat memiliki sembilan usulan CDPOB. Sembilan usulan itu ialah Tasikmalaya Selatan, Cianjur Selatan, Garut Utara, Kabupaten Sukabumi Utara, Garut Selatan, Bogor Barat, Kabupaten Bogor Timur dan Kabupaten Indramayu Barat dan Kabupaten Subang Utara.
Karena itu, Ridwan Kamil berharap pemerintah bisa segera mencabut kebijakan moratorium atau penangguhan pembentukan daerah baru. Pria yang akrab disapa Kang Emil ini menuturkan, dengan dicabutnya moratorium dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat.
"Jadi mudah-mudahan di pemerintah pusat apakah masih era Presiden Jokowi atau di pemerintahan yang baru, keadilan pemekaran wilayah yang masih dalam bentuk moratorium bisa dicabut dan kita bisa merasakan kesejahteraan jawa barat yang meningkat," ujar Kang Emil.
"Sekarang saja dengan keterbatasan sudah luar biasa apalagi dengan proporsional," imbuh dia.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Jabar Achmad Ru'yat menambahkan, Jawa Barat dengan jumlah penduduknya yang mencapai kurang lebih 50 juta jiwa seharusnya memiliki kabupaten/kota berjumlah lebih dari 27.
Karena itulah, dengan adanya penambahan usulan calon daerah persiapan otonom baru yakni Kabupaten Subang Utara dan juga delapan daerah lainnya, DPRD Jabar mendesak pemerintah pusat untuk segera mencabut moratorium.
"Jawa barat dengan penduduk hampir 50 juta jumlah kabupaten kota hanya 27, sementara Jateng 35 kabupaten/kota dan Jatim 38. Sehingga kami mendesak pemerintah pusat untuk mencabut moratorium dan memberikan kesempatan kepada 9 kabupaten kota daerah otonomi baru untuk dibahas di komisi 2 DPR RI dan di Kemendagri, Dirjen Otonomi Daerah," jelas Ru'yat.
Ru'yat juga membeberkan, dengan jumlah desa di Jabar yang hanya 5.312 desa, menimbulkan ketimpangan bantuan anggaran dana desa dari pemerintah pusat. Sementara di Jateng dan Jatim kata dia, jumlah desa mencapai lebih dari 8.000.
"Karena di Jabar jumlah desa hanya 5.312 desa, sementara di Jateng dan Jatim di atas 8.000 desa, jadi kalau kemarin dibahas anggaran dana desa 2 miliar, Jabar mengalami ketimpangan bantuan anggaran dana desa dari APBN," ungkapnya.
"Sehingga mendesak seizin stakeholder agar bisa dikembangkan (Jabar) sebagaimana Jateng dan Jatim," pungkasnya.
Keracunan Massal di Tasikmalaya
Puluhan warga di Desa Cigadog, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat mengalami keracunan masal, Senin malam (27/6/23).
Tiga orang dilarikan ke RSUD SMC sementara 41 orang sempat menjalani perawatan di Puskesmas Leuwisari.
Para korban rata-rata mengalami pusing, muntah, mual, sakit perut serta buang air besar dengan berbusa.
"Betul ada 51 orang warga yang diduga alami keracunan masal. Para korban sudah ditangani medis termasuk tiga diantaranya dibawa ke RSUD SMC untuk jalani perawatan medis," kata Iptu Dudung Supriatna, Kapolsek Leuwesari pada detikJabar, Selasa pagi (27/6/23).
Para korban ini menyantap nasi kuning dengan lauknya orek tempe, suwir ayam serta irisan timun. Nasi kuning dibagikan pria berinisial S (50) warga sekitar dalam kegiatan syukuran kesembuhan cucunya setelah sakit.
"Salah seorang warga membagikan makanan berupa nasi kuning, suwir ayam, orek tempe, dan bonteng ke warga sekitar setelah acara syukuran Kesehatan cucunya, setelah itu beberapa jam kemudian ada keluhan warga yang sakit dan jumlahnya banyak," kata Dudung.
Kepolisian Sektor Leuwisari dan Unit Identifikasi Polres Tasikmalaya turun ke lokasi. Selain memintai keterangan saksi dan pembagi nasi kuning, polisi juga mengambil sample makanan untuk uji laboratorium.
"Kami sudah ambil sample makanan untuk diuji laboratorium, belum jelas dari apa penyebab keracunan masal," ujar Dudung.
Belakangan diketahui, salah satu pasien yang masih dirawat seorang balita ZP (3) anak pasangan suami istri, S(30) dan R (28). Korban mengalami dehidrasi sedang hingga membutuhkan penanganan medis maksimal. Selain muntah-muntah, korban mengalami pusing, mual dan buang air terus menerus.
"Korban yang dirawat ada balita alami dehidrasi ringan sampai sedang jadi membutuhkan perawatan lanjutan. Pasien lagi nunggu dapat ruangan," kata dr. Sudaryan, Kasi Pelayanan Medik RSUD SMC di Kantornya, Selasa (27/6).
Sementara itu, dua orang dewasa yang sempat dirawat memaksa untuk pulang meski masih pemulihan. Korban memilih istirahat di rumahnya.
"Yang dewasa pulang karena meminta pulang, tapi memang kondisinya pulih," ucap Sudaryan.
Kepala Puskesmas Leuwisari, Dindin Budiana, memastikan terdapat 80 orang warga yang menerima nasi kuning. Sebanyak 51 orang mengalami gejala keracunan mulai pusing, mual, muntah, serta buang air.
"Ada 80 yang makan tapi yang gejala 51 orang, tiga dibawa ke RS dan 48-nya dirawat di masjid kampung oleh petugas Pustu," kata Dindin.
Para korban menyantap nasi kuning dari syukuran warga yang cucunya sembuh usai sakit terbakar.
"Nasi dari syukuran warga yang cucunya sembuh sakit akibat luka bakar. Nah sorenya mereka langsung mengalami gejala," pungkasnya
(ral/iqk)