Warga Kampung Cibogo Lamping, RW 01, Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung mulai mengalami kekeringan dampak dari kemarau panjang yang terjadi.
Warga yang tinggal kampung yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari Kota Cimahi itu langganan mengalami kekeringan tiap kemarau datang, termasuk di tahun 2023 ini.
"Ya setiap kemarau setahun sekali pasti kekeringan. Biasanya paling sebentar itu sebulan bisa sampai juga tiga bulan," kata Nyai Sumiati (43), warga setempat kepada detikJabar, Jumat (23/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber air tanah melalui sumur yang biasanya mereka gunakan, tak mengeluarkan air jika kemarau tiba. Alhasil mereka terpaksa membeli air demi memenuhi keperluan sehari-hari.
"Kalau sudah kekeringan gitu ya terpaksa beli ke yang punya jetpam. Biasanya per jeriken itu Rp1000 sampai Rp1500. Sehari ya bisa sampai 3 jeriken belinya, buat masak, minum, nyuci, dan mandi," kata Nyai.
Dulu, kata Nyai, warga masih sempat memanfaatkan air yang mengalir di Sungai Cibogo. Kendati kotor, setidaknya kebutuhan buat mandi masih bisa digunakan.
"Jadi dulu kadang warga pakai air di sungai, kotor juga tetap dipakai. Tapi kan sekarang sudah tercemar limbah, jadi nggak bisa dipakai lagi," ujar Nyai.
Yati (46), warga lainnya juga mengalami kondisi serupa. Sudah belasan tahun tinggal di kampung tersebut, ia kerap kekurangan suplai air bersih saat musim kemarau.
"Ya kalau kemarau itu semua kering, ibu-ibu juga pada angkut ember dan jeriken beli dari warga yang punya jetpam. Kalau nggak gitu ya ga akan bisa apa-apa," kata Yati.
Kemarau panjang terakhir kali dialami pada tahun 2020 silam. Saat itu, kekeringan yang melanda warga terjadi lebih dari tiga bulan sehingga warga bergantung pada pasokan air bersih sumbangan donatur.
"Kalau kemarau parah terjadi 2020 lalu, lebih dari 3 bulan. Jadi kita itu selalu nunggu bantuan air, kalau beli setiap hari kan boros jadinya," ujar Yati.
(dir/dir)