Berkah Kemarau bagi 'Bos Air' di Kuningan

Berkah Kemarau bagi 'Bos Air' di Kuningan

Mohamad Taufik - detikJabar
Jumat, 06 Sep 2024 07:00 WIB
Ilustrasi aliran air.
Ilustrasi aliran air. (Foto: Istimewa/ Unsplash.com)
Kuningan -

Kemarau panjang selalu menjadi berkah tersendiri bagi para pemilik usaha depot air bersih di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan. Rata-rata omzet penjualan air baku menggunakan tangki ini meningkat hingga dua kali lipat dibanding saat musim hujan.

Seperti diungkapkan Ipik Yanuar, pemilik depot pengisian air baku di Desa Linggasana, Kecamatan Cilimus. Ia mengaku permintaan air bersih yang datang ke depotnya mencapai 50 tangki perhari. Jumlah tersebut meningkat signifikan dibanding saat musim hujan yang hanya di kisaran antara 20-25 tangki saja.

"Biasanya bulan September ini sudah masuk musim hujan, tapi sekarang ternyata masih kemarau. Alhamdulillah, dampaknya permintaan air baku mengalami peningkatan hingga dua kali lipat dari biasanya," tutur Ipik kepada detikJabar, Kamis (5/9).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian besar pembeli air bersih yang diambil dari mata air Linggarjati tersebut, kata Ipik, adalah para pengusaha tangki yang mengisi kebutuhan air bersih untuk masyarakat dan pemilik usaha isi ulang air galon. Air baku tersebut dikirim untuk memenuhi pesanan masyarakat di daerah yang saat ini mengalami krisis air bersih, seperti sebagian wilayah Timur Kuningan, Cirebon, Indramayu, bahkan Brebes.

"Kami tidak menggunakan air dari sumur bor, melainkan memanfaatkan air dari mata air Linggarjati yang dialirkan menggunakan pipa. Kami buat penampungan, kemudian dikocorkan tanki," ujar Ipik.

ADVERTISEMENT

Ipik mengaku pengisian air berlangsung setiap hari hampir 24 jam tanpa putus. "Tujuannya ada yang ke Cirebon, Indramayu dan Brebes bahkan ada juga untuk ke wilayah Kuningan yang mengalami kekeringan seperti Karangkancana, Cibeureum, dan lainnya," jelas Ipik.

Truk tangki air di Kuningan.Truk tangki air di Kuningan. (Foto: Mohamad Taufik/detikJabar)

Sementara itu, salah seorang sopir tangki air baku Edi Kusnadi mengaku selama musim kemarau panjang ini dia harus bekerja lebih keras. Jika pada musim hujan dia biasa narik tangki hanya tiga kali, namun sekarang bisa lima hingga enam kali.

"Pesanan bisa datang dari peternakan, pengusaha isi ulang galon, pabrik, petani atau masyarakat. Saya kirim ke daerah Kuningan Timur seperti Luragung, Cidahu hingga Cibingbin, terkadang kirim juga ke daerah Ciledug, Losari ,dan Brebes," ujar Edi.

Mengenai harga, Edi mengatakan bervariasi, mulai dari Rp 350.000 hingga Rp 450.000 per tangki kapasitas 9.000 liter dibedakan berdasarkan jarak dan kondisi jalan ke lokasi tujuan. "Jika ke daerah Cirebon seperti Beber atau Sindanglaut bisa Rp 350.000, tapi ke Luragung yang jalannya banyak tanjakan dan turunan bisa mencapai Rp 350.000," tutur Suhardi.

Pesanan air bersih tersebut, kata Edi, biasanya untuk memenuhi pesanan warga yang wilayahnya sudah kering dan tak ada air bersih. Tak sedikit warga yang memesan satu tanki secara patungan kemudian air tersebut dimasukkan ke dalam sumur yang sudah kering.

"Ada juga yang sudah membuat bak penampungan dari terpal supaya air tidak banyak terbuang. Selain untuk kebutuhan minum dan masak, juga untuk mandi dan cuci hingga kebutuhan ternak," pungkas Edi.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads