Pemkot Bandung berupaya menangani permasalahan sampah akibat kendala operasional di TPA Sarimukti. Salah satunya menyiapkan lahan milik Pemkot di Cicabe sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) darurat.
Sebelumnya lahan ini pada 2005 memang pernah dijadikan sebagai TPA akibat longsornya TPA Leuwigajah. Namun proses ini hanya berlangsung sementara selama tiga bulan.
Namun hal ini menimbulkan pro dan kontra. Warga pun mulai protes ke ketua RT/RW setempat. Pasalnya, sosialisasi belum dilakukan secara merata padahal kawasan ini cukup dekat dengan permukiman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, warga juga belum mendapat kepastian sampai kapan lahan yang tadinya sudah dijadikan kebun dan ditanami pohon oleh warga ini bakal jadi TPA sementara.
"Jumat malam kemarin ada pemberitahuan dari Pak Lurah ada alat berat untuk antisipasi penumpukan sampah kota Bandung selama dua minggu. Kata saya kok nggak ada sosialisasi, padahal di depan juga ada sekolah dll. Mulai Sabtu udah digali aja, padahal ngegali itu lama. Saya nggak yakin dua minggu selesai," kata Ketua RT 06 RW 14 Cicabe, Dadang ditemui detikJabar di lokasi penggalian TPA Cicabe, beberapa waktu lalu.
Dadang mengaku warga bahkan hingga datang ke rumahnya karena mengeluhkan aroma tidak sedap dan banyaknya lalat. Terlebih TPA Cicabe berada di atas permukiman warga.
"Ini kan nggak jauh dari permukiman, orang bawah ini komplek kok. Makanya ini kalau misal dua minggu tetap berjalan, warga bakal turun untuk menyetop. Ini gimana, program Pemerintah mau nolak bingung juga, tapi kalau mengiyakan terus warga gimana," kata dia.
Menanggapi hal ini Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengaku sudah melakukan sosialisasi ke pengurus daerah setempat. Ia juga meminta warga memaklumi. Menurutnya, lahan Pemkot tersebut juga jauh dari permukiman.
"Kita punya aset di Cicabe yang dulu pernah dimanfaatkan jadi TPA dan sekarang jadi Ex TPA Cicabe. Nah karena kondisi darurat, saya datang kesitu tapi tentunya tidak di hadapan masyarakat banyak. Disana kan ada RW nya, saya jelaskan dan RW memahami, siap membantu, toh ini juga jauh dari perkampungan," kata Ema ditemui di Balai Kota Bandung Rabu (3/5/2023).
Ia menyebut masalah sampah ini dalam kondisi darurat sehingga Pemkot Bandung harus mengambil langkah. Sebab, sampah di TPA Sarimukti saat ini sedang tertahan. Sementara timbunan sampah dari kota Bandung terus menggunung.
"Kita sadar ini kewajiban pemerintah, tapi kan kalau tidak didukung kesadaran masyarakat juga berat. Makanya tolong kalau ada hal-hal semi isu, warga ngedadak dikasih tahu nya ya tidak begitu, karena ini kondisi darurat tolong lah masyarakat memahami itu," lanjutnya.
Ema menegaskan bahwa rencana reaktivasi TPA Cicabe ini hanya untuk sementara. Ia juga menjanjikan bahwa jika permasalahan sampah sudah terurai, lahan tersebut bakal dibersihkan.
"Dan ini untuk kesementaraan, tidak sakeneng-eneng kalau bahasa Sundanya. Tidak untuk selamanya. Nanti kalau sudah normal kita geser lagi. Cicabe akan dibersihkan lagi. Saya sadar tidak ada masyarakat yang ingin didatangi sampah, tapi kumaha (gimana) ini mah darurat," ujar Ema.
Saat disinggung soal deadline penyelesaian pemasokan sampah ke Cicabe, Ema tak bisa memastikan. Ia hanya meminta penggalian lubang segera rampung agar penimbunan sampah segera dilakukan.
Ia juga mengharapkan rancangan Gubernur untuk penanganan sampah di Legok Nangka segera terealisasi. Menurutnya, rencana Pemprov Jabar itu bakal menyelesaikan masalah.
Langkah dalam waktu dekat ini, Ema bakal mengadakan sosialisasi ke masyarakat soal pemilahan sampah. Ia ingin masyarakat mampu menyelesaikan sampah di rumah masing-masing.
"Idealnya kota Bandung hidup seperti RW 11 Kelurahan Maleer. Disana itu perilaku masyarakat benar-benar terbangun, luar biasa mereka bisa memilah sampah organik, an organik, residu. Saya sudah mintakan ke DLH, dalam waktu dekat kita kampanyekan itu, saya keliling Kecamatan dengan pola pendekatan wilayah. Kita bicarakan success story Maleer. Teori snow ball ini akan kita berlakukan," jelasnya.