Guntur Afandi dan Kepedulian dari Atas Kursi Roda

Serba-serbi Warga

Guntur Afandi dan Kepedulian dari Atas Kursi Roda

Sudirman Wamad - detikJabar
Jumat, 21 Apr 2023 19:00 WIB
Guntur Afandi.
Guntur Afandi. (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar)
Bandung -

Guntur Afandi tampak sibuk mengatur acara sosial di kantor Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, belum lama ini. Ia mondar-mandir menggunakan kursi rodanya. Guntur merupakan disabilitas daksa akibat terserang virus polio.

Dalam kesehariannya, Guntur aktif memperjuangkan hak kawan-kawan disabilitas. Ia aktif di berbagai organisasi dan terbaru membentuk Payung Hati, komunitas yang digagas Guntur serta orang tua yang memiliki anak disabilitas di Cibeunying Kidul.

Guntur punya cita-cita, stigma tentang disabilitas bisa luntur dan kepedulian yang harusnya hidup di tengah masyarakat. Sehingga, disabilitas tak dipandang sebelah mata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Guntur sendiri terkena polio pada usia dua tahun. Kakinya tak berkembang. Awalnya, Guntur tak pernah bergaul dengan kawan-kawan disabilitas lain saat masih muda. Hatinya kala itu belum tergugah untuk merajut kepedulian. Guntur asyik bermain sendiri.

Perjuangan Guntur bermula saat dirinya mengikuti pelatihan pembuatan sapu ijuk dari Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kota Bandung pada 1994. Guntur seakan ditampar. Ia sadar bahwa hidup itu harus bersosial.

ADVERTISEMENT

"Di pelatihan itu saya menyadari, bahwa saya ini (disabilitas) tak sendiri. Banyak yang seperti saya, mereka punya kemampuan dan kapasitas," kata Guntur saat berbincang dengan detikJabar.

Hingga akhirnya, pria berusia 50 tahun itu mulai aktif bergaul dengan komunitas-komunitas disabilitas. Bahkan Guntur pun memilih menjadi atlet balap kursi roda pada 2003. Ia tampil di berbagai ajang paralimpik.

"Medali ada dua, medali perunggu. Tapi dari bowling. Ikut Pekan Paralimpik Daerah (Peparda)," ucap Guntur.

Pria berkursi roda hijau itu rupanya kecanduan aktif berolahraga dan berhimpun dengan disabilitas. Ia aktif di National Paralympic Committe Indonesia (NPCI), kemudian aktif pula di Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Jabar, dan Forum Perjuangan Difabel (Forpadi) Bandung.

"Saya sudah aktif di tingkat kota dan Jabar. Untuk tingkat kecamatan belum dicoba. Ini kan tingkat bawah ya kecamatan, setelah saya aktif di tingkat kecamatan, banyak teman-teman disabilitas dii tingkat kecamatan ini membutuhkan kepedulian," ucap Guntur.

Karena itulah Guntur membentuk Payung Hati, komunitas yang bakal menjadi wadah kawan-kawan disabilitas.

"Agar kebutuhan itu bisa terasa lebih ringan kita capai dengan bersama-sama. Kemudian, orang tua ingin sosialisasi anaknya dengan masyarakat umum, dengan disabilitas yang lain," kata warga Cikutra itu.

"Kita lagi coba rintis. Orang tuanya ngerti tentang kebutuhan dan perilaku anak. Tapi, ketika dia masuk lingkungan masyarakat, kadang mereka kurang dimengerti. Misal, dilihatin saja. Ini kan bukan persoalan tersinggung atau tidak, kenapa harus dilihatin terus, pemahaman-pemahaman ini harus tumbuh di masyarakat," papar Guntur.

Guntur masih mendatang jumlah disabilitas di Cibeunying Kidul. Saat ini, tercatat ada 170 disabilitas. Namun, menurut Guntur, data itu belum valid. Ia ingin terus bergerak dan menumbuhkan kepedulian.

(sud/orb)


Hide Ads